Beranda / Romansa / Takdir Cinta / Bab 51 - Bab 60

Semua Bab Takdir Cinta: Bab 51 - Bab 60

117 Bab

Bertemu Mama dan Papa

Waktu sudah cukup larut saat mereka tiba di sebuah rumah mewah berlantai dua dengan gaya eropa klasik. Devan melihat penunjuk waktu di tangan kirinya yang sudah menunjukkan waktu hampir pukul dua belas malam.“Sepertinya Mama dan Papa sudah tidur,” tebak Devan yang langsung dijawab oleh gelengan kepala Kayden.“Belum tentu juga. Kadang Papa masih nonton TV dan berharap tiba-tiba anaknya yang hilang datang, dan bisa menemaninya nonton TV. Sedangkan Mama jam segini memang biasanya sudah tidur, tapi kadang suka terbangun dan memanggil nama anaknya yang hilang.” Kayden menghela napas, kala mengingat orangtuanya yang selalu memikirkan salah satu anak kembarnya yang entah di mana keberadaannya sekarang. Dan malam ini dia akan memberikan kejutan kepada kedua orangtuanya, dengan membawa kembali anak yang telah hilang tiga puluh lima tahun yang lalu.“Kayden! Kamu baru pulang?” tiba-tiba terdengar suara laki-laki dari arah lain. Dan terdengar langkah yang semakin lama semakin terdengar jelas m
Baca selengkapnya

Kejutan Untuk Mama

Bunyi alarm dari telepon genggam Devan berbunyi nyaring, membangunkan dia dari tidurnya. Dilihatnya jam di dinding kamar itu menunjukkan pukul enam pagi. Menurut ayahnya, kamar itu merupakan kamarnya yang memang disiapkan oleh ibunya sejak lama. Ibunya berkeyakinan kalau Keenan akan datang suatu saat nanti, karena itu ibunya meminta asisten rumah tangga selalu membersihkan kamar itu. Ibunya berharap kalau suatu saat Keenan datang, dia bisa tidur di kamar yang sudah disiapkan.Devan menatap langit-langit kamar yang terkesan maskulin dengan kombinasi warna hitam, putih dan coklat. Menurut ayahnya, yang merancang kamar ini adalah ibunya. Devan tersenyum memandang kamar yang dia tempati saat ini. Dia mengacungkan jempol untuk ibunya yang merancang kamar ini dengan baik, sehingga kamar ini terlihat sangat nyaman. Ibunya merancang kamar itu dengan mengaplikasikan satu dinding di belakang headboard dengan warna hitam. Sedangkan dinding lainnya berwarna putih. Sementara itu lantai dan langit-
Baca selengkapnya

Kumpul Keluarga

Runi saat ini tengah memasak makanan spesial untuk mereka nikmati berempat. Hari ini dia selalu menyunggingkan senyumnya karena hatinya begitu bahagia. Putra tercintanya telah kembali setelah hilang saat usianya baru dua hari. Dia juga senang telah mengatur jadwal pemotretan untuk mereka berempat. Foto keluarga lengkap dengan dua anak mereka.Sedangkan para pria kini tengah bercengkrama di ruang keluarga. Mereka bertukar cerita tentang segala hal, termasuk soal wanita yang ingin Kayden ketahui. Mengenai hubungan Devan dan Nadya."Keenan sudah punya kekasih lho, Pa. Cantik sekali orangnya." Kayden mulai menyinggung tentang wanita yang dimiliki oleh Devan."Oh ya. Kenalkan dong sama Papa dan Mama, Keenan." Rama tersenyum lebar saat mengetahui putranya itu sudah memiliki kekasih. Berbeda dengan Kayden yang masih ingin sendiri apabila ditanya."Iya nanti, Pa. Setelah ini aku akan memperkenalkan tunanganku pada Papa dan Mama," sahut Devan mantap."Sudah tunangan? Kapan rencana nikahnya?" t
Baca selengkapnya

Sebuah Rahasia

Kayden mengerutkan keningnya mencoba mengingat siapa saja orang yang membencinya selama ini. Tapi, kemudian dia menggelengkan kepalanya. Selama ini, orang-orang yang menjalin hubungan dengannya, baik itu hubungan bisnis atau pribadi, tidak pernah ada masalah. Dia selalu menjalin hubungan yang baik dengan teman-temannya. Sehingga rasanya kecil kemungkinan kalau ada temannya yang membenci dirinya. Namun, tidak demikian halnya mengenai hubungannya dengan wanita yang pernah singgah di hatinya. Ada dua nama wanita yang pernah ada di hati Kayden. Dua-duanya telah membuat dia kecewa. Hal itu membuat dia enggan untuk kembali menjalin hubungan asmara. Walaupun ibunya sering meminta dia untuk cepat mencari pendamping hidup, namun tetap tidak dia gubris. Sehingga sampai detik ini, dia tetap menjomblo.“Sepertinya aku nggak punya musuh. Aku mencoba mengingat-ingat, tapi tidak menemukan orang yang secara terang-terangan membenciku. Tidak tahu juga kalau memang ada orang yang diam-diam membenci aku
Baca selengkapnya

Rencana Yang Gagal

“Kamu nggak menginap saja, Dev. Sudah malam ini, dan bahaya juga kalau mengemudi di malam hari,” ucap Satria mengingatkan.“Tapi, besok pagi aku harus kerja, Yah! Kalau menginap takutnya besok malah kesiangan karena terkena macet. Bandung kan sama saja dengan Jakarta suka macet juga,” ucap Devan.“Ya sudah kalau begitu. Kamu hati-hati di jalan, ya. Jangan ngebut!” pesan Satria.Devan menganggukkan kepalanya dan mencium punggung tangan kedua orangtua angkatnya, saat dia berpamitan untuk kembali ke Jakarta.“Hati-hati di jalan ya, Nak,” ucap Nani, lalu mencium pipi kiri dan kanan Devan sebelum dia melepas kepergian anak angkatnya itu.“Iya, Bu. Ibu juga jaga kesehatan! Kalau sudah letih jangan dipaksakan untuk menyulam!” ucap Devan yang diangguki oleh Nani. Devan kemudian membalas mencium pipi kiri dan kanan ibu angkatnya. Kemudian setelah itu, dia beralih memeluk ayah angkatnya dengan erat. Lalu dia melangkah ke arah mobilnya, dan mengemudikan mobilnya meninggalkan halaman rumah orang
Baca selengkapnya

Devan Adalah Keenan

Pagi harinya, Devan mendapati Nadya sudah berangkat ke kantor. Dia tersenyum kala melihat pakaiannya teronggok di sofa. Pakaian itu semalam yang dia lepaskan di kamar Nadya, sebelum Kayden menelepon dan menggagalkan rencananya.Devan paham kalau saat ini Nadya kesal padanya. Itu karena dia meninggalkan Nadya ketika menerima telepon. Hal itulah yang menyebabkan Nadya langsung menutup pintu, dan mengunci kamarnya sehingga Devan tidak bisa masuk ke kamar itu. Padahal Devan ingin melanjutkan kegiatan mereka yang tertunda.Devan tersenyum ketika melihat sarapan sudah tersedia di meja makan. Dia lalu memakannya dengan lahap. Setelah selesai sarapan, dia mengirimkan pesan ke tunangannya itu.[Sayang, terima kasih untuk sarapannya. Ini enak sekali]'Tak lama, pesan Devan dibalas oleh Nadya. Devan sangat senang ketika Nadya membalas pesannya, tetapi rasa senangnya seketika hilang kala dia membaca pesan itu. Pesan yang Nadya kirimkan hanya berupa emoticon orang yang merotasi matanya. "Kamu mas
Baca selengkapnya

Kamu Yang Terbaik

Setelah rapat pemegang saham berakhir, Devan segera pergi dari gedung perkantoran itu. Dia berniat akan menjemput Nadya, untuk dia ajak makan siang bersama.Sementara itu di kantor Nadya, gadis itu tengah sibuk memeriksa berkas ketika dering teleponnya terdengar nyaring. Nadya meraih telepon genggamnya itu. Seulas senyum terbit dari bibirnya kala nama Devan terpampang di layar telepon genggamnya. Dia segera mengangkat panggilan telepon tersebut."Halo, Mas,” sapa Nadya.“Halo, sayang. Kita makan siang bareng, yuk!” sahut Devan di seberang sana."Eum, kerjaan aku banyak, Mas," ucap Nadya.“Ya nanti dikerjain lagi setelah makan siang,” timpal Devan. Maya tidak langsung menjawab, dia berpikir sejenak. Dan akhirnya…"Ok deh. Tapi makan siangnya jangan jauh-jauh, ya. Kerjaan aku banyak," jawab Nadya akhirnya.“Nggak jauh kok. Di dekat sini saja. Sekarang aku sudah ada di lobby. Ayo, turun!” ucap Devan."Hah! Sudah di lobby?"Nadya lalu menutup panggilan teleponnya dan berjalan tergesa-ges
Baca selengkapnya

Ternyata Seorang Sultan

Devan kembali ke kantornya setelah dia mengantar Nadya. Dia langsung menuju ruangannya dan membuat surat pengunduran diri yang nantinya akan dia serahkan kepada Doni. Dia membuat surat itu dengan cepat dan setelah itu dia berjalan menuju ruangan Doni.“Doni sudah ada di ruangannya, Tik?” tanya Devan yang diangguki oleh Tika.Tok...tok...tok.“Masuk!” suara bariton milik Doni terdengar dari dalam, dan mempersilakan orang yang mengetuk pintu untuk memasuki ruangannya.Devan kemudian masuk ke dalam ruangan atasan sekaligus sahabatnya itu. Dia tersenyum sumringah kala Doni mengangkat wajahnya dari beberapa dokumen yang menyita perhatiannya.“Hai! Ayo duduk! Ada apa?” Doni bangkit dari kursi dan mendekat ke arah Devan lalu menyalaminya. Dia kemudian memindai penampilan Devan yang hari ini beda dari biasanya. Hari ini Devan tampil rapi.“Aku akan menyerahkan surat ini padamu.” Devan kemudian menyerahkan surat pengunduran dirinya pada Doni, yang langsung dia buka karena penasaran mengenai is
Baca selengkapnya

The Sweetest Night

Devan kemudian membalikkan tubuhnya untuk melangkah ke arah pintu kamar dan keluar dari kamar itu. Namun, di saat dia memutar handle pintu, terdengar suara yang mampu menghentikan tangannya untuk membuka pintu kamar itu.“Tolong...tolong.” suara yang keluar dari mulut Nadya terdengar pilu.Devan kemudian bergegas mendatangi gadis itu yang masih meracau, dengan matanya yang masih terpejam. Dia segera membangunkan Nadya dari tidurnya agar mimpi buruknya segera berakhir.“Nad! bangun!” Devan mengguncang sedikit kencang agar Nadya segera terbangun dari tidurnya. Seketika Nadya membuka matanya dan terkejut dengan kehadiran Devan.“Mas, kamu...kamu ada di sini?” tanyanya linglung. Dia kemudian menatap sekeliling kamar dan tak lama menghela napas lega. “Syukurlah ini semua hanya mimpi.”“Kamu mimpi apa?” tanya Devan penasaran.“Aku...aku mimpi di kejar ular yang besar sekali, Mas.” Nadya tersipu menatap Devan, yang kini mengulum senyumnya.“Aku ambilkan minum dulu untuk kamu. Tunggu sebentar
Baca selengkapnya

Bertemu Dengan Keluarga Herlambang

Nadya mengernyit, tidurnya terusik karena merasakan beban di bagian dada. Dia membuka matanya dan melihat sebuah lengan kekar melingkar di tubuhnya dengan posesif. Nadya menoleh, mendapati wajah Devan tepat berada di ceruk lehernya. Kedua mata Devan masih terpejam, pertanda pria itu masih berada di alam mimpinya. Dada Devan bergerak seirama dengan napasnya yang mengalun pelan. Wajah pria itu terlihat begitu damai dengan suara dengkuran halus yang mengiringi. Tubuh mereka masih sama-sama polos, hanya selimut yang kini menutupi tubuh polos mereka.Nadya menghela napas panjang. Pikirannya melayang, memutar kembali kegiatan panas yang mereka lakukan semalam. Dia mengingat jelas bagaimana mereka melakukannya dengan gairah yang begitu menggelora. Dia mengingat jelas bagaimana dirinya merintih, mengerang dan meneriakkan nama Devan berulang kali di setiap pergulatan panas yang mereka lakukan. Dia mengingat bagaimana tubuh mereka melebur menjadi satu. Lagi, lagi dan lagi.Mereka bahkan baru te
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status