Beranda / Romansa / Takdir Cinta / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Takdir Cinta: Bab 31 - Bab 40

117 Bab

Kencan

“Kamu mau ajak aku kencan kemana, Mas?” tanya Nadya yang kini bergelayut mesra di pelukan Devan. Matanya menatap manik mata Devan yang sedang menatap dirinya dengan tatapan mendamba. “Aku mau ajak kamu nonton. Tapi, sebelumnya aku akan ajak kamu makan malam terlebih dahulu di restoran yang tidak jauh dari gedung bioskop,” sahut Devan. Dia lalu mengecupi bibir ranum milik Nadya dengan lembut. “Ya sudah sekarang saja kita jalannya, yuk!” ajak Nadya, yang tiba-tiba mencium pipi Devan. “Katanya mau jalan sekarang, tapi kalau mencium terus begini kapan kita jalannya?” ucap Devan tersenyum ketika melihat wajah Nadya yang merona. “Habis kamu dari tadi mengecupi bibir aku terus. Jadi aku juga ingin mencium kamu,” sahut Nadya tekekeh. Devan ikut terkekeh mendengar pengakuan Nadya. Dia kemudian mengangkat tubuh Nadya untuk turun dari pangkuannya. Lalu mereka keluar dari unit apartemen dan menuju lift yang akan membawa mereka turun ke lobby. Mereka kemudian berjalan sambil bergandengan tanga
Baca selengkapnya

Teror Untuk Nadya

Mereka sudah tiba kembali di apartemen Nadya ketika waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Nadya bergelayut manja di lengan Devan. Dan ketika mereka berjalan menuju lift, seorang security menghampiri mereka sambil membawa sesuatu di tangannya.“Ibu Nadya! tunggu dulu, Bu!” panggil security apartemen ketika melihat Nadya akan masuk ke dalam lift.Nadya kemudian menoleh ke arah sumber suara. Dan dilihatnya security apartemen tergopoh-gopoh menghampirinya.“Ada apa, Pak?” tanya Nadya kebingungan.“Tadi sekitar jam tujuh, ada seorang pria yang menitipkan ini pada saya, dan meminta saya untuk menyerahkannya kepada Ibu.” Security itu kemudian menyerahkan bingkisan yang ada di tangannya kepada Nadya.“Terima kasih, Pak,” tukas Nadya, lalu menganggukkan kepalanya dan tersenyum ramah.“Sama-sama, Bu.” Security itu kemudian undur diri dan berlalu dari hadapan Nadya. Kini Nadya tengah kebingungan menerka siapa pengirim bingkisan tersebut. Dia melihat di sekeliling bingkisan itu, tapi tidak dia t
Baca selengkapnya

Pria Posesif

“Kamu serius?” tanya Devan memastikan. Dia lalu membawa Nadya ke atas pangkuannya dan memeluk erat tubuh gadisnya itu.Nadya menganggukkan kepalanya, “Iya, hingga aku merasa aman dan tidak ada orang yang berusaha untuk meneror aku lagi.”“Ok, kalau begitu besok kamu bawa barang-barang kamu yang penting saja dulu. Seandainya nanti ada yang kurang, kita akan ambil lagi kesini,” tukas Devan.Devan merasa kalau ada pihak lain yang sengaja membuat Nadya ketakutan dan merasa tidak nyaman, sehingga menerornya dengan mengirimkan bunga yang sudah layu. Seketika dirinya teringat kalau tadi Nadya bilang, hari ini dia bertemu dengan seseorang yang bernama Kayden. Lalu apakah ada hubungannya pertemuan itu dengan pengiriman bunga yang sudah layu?“Nad!” panggil Devan yang seketika membuat gadis itu mendongakkan kepala ke arahnya.“Ya,” jawab gadis itu.“Tadi kamu bilang kalau hari ini, kamu bertemu dengan seseorang yang bernama Kayden. Bisa ceritakan kronologis pertemuan kamu dengan dia?” tanya Dev
Baca selengkapnya

Aku Ada Untukmu

"Hari ini kamu sudah mulai kembali ke kantor?" Devan menatap manik mata kekasihnya dengan lekat.Nadya menganggukkan kepalanya. Dia sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka berdua."Tolong taruh piring ini di meja makan, Mas. Aku buatkan sarapan kesukaan kamu nih," ujar Nadya sambil tersenyum."Terima kasih ya, Sayang." Devan mengecup pipi kanan Nadya setelah dia meletakkan piring di atas meja."Kamu sendiri sudah masuk kantor hari ini?" tanya Nadya ketika dia menikmati sarapannya."Sudah, tapi agak siangan. Rencananya aku akan mengantarmu ke kantor dulu dan membawa barang-barang kamu ke apartemenku. Setelah itu, aku kembali ke apartemen kamu dengan naik taksi untuk mengambil mobil kamu, dan menaruh mobil kamu di apartemenku. Setelah itu baru aku ke kantor."Nadya tergelak ketika mendengar rencana Devan yang sangat rinci. Jadi terkesan seperti buang-buang waktu."Nggak usah gitu, Mas. Kasihan nanti Mas Devan bolak-balik. Nanti aku suruh sopir kantor untuk mengambil mobil di apartemen. J
Baca selengkapnya

Makan Malam Spesial

Mereka akhirnya selesai juga acara belanja-nya dan segera pulang."Ini kamar kamu selama kamu tinggal di sini. Ini sebelumnya kamar tamu, dan sekarang jadi kamar kamu," ucap Devan. Dia membuka pintu kamar itu dan mengecup kening Nadya.Nadya menganggukkan kepalanya."Kalau aku nggak boleh bantuin, aku mandi dulu saja, ya." Nadya mengecup pipi Devan dan segera masuk ke dalam kamar yang ditunjukkan oleh kekasihnya itu.Devan segera berjibaku dengan peralatan masak yang dia miliki. Dia mulai memasak makanan kesukaan mereka berdua. Tomyam, merupakan salah satu makanan kesukaan pasangan tersebut yang Devan kuasai cara memasaknya.Dia mulai menyiapkan bahan makanan seperti sawi putih, jamur dan bumbu dapur. Kemudian dia mencucinya dengan bersih. Lalu dia olah bumbu-bumbu itu menjadi satu di atas wadah yang sudah disiapkan sebelumnya. Begitu juga dengan udang, cumi dan bakso ikan, semua dicuci bersih dan dijadikan satu dalam wadah yang juga sudah disiapkan sebelumnya.Devan dengan cekatan m
Baca selengkapnya

Merajuk

"Maaf saya mengganggu Bapak malam-malam begini," sahut wanita itu canggung karena dia melihat Nadya ada di samping Devan. Tiba-tiba saja wanita itu menyesal datang ke apartemen Devan. Dia pikir sebelumnya, kalau saat ini Devan sedang sendirian. Dia tidak tahu kalau Nadya ternyata memiliki hubungan dengan pria yang sedang dia incar saat ini.Devan menganggukkan kepalanya dan melihat wanita itu tiba-tiba menjadi gugup."Ada apa kamu malam-malam datang kemari, Shila?" tanya Devan memicingkan mata menatap wajah wanita yang ternyata adalah Shila, sekretarisnya."Saya...saya ingin mengantar ini, Pak. Tadi sepertinya tertinggal di ruangan Bapak. Mungkin Bapak akan memerlukan ini." Shila mengambil sebuah benda dari dalam tasnya yang ternyata adalah sebuah kacamata. Lalu menyerahkan benda itu ke pemiliknya."Oh, terima kasih. Tapi, tidak diantar kemari juga tidak apa-apa. Saya kalau di luar kantor nggak pake kacamata, kok. Itu kacamata baca saja yang saya gunakan kalau membaca detail kasus. Me
Baca selengkapnya

Sang CEO

Nadya berjalan cepat menuju meja kerjanya ketika telepon genggamnya berdering. Dia tersenyum kala dilihatnya Devan tengah melakukan panggilan video call. Dia sengaja membiarkan teleponnya berdering untuk beberapa saat, karena tadi pagi dia masih dalam kondisi merajuk.Setelah dalam hitungan dering kelima, akhirnya Nadya mengangkat panggilan video call itu dengan posisi seolah dia sedang sibuk bekerja. Dia berpura-pura sedang menandatangani dokumen yang sebenarnya sudah dia cek dan di tandatangani dari tadi. Dia hanya tidak ingin terlihat antusias saat mengangkat panggilan video call kekasihnya itu.“Halo.”“Halo, Sayang. Bagaimana makanannya? Enak?”“Huum. Enak banget. Makasih ya, Mas.”“Sama-sama. Nanti aku jemput pulangnya, ya.”“Lho, aku ke kantor bawa mobil. Nanti kalau kamu jemput, mobilku bagaimana?”“Ya sudah, kamu tinggal saja di kantor atau kamu suruh asisten kamu atau karyawan kamu yang lain, untuk mengantar ke apartemenku.”Nadya menganggukkan kepalanya. Dia akan menyuruh A
Baca selengkapnya

Kiss The Rain

Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam lamanya karena terjebak kemacetan ibukota, akhirnya mereka tiba di restoran favorit mereka.Mereka menempati meja yang berada di area rooftop. Devan telah memesan tempat itu sebelumnya, sehingga staf restoran itu langsung mengarahkan mereka ke tempat yang sudah dipesan. Devan sengaja memesan tempat di restoran rooftop agar dapat memberi kesan yang romantis. Dari lantai atas dapat melihat pemandangan gemerlap kota Jakarta. Selain itu hawa sejuk dari atap yang outdoor atau semi outdoor membuat suasana jadi berbeda. Hal itu yang membuat Devan tertarik makan malam disana bersama Nadya.“Kamu masih ingat tidak, saat terakhir kali kita makan di sini sebelum kita putus?” tanya Devan dengan senyum yang menggoda. Dia mengingat momen terakhir mereka dua tahun yang lalu. Saat itu mereka merayakan ulang tahun Devan yang ke tiga puluh tiga. Dan itu terjadi sehari sebelum Nadya mengajak Devan untuk membawanya pergi jauh. Dia melakukan itu setelah dia meng
Baca selengkapnya

Demam

“Dimakan dulu buburnya, Sayang. Setelah itu baru minum obat lalu tidur untuk memulihkan kondisi kamu,” ucap Devan.“Kalau setelah tiga hari demamnya belum turun juga, kita periksa ke dokter, ya.” Devan menyuapkan bubur ke mulut Nadya agar gadis itu dapat segera minum obatnya.“Sini aku makan sendiri buburnya, Mas. Aku bisa kok. Mas Devan pergi kerja aja. Nggak usah terlalu khawatir sama aku,” ucap Nadya. Dia mencoba meraih mangkuk berisi bubur yang Devan buat untuknya.“Aku sudah ijin sama Doni akan bekerja dari sini, karena hari ini tidak bisa ke kantor. Jadi aku akan mengikuti rapat secara virtual,” sahut Devan, yang mengarahkan kembali sendok berisi bubur ke mulut Nadya.Nadya mengunyah bubur yang terasa pahit di mulutnya itu dengan perlahan. Dia berusaha menelan bubur itu agar dapat segera minum obat dan tidur. Dia berharap setelah tidur, tubuhnya akan kembali normal seperti semula.“Mas bilang sama Doni kalau aku tinggal untuk sementara waktu di sini?” tanya Nadya memicingkan mat
Baca selengkapnya

Skin to Skin

Selesai melakukan meeting secara virtual, Devan masuk ke dalam kamar Nadya untuk mengecek kondisi gadis itu. Dia terkejut kala demam Nadya belum juga turun, bahkan semakin panas. Padahal sudah minum obat. Tak lama, terdengar Nadya mulai meracau tidak jelas. Devan sangat khawatir dan segera membangunkan Nadya. Dia berencana akan membawa gadis itu ke dokter.“Nadya!” Devan mengguncang pelan tubuh gadis itu, agar segera terbangun dari tidurnya. Devan akan membawa tunangannya itu ke dokter saat ini juga.“Mass...tubuhku lemas dan terasa ngilu.” Nadya merengek dengan matanya yang masih terpejam.“Kita ke dokter sekarang!” Devan langsung melangkah ke arah lemari, mengambil pakaian ganti untuk Nadya. Pakaian yang sekarang Nadya kenakan basah oleh keringat.Nadya hanya menganggukkan kepalanya. Dia menurut apa yang Devan lakukan, karena demam yang dia rasakan saat ini membuat tubuhnya terasa lemas dan ngilu.Devan dengan telaten mengganti pakaian Nadya. Setelah siap, dia meraih kunci mobil dan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status