Home / Pernikahan / 100 Hari Bersamamu / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of 100 Hari Bersamamu: Chapter 41 - Chapter 50

116 Chapters

Chapter 41

Keadaan Aruna akhirnya membaik setelah diberi obat oleh dokter kandungan, kepalanya sudah tidak pusing lagi dan ia sudah bisa makan dengan baik. Rajasa dan Kinan sudah pulang saat ini karena ada kerabat Kinan yang datang bertamu, sedangkan Kastara kembali ke Yvaine untuk melanjutkan sesi pemotretannya yang tertunda karena di hubungi Rajasa."Kenapa kamu gak bilang kalau kamu sakit?" tanya Anggasta. "Aku gak sempat ngehubungin kamu mas, lagian bukannya mbok Jum udah ngehubungin kamu ya?" jawab Aruna santai sambil memakan bubur ayamnya."Aku ketiduran Na, jadi aku gak tau kalau mbok Jum nelepon." Anggasta mencoba membela diri."Nah, berarti bukan salah aku. Asal mas tau aja Mbok Jum udah sempat kok ngomong sama Alana di telepon dan minta mas pulang, tapi dia malah gak ngizinin mas pulang.""Gak mungkin, gak ada panggilan terjawab dari mbok Jum di ponsel aku Na.""Terserah mas mau percaya atau enggak, tapi aku lebih percaya sama mbok Jum." Aruna menyerahkan mangkuk bubur ayam ke tangan
Read more

Chapter 42

Aruna dan Anggasta kompak memandangi barang milik Aruna yang tergeletak di atas lantai kamar Anggasta, kamar Anggasta sudah penuh dengan barang miliknya dan kini Aruna bingung harus meletakkan barangnya dimana. Anggasta tidak mau mengalah sama sekali pada Aruna, ia tidak mau barang miliknya bergeser sedikitpun dari tempatnya. Aruna sudah lelah berdebat seperti ini hanya demi lahan pakaian di lemari, tanpa mendengarkan ocehan Anggasta lagi ia langsung meletakkan pakaiannya juga underwearnya yang memiliki berbagai macam bentuk ke dalam lemari Anggasta. "Na, keluarin semua baju kamu!" Anggasta mulai tidak sabaran melihat isi lemarinya yang terlihat berantakan, Anggasta baru saja ingin mengeluarkan kembali pakaian Aruna namun tiba-tiba Aruna malah mengunci lemari dan membawa pergi kuncinya."Terus baju aku mau diletakkin dimana mas? lemari di rumah ini cuma ada tiga, di kamar kamu di kamar sebelah dan kamar mbok Jum. Masa iya aku harus letakkin di kamar sebelah," Aruna mendengus kesal.
Read more

Chapter 43

Siang ini Anggasta baru saja tiba di kampus dan baru menginjakkan kakinya di gerbang utama, namun telinganya sudah di penuhi dengan cibiran dari orang-orang yang berada di dekatnya. Mereka mencibir masalah perselingkuhan antara dirinya dan Alana, bahkan mereka mendoakan hal yang tidak baik untuknya dan untuk Alana. Sekuat hati, Anggasta berusaha tidak menggubris ucapan orang-orang dan terus berjalan seperti biasanya menuju ruangan dosen. Mulai hari ini Alana resmi mengundurkan diri sebagai dosen di Universitas Surya Cakra, Anggasta bisa sedikit bersyukur karena Alana tidak akan mendengar cibiran jahat dari orang-orang lagi. "Pak Anggasta," panggil Ressa dengan wajah juteknya. "Iya bu Ressa?" "Ayo ikut saya ke ruangan rektor," "Tapi untuk apa saya kesana, bu Ressa?" Ressa mendecih kesal karena Anggasta terus bertanya, "Pak Anggasta, saya gak punya banyak waktu buat ngobrol sama bapak. Silahkan ikut saya ke ruangan rektor, sekarang!" Anggasta akhirnya mengalah, lalu mengikuti Res
Read more

Chapter 44

"Minum dulu Na," Liza menyerahkan satu botol air mineral pada Aruna, juga pakaian ganti karena baju Aruna kotor penuh noda tanah. "Makasih Liz," "Sekarang ceritain semuanya sama aku, biar aku paham dan semoga bisa kasih solusi yang terbaik buat kamu Na." Aruna menghela nafas pelan dan menceritakan semua yang terjadi padanya hari ini, Liza menyimak setiap detil yang Aruna ceritakan padanya tanpa menyela ucapan Aruna. "Terus sekarang kamu mau apa Na?""Aku mau bercerai dari mas Anggasta, toh pernikahan ini juga enggak membahagiakan aku Liz. Lagipula seharusnya sejak awal aku gak minta pertanggung jawaban mas Anggasta, aku bisa sampai hamil begini kan karena rencana gila aku sendiri. Dan gara-gara aku hidup mas Anggasta berantakan," Aruna menatap keluar jendela, seumur hidupnya baru kali ini ia merasa sangat bersalah dan menyesal. "Kamu udah yakin sama keputusan kamu? kalau kamu bercerai dari mas Anggasta kamu bakal jadi single parent Na," "Aku udah yakin banget Liz dan aku mau sec
Read more

Chapter 45

Untuk menebus kesalahannya pada Anggasta, Aruna sudah menyiapkan banyak sarapan pagi dengan berbagai menu masakan kesukaan Anggasta. Aruna ingin berdamai dengan Anggasta, karena kelak ia ingin berpisah dengan Anggasta tanpa ada konflik apapun lagi diantara mereka berdua.Aruna baru akan memanggil Anggasta turun untuk sarapan pagi, namun Anggasta sudah lebih dulu keluar kamar dengan setelan jasnya. Tanganya yang terluka sudah berbalut kain kasa yang nampak berantakan, bahkan sebagian lukanya tidak tertutup dengan sempurna."Mas mau kemana?" tanya Aruna heran, karena setau Aruna Anggasta sudah tidak mengajar lagi di kampus."Bukan urusan kamu aku mau kemana," jawab Anggasta ketus."Oke kalau mas Anggasta gak mau ngasih tau aku mau pergi kemana, tapi sebelum pergi tolong sarapan dulu dan biarin aku ngobatin luka mas Anggasta dengan benar."Melihat jejeran makanan yang menggugah selera ada di depan matanya, Anggasta akhirnya mau menuruti ucapan Aruna karena memang sedari kemarin Anggasta
Read more

Chapter 46

Aruna merenung di meja makan, sudah pukul sembilan malam Anggasta masih belum pulang juga padahal Aruna sudah memasak untuknya. Memang tadi pagi Anggasta bilang Aruna tidak perlu menunggu dan menyiapkan makan untuknya, Aruna kira Anggasta tidak bersungguh-sungguh berkata seperti itu tapi ternyata ia benar-benar tidak pulang malam ini. Mbok Jum akhirnya membereskan semua lauk pauk dan menyimpannya di dalam kulkas untuk di hangatkan lagi besok pagi, Aruna akhirnya memutuskan untuk tidur saja karena Anggasta juga tidak kunjung pulang ke rumah. Pagi hari, Aruna keluar dari kamar dengan tergesa-gesa karena ia harus menghangatkan lagi makanan yang semalam tidak tersentuh sama sekali. Dengan cekatan ia mengeluarkan semua lauk pauk dari dalam kulkas, juga mengupas buah untuk membuat jus kesukaan Anggasta. "Mbok, mas Anggasta udah keluar dari kamarnya?" tanya Aruna sembari tangannya sibuk menghangatkan makanan. "Den Anggasta gak pulang non semalam, sekarang juga belum pulang dan kasih kabar
Read more

Chapter 47

Siang hari saat cuaca sedang terik-teriknya, Aruna memutuskan untuk berenang di kolam untuk menghilangkan rasa gerahnya. Aruna nampak lihai berenang dan menimbulkan suara percikan air yang menggangu tidur siang Alana, Alana menggerutu kesal pasalnya ia tidak tidur semalaman dan sekarang ia ingin beristirahat tanpa gangguan. "Kenapa si sayang?" tanya Anggasta sembari menarik Alana ke dalam pelukannya. "Kamu gak denger apa? itu suara di kolam renang berisik banget siang-siang gini." Anggasta membuka matanya dan menanjamkan pendengarannya, memang suara riak air kolam renang terdengar sampai ke telinganya namun tidak sampai mengganggu seperti yang Alana katakan. "Aku gak bisa tidur kalau ada suara berisik gini, Ngga." Alana merengek dengan wajah mengantuknya. Anggasta sebenarnya malas untuk turun ke bawah dan melihat siapa yang sedang berenang saat ini, tapi dari dugaannya ia tau kalau itu pasti Aruna yang sedang berenang. Alana menggandeng tangan Anggasta dan sudah bersiap untuk me
Read more

Chapter 48

Anggasta keluar dari restoran dengan wajah yang ditekuk masam, setelah membayar makanan dengan harga yang cukup mahal nyatanya Alana masih juga menolak untuk memakannya. Banyak alasan yang ia katakan mulai dari rasa masakannya yang hambar, bahannya yang tidak fresh bahkan sampai mengatakan hal yang membuat pihak restoran tersinggung. Anggasta benar-benar tidak menyangka kalau Alana memiliki attitude yang begitu buruk, entah karena kehamilan yang membuat emosinya tidak stabil atau memang sejak dulu sikap dan sifat Alana sudah seperti itu hanya saja Anggasta tidak menyadarinya. Sesampainya di rumah Anggasta hendak memarkirkan mobilnya ke dalam carport, namun ternyata sudah tidak ada lagi tempat disana karena tempat miliknya diisi oleh satu mobil yang Anggasta kenal pemiliknya. Anggasta menekan klakson mobilnya berkali-kali, hingga Aruna keluar dari dalam rumah bersama dengan Kastara dan mbok Jum. Dengan gusar, Anggasta keluar dari mobil dan langsung menarik kemeja flanel Kastara secara
Read more

Chapter 49

Empat hari meninggalkan rumah dan tinggal di rumah Alana, kini waktunya Anggasta untuk pulang ke rumahnya yang di tinggali Aruna. Empat hari tinggal bersama Alana membuat suasana hati Anggasta selalu dalam keadaan tidak baik, bahkan Anggasta yakin jika ia tinggal lebih lama di rumah Alana maka Anggasta bisa mengalami stres berat. Alana itu terlalu manja, semua hal yang berkaitan dengan urusan rumah tangga Anggasta semua yang mengerjakan padahal ia juga sudah lelah berada di restoran hampir dua belas jam. Sedangkan Alana hanya tiduran di rumah dan menyuruh-nyuruhnya untuk melakukan ini itu, bahkan air minum untuknya sendiri juga Anggasta yang menyediakan padahal jarak antara kamar Alana dengan dapur sangat dekat. Ditambah lagi kemarin orang tua Alana datang berkunjung, Anggasta di perlakukan seperti budak disana karena orang tua Alana juga mendukung perbuatan putrinya. Mereka bilang ketika seorang istri sedang mengandung maka sang suami wajib memperlakukannya seperti ratu, itu tidak m
Read more

Chapter 50

Matahari belum menunjukkan eksistensinya di langit, bahkan Anggasta juga belum menuntaskan rasa kantuknya namun ponselnya terus-menerus berdering dan mengganggu tidur nyenyaknya. Dengan malas Anggasta mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas nakas, lalu melihat siapa yang sudah mengganggunya di pagi buta ini. Alana, lagi-lagi Alana yang mengganggunya. Ada sepuluh panggilan tidak terjawab dan dua puluh lima chat masuk darinya, entah apa yang sudah terjadi padanya yang jelas Anggasta harus meneleponnya sekarang. Anggasta khawatir terjadi sesuatu hal buruk padanya, mengingat sebelumnya Alana tidak pernah menghubunginya sampai seperti ini. Panggilan pertama Anggasta langsung dijawab cepat oleh Alana, saat Anggasta memanggil namanya isak tangis langsung terdengar dari ujung telepon. "Al, kamu kenapa?!" tanya Anggasta khawatir. "Anggasta, aku kesepian. Aku enggak bisa tidur sendirian, aku terbiasa tidur sama kamu beberapa hari ini." tangis Alana di ujung telepon. Anggasta mengusap wa
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status