Home / Pernikahan / 100 Hari Bersamamu / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of 100 Hari Bersamamu: Chapter 31 - Chapter 40

116 Chapters

Chapter 31

Hari ini Aruna mulai menjalani kuliahnya lagi setelah sekian lama vakum, karena Aruna tidak membawa mobil saat pindah ke sini jadi ia berencana untuk ikut mobil Anggasta ke kampus namun ternyata Anggasta menolaknya. Anggasta sudah berjanji untuk menjemput Alana pagi ini, ia tidak ingin mengingkari janjinya pada Alana meskipun hanya janji sepele.Aruna mengalah, ia akhirnya memesan sebuah taksi online untuk pergi ke kampus. Karena Aruna sekarang sedang hamil, pakaian yang ia kenakan sekarang juga tidak semenawan dulu. Aruna hanya menggunakan celana kulot high waist berbahan kain dan kaos crop top, tidak lupa juga ia membawa sweater rajut untuk menutupi tubuhnya saat jam pelajaran kuliah.Saat tiba di kampus Aruna langsung di sambut ramah oleh semua orang, namun lagi-lagi sapaan ramah itu hanyalah sebuah jilatan untuk mendapatkan hatinya. Karena Aruna tidak punya teman, mau tidak mau ia menerima sapaan geng julid yang sedari kemarin berusaha mendapatkan hatinya. Davira, si ketua geng ya
Read more

Chapter 32

Saat taksi yang Aruna tumpangi sampai di halaman rumah Anggasta, kebetulan Anggasta juga baru kembali ke rumah setelah hampir seharian berada di kampus. Sepanjang keluar dari mobil air mata Aruna terus turun membasahi pipinya, Anggasta heran mengapa Aruna menangis sampai seperti itu."Aruna, kamu darimana?" Anggasta menegur Aruna yang hendak masuk ke dalam rumah."Bukan urusan mas aku darimana," jawab Aruna ketus."Aku ini suami kamu Aruna!" Anggasta menjegal pergelangan tangan Aruna."Ya, tapi cuma suami di atas kertas.""Tapi tetap aja di mata orang-orang kamu itu istri aku! dan lagi apa ini? kamu pakai baju kayak begini dan keluar tanpa sepengetahuan aku," Anggasta menunjuk baju Aruna.Baru Aruna akan menyahuti ucapan Anggasta, tiba-tiba Kastara datang dan langsung menarik Aruna dari genggaman Anggasta."Na, dengerin aku dulu." Kastara menggenggam kedua tangan Aruna di depan mata Anggasta."Oh, jadi kalian pergi bersama tanpa sepengetahuan aku?" Anggasta tersenyum sinis kepada Arun
Read more

Chapter 33

Kehidupan Aruna saat ini benar-benar membosankan untuknya, dulu saat masih menjadi model Aruna akan di sibukkan dengan padatnya jadwal pemotretan dan kuliah. Tapi sekarang yang ia lakukan hanya kuliah dan nongkrong bersama Davira dan gengnya, Aruna yang sebelumnya tidak akrab dengan mereka tentu merasa tidak nyaman saat mengobrol apalagi yang diobrolkan tidak jauh dari permasalahan barang mewah dan laki-laki. Aruna sudah tidak tahan lagi, ia akhirnya memutuskan untuk pergi dengan alasan ingin ke toilet. Aruna mencoba menghubungi Liza dengan harapan ia bisa bersenang-senang bersama sahabatnya itu, namun ternyata Liza saat ini sedang berada di Bali untuk pemotretan bersama model barunya. "Ternyata aku gak punya temen ya," Aruna tertawa pelan setelah menutup panggilan teleponnya. Karena tidak ada lagi yang akan ia lakukan di kampus, Aruna akhirnya memutuskan untuk pulang saja namun bukan ke kediaman Anggasta melainkan ke kediaman Takahiro. Aruna berencana untuk membawa mobilnya kesini
Read more

Chapter 34

Setelah keadaan Aruna membaik, dokter mengizinkannya pulang namun dengan syarat ia harus menjaga tubuh dan kandungannya mulai saat ini. Biar bagaimanapun Aruna kini membawa sebuah nyawa di dalam rahimnya, ia harus memperhatikan janin kecil tersebut. Kastara sudah pulang satu jam yang lalu karena harus melakukan pemotretan di Yvaine, dan yang tersisa di ruangan ini hanyalah Aruna Anggasta dan juga Alana. Aruna heran mengapa perempuan itu selalu menempel pada Anggasta seperti lintah yang sulit dilepaskan, bahkan sejak kembali dari luar untuk mencari makan Alana sama sekali tidak melepaskan pegangannya pada lengan Anggasta. Alana selalu mengambil alih perhatian Anggasta setiap kali lelaki itu berusaha menanyakan keadaan Aruna, bahkan dokter Listya sampai di buat heran dengan tingkah laku Alana dan mempertanyakan ada hubungan apa di antara mereka berdua sedangkan istrinya kini tengah terbaring di atas brankar. Anggasta keluar sebentar untuk menandatangani berkas administrasi Aruna, lalu
Read more

Chapter 35

Pagi-pagi buta, Anggasta sudah bangun untuk menyiapkan sarapan pagi kesukaan Aruna demi mendapatkan kata maaf darinya. Anggasta sadar perbuatannya semalam sudah keterlaluan, ia yang menolak menuruti keinginan Aruna tapi ia juga yang marah saat orang lain membantu Aruna memenuhi keinginannya. Dalam waktu satu jam Anggasta berhasil menyiapkan hidangan daging sapi bumbu teriyaki, tumis brokoli wortel saus tiram dan juga jus buah untuk Aruna. Tidak lupa juga Anggasta meletakkan satu kotak permen gulali di atas meja makan, tanpa Aruna ketahui semalam Anggasta pergi keluar membeli permen gulali untuknya bahkan memborong semuanya hingga habis. Aruna keluar dari kamar dengan dress klasik berwarna lilac dan juga sepatu flatshoes menghiasi kaki mungilnya, dengan penampilannya yang seperti ini Aruna nampak terlihat manis. Aruna duduk di meja makan dan mulai menyantap hidangan itu satu persatu tanpa tau siapa yang sudah memasaknya, ia belum mau bicara sama sekali bahkan menatap Anggasta saja eng
Read more

Chapter 36

Sesampainya mereka di kampus, semua pasang mata menatap ke arah sepasang pengantin baru ini dari ujung kepala hingga ujung kaki. Mereka berdua tentu belum menyadari mengapa orang-orang memberi mereka tatapan seperti itu, tapi Aruna yakin pasti ada sesuatu yang tidak beres hari ini."Aruna!" panggil Davira lalu berlari menuju Aruna dan menarik Aruna menjauh dari Anggasta."Na! kamu itu istrinya pak Anggasta?" tanya Davira berbisik.Aruna terkejut mendengar pertanyaan Davira, "Kamu, kamu tau darimana?""Kemarin kamu pingsan dan di bawa ke klinik Tridaya kan?" tanya Davira lagi."Iya, terus kamu tau darimana masalah ini?!""Si mulut ember Monica kemarin ada di sana! setelah tau hubungan antara kamu dan pak Anggasta dia langsung nyebarin berita ini ke grup chat jurusan!"Sekarang Aruna paham, mengapa semua orang menatapnya seperti itu tadi. Ternyata mereka sudah mengetahui hubungan antara dirinya dan Anggasta, itu berarti..."Terus apalagi yang Monica tau dan sebarin di grup chat jurusan?
Read more

Chapter 37

"Gimana keadaannya?""Masih belum sadar, kalau nanti dia udah sadar aku bakal hubungi kamu dan laksanain tugas aku.""Bagus, kalau gitu cari info sedetail-detailnya. Aku gak mau terima info yang salah,"Alana berusaha membuka kedua matanya saat telinganya sayup-sayup mendengar percakapan tersebut, namun saat ia berhasil membuka kedua matanya penuh yang ada di sebelahnya hanyalah Shadza. Alana cukup heran melihat kehadiran Shadza disini, pasalnya mereka sama sekali tidak dekat dan bertemu saat hari raya saja."Al, kamu udah sadar?" tanya Shadza."Shadza? kamu kok ada disini? apa kamu yang bawa aku ke rumah sakit?""Iya, aku yang bawa kamu ke rumah sakit.""Sendirian?" tanyanya lagi karena tadi Alana mendengar suara Shadza berbicara dengan seorang lelaki."Iya sendirian, oh iya aku bawa oleh-oleh buat kamu. Papah baru pulang dari Bali dan semua keluarga udah kebagian oleh-oleh kecuali kamu, jadi aku putusin buat bawain ini langsung ke rumah kamu. Tapi pas aku sampe kamu udah pingsan di
Read more

Chapter 38

Untuk memastikan Alana benar-benar sakit atau tidak, akhirnya pagi-pagi sekali Aruna pergi ke rumah sakit berniat untuk menjenguknya. Aruna membawa satu keranjang buah-buahan juga lauk pauk untuk Anggasta sarapan, Aruna yakin Anggasta pasti belum makan sejak semalam karena sibuk mengurusi Alana. Beruntungnya Aruna bertemu dengan Anggasta di lobby rumah sakit, Anggasta baru saja akan pergi mencari sarapan karena sejak kemarin perutnya belum terisi makanan. Mencium harum aroma masakan dari kotak makanan yang Aruna bawa, perut Anggasta langsung berbunyi kencang seakan sudah tidak tahan menahan rasa laparnya lagi. "Kamu sendirian sejak semalam disini mas? bener-bener gak ada satupun anggota keluarganya yang datang?" tanya Aruna heran, baru kali ini ia lihat ada orang sakit yang tidak di temani satupun anggota keluarganya. "Kemarin ada Shadza yang menemani Alana sebentar, tapi karena Shadza harus pergi pemotretan ke luar kota jadi dia gak bisa menemani Alana di rumah sakit sekarang."
Read more

Chapter 39

Akhirnya Aruna sampai di gedung Yvaine dan segera bergegas masuk untuk menemui Kastara, tapi Aruna lupa kalau saat ini ia bukan lagi bagian dari Yvaine jadi ia tidak bisa masuk ke dalam secara sembarangan. Meskipun semua orang di Yvaine sudah mengenal Aruna, namun SOP harus tetap di jalankan. Aruna duduk sendirian di lobby untuk menunggu Kastara selesai pemotretan, banyak wartawan yang lalu lalang di depan gedung Yvaine tapi hanya sedikit dari mereka yang menotice keberadaannya. "Aruna!" panggil Liza."I miss you beb! miss you so much!" Liza memeluk Aruna erat hingga Aruna sesak nafas dibuatnya. "Liza, aku gak bisa nafas." ucap Aruna terengah-engah. "Oh, hehe maaf. Aku terlalu kangen jadi meluknya pake tenaga," Aruna mengatur kembali nafasnya, "Liz, aku mau ketemu Kastara sekarang. Apa jadwal pemotretannya udah selesai?" "Hmm, setau aku Kastara udah selesai pemotretan sih. Mungkin sekarang dia lagi prepare buat pulang," sahut Liza. "Liz, aku boleh minta tolong sama kamu? tolong
Read more

Chapter 40

Aruna kembali ke rumah di sore hari setelah sibuk berurusan dengan dosen yang akan membimbingnya mengerjakan skripsi, karena bawaan hamil tubuh Aruna jadi mudah lelah dan saat ini kepalanya terasa agak pening. Aruna tidak kuat lagi menaiki tangga untuk ke kamarnya, jadi ia putuskan untuk merebahkan dirinya dulu di sofa sampai keadaannya membaik.Melihat wajah Aruna yang pucat dan lemas, mbok Jum segera menelepon Anggasta untuk memberitahukan keadaan Aruna padanya tapi sayang Anggasta sama sekali tidak menggubris panggilannya."Non mau mbok bawa ke rumah sakit?" tawar mbok Jum."Enggak apa-apa mbok, Aruna cuma pusing aja kok.""Tapi-""Mbok, Aruna beneran gak apa-apa." Aruna tersenyum tipis dan memejamkan kedua matanya kembali.Karena mbok Jum khawatir dan Aruna tetap bersikeras, jadi mbok Jum berinisiatif memanggil bidan yang ada di dekat perumahan untuk datang ke rumah. Aruna sudah tertidur pulas di sofa, namun wajahnya masih pucat dan keringat sebesar biji jagung mengalir di dahinya
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status