“Maafkan aku, Ayahanda… Aku akan menjadi saudara yang posesif kali ini – benar-benar posesif. Tak ada yang boleh menyentuh Castor kecuali aku. Selain aku, tak boleh ada yang memindahkan Castor sedikit pun…” “Castor sudah tiada. Biarkanlah ia pergi… Lagipula, kau juga sudah membalaskan dendamnya dengan membunuh Idas dan Lynceus, Pollux. Relakanlah kepergian Castor. Dengan begini, kau hanya akan terus menyiksa dirimu sendiri dan membuat jiwa Castor tidak tenang,” tukas Dewa Zeus terperengah. “Cabut saja keabadianku, Ayahanda…” kata Pollux tiba-tiba. “Hah? Apa? Kau sadar dengan apa yang kauucapkan itu, Pollux?” Terdengar Zeus sedikit menghardik. “Aku sangat sadar… Untuk apa hidup dalam keabadian jika ternyata aku harus melewatinya dalam kesendirian? Aku tidak mementingkan keabadian. Aku tidak memerlukan keabadian. Aku lebih membutuhkan orang yang akan melewati keabadian itu bersama-sama denganku. Dalam hal ini, orang itu adalah Castor. Tapi sekarang ia telah tiada. Separuh jiwaku jug
Last Updated : 2022-06-14 Read more