Seberkas sinar hijau muncul di taman kampus tempat Tiara Andhara menghadiri kelas perkuliahan. Sinar hijau berubah menjadi sosok Vritz Victor.“Aku jadi bingung mau mendanakan sepatu sekolah yang model begini atau model begini kepada anak-anak panti asuhan itu. Lebih baik kutanyakan kepada Jimmy deh. Mana tahu ia memiliki ide dan gagasan yang lebih bagus.” Vritz membawa dua foto model sepatu sekolah di tangannya. Dia terlihat berjalan dengan langkah-langkah ringan dan antusias.Mendadak saja langkah-langkahnya terhenti tatkala ia mendengar suara percakapan Jimmy dan Tiara di taman yang terletak di bagian samping kanan gedung kampus.“Kau terluka kan? Kau sempat tidak sadarkan diri selama beberapa hari setelah pertempuran melawan raja asura dan ratu negeri es… Iya kan?” tanya Tiara Andhara dengan suaranya yang dingin.Jimmy Ferry tampak bagai orang bisu disengat lebah. “Aku tidak kenapa-kenapa kok, Tiara… Lihat nih aku baik-baik saja. Lagipula, kau dengar dari siapa sih? Tidak semenger
Jimmy Ferry memilih model sepatu yang tidak bertali. “Ini saja… Ini terlihat lebih keren menurutku. Tapi, harganya pasti lebih mahal kan?”“Tidak masalah…” Vritz memberi tanda pada model sepatu yang dipilih oleh Jimmy Ferry. “Kau lupa harga, uang, dan tetek bengek sebangsanya tidak lagi menjadi masalah bagi orang mati seperti kita? Kau sudah lupa akan jati dirimu sekarang?” tanya Vritz Victor sedikit berseloroh.Jimmy Ferry terbahak sesaat.“Oh iya… Aku masih PD banget mengira aku ini masih sama dengan manusia normal lainnya.”“Apakah… Apakah kau mulai serba salah dengan permintaan yang diajukan oleh Tiara barusan?” Tiba-tiba saja, Vritz Victor menanyakan suatu pertanyaan yang begitu mengejutkan di telinga Jimmy Ferry.“Kau mendengar percakapan kami barusan? Tentunya kau sudah mendengarkan semua jawabanku bukan?”“Aku ingin memastikan sekali lagi. Aku ingin mendengarnya sekali lagi dari mulutmu sendiri.”“Aku tetap akan bersama dengan kelompok Tujuh Pengawal, Vritz.” Jimmy Ferry terde
“Tapi yah, itu urusan anak muda. Aku sudah berbeda generasi. Aku tidak berhak ikut campur.” Pak Reynold Sahah ikut-ikutan tersenyum penuh arti.“Josh tahu kalau Nancy, kekasih Bang Junaidy di alam manusia sana, tidak setuju Bang Junaidy kembali meneruskan hidupnya sebagai salah satu dari Tujuh Pengawal di Negeri Elemen. Sempat terdengar oleh Josh pembicaraan antara Bang Junaidy dan kekasihnya bahwasanya Nancy ada menyuruh Bang Junaidy untuk tidak usah balik ke Negeri Elemen lagi dan tetap di sampingnya.” Jimmy Ferry memberikan sebuah cerita singkat mengenai apa yang terjadi pada Junaidy dan Josh.“Oh ya?” Alis Pak Reynold Sahah naik sedikit. “Bagaimana tanggapan Junaidy kalau begitu?”“Tentu saja ia menolak dan merasa bersalah pada kekasihnya itu. Hanya saja, ketika Josh menanyai Bang Junaidy, Bang Junaidy tidak menceritakan yang sebenarnya kepada Josh dan terkesan seolah-olah Bang Junaidy menutup-nutupi hal mengenai pembicaraannya dengan kekasihnya itu dari Josh. Josh benaran mengira
“Mereka belum selesai. Josh uring-uringan dari kemarin malam sampai tadi pagi. Mereka pasti ada banyak yang ingin dibicarakan dan diluruskan,” tukas Yongki santai.“Biarkan saja mereka menyelesaikan kesalahpahaman mereka sampai tuntas. Aku justru iri pada mereka berdua, pada kalian bertujuh. Hubungan persaudaraan dan persahabatan kalian begitu erat dan dekat. Aku sungguh menyayangkan aku tidak berkesempatan menjalani persahabatan dan persaudaraan seperti yang kalian jalani sekarang.” Lagi-lagi, Pak Reynold Sahah berkata dengan sorot mata menerawang.“Karakter dan pandangan masing-masing orang itu berbeda-beda, Pak Reynold. Kami justru sangat berterima kasih pada Pak Reynold bisa menerima kami apa adanya. Ada yang justru menganggap gaya persahabatan dan persaudaraan kami ini menjijikkan.” Terdengar Jimmy Ferry sedikit terkekeh-kekeh.“Kalian saja ya… Kami nggak…” kata Ray Wish meledak dalam tawa renyahnya.Pak Reynold dan kelima pengawal juga ikut meledak dalam tawa mereka.***“Josh…!
Kevin Husein mengikuti gadis buta yang bernama Josefina tadi sampai ke kamar kecil. Pas pada saat hendak melangkah keluar dari kamar mandi, kaki si gadis buta tersandung daun pintu yang menganga. Tak ayal lagi, si gadis buta kehilangan keseimbangannya dan jatuh terjelepok. Kepalanya kontan membentur dinding kamar mandi. Tampak sedikit luka lecet dan darah pada kepalanya. Terdengarlah pekikan dan lolongan tidak berdaya si gadis buta dari kamar mandi.“Tolong aku! Tolong aku! Tolong! Aku jatuh… Aku tidak bisa berdiri…” Si gadis buta Josefina mulai menangis tersedu-sedu.Mendadak Kevin Husein langsung menerjang masuk ke kamar mandi. Ia menggendong si gadis buta keluar dari kamar mandi dan kemudian mendudukkannya ke kursi.“Thanks banget, Bang… Abang baik sekali…” Terlihat Josefina tersenyum di sela-sela isak tangisnya.“Kepalamu sedikit lecet. Kotak obat ada di mana?” tanya Kevin Husein.“Aku ambilkan…” Josefina hendak berdiri, tapi Kevin Husein menahannya.“Aku saja yang ambilkan. Kau k
“Untuk menjadi hebat, kita tidak perlu menunggu cinta dari orang lain, Adik Kecil. Tapi, cintailah dirimu sendiri dulu, niscaya kau akan menjadi seseorang yang hebat, yang akan dicintai banyak orang. Kau bisa mengerti kan?” tanya Josh dengan sebersit senyuman lemah lembut.Tentu saja si gadis buta tidak bisa melihat senyuman lemah lembut di wajah Josh yang tampan memikat. Ia hanya bisa merasakan kehangatan dalam nada suara Josh. Tampak si gadis buta mengangguk dengan cepat.Detik-detik berlalu. Kini terlihat Kevin Husein berjalan-jalan keliling pekarangan panti bersama-sama dengan Enam Pengawal.“Thanks banget sudah mengajakku ikut serta baksos ini, Tujuh Pengawal. Aku jadi menyadari satu hal.”Kevin Husein berdiri berhadap-hadapan dengan keenam pengawal tertingginya.“Dibandingkan dengan penderitaan si gadis kecil itu, penderitaan yang kualami selama ini masih belum seberapa. Mulai detik ini, aku juga ingin belajar mencintai diri sendiri meski itu terasa begitu sulit untuk dilakukan.
“Tapi itu tidak mungkin. Kami baru mengenal Kevin ketika kami menjadi Tujuh Pengawal di Negeri Elemen. Kami sama sekali tidak tahu-menahu masa kecil Kevin apalagi mengenalnya…” Dahi Junaidy berkerut dalam. Banyak tanda seru dan tanda tanya meragas alam pikirannya.“Jurus tujuh elemen memiliki kekuatan untuk bisa membaca pikiran dan mimpi seseorang. Kalian bisa mencoba menerawang alam kesadaran Kevin sekarang,” tutur Kenzy Husein santai.Keenam pengawal tertinggi terlihat saling berpandangan sesaat. Mereka saling menganggukkan kepala mereka. Kali ini tampak Vritz yang menyinari kepala Kenzy Husein dengan sinar hijaunya. Muncullah gambaran memori kesadaran Kevin Husein yang mengeriap di dalam alam pikirannya barusan.Melihat gambaran memori kesadaran itu, keenam pengawal tertinggi sungguh terhenyak bukan main terhempas ke tebing kebenaran.“Tapi kami benar-benar tidak mengenal Kevin Husein sebelum kami menjadi Tujuh Pengawal di Negeri Elemen.” Jimmy Ferry tampak bingung. Vritz Victor ta
Oke deh… Kita turun saja dulu… Kita selesaikan saja baksos hari ini. Nanti malam baru kita bicarakan lebih lanjut lagi dengan RM. Ray Wish menyuruh mereka untuk segera turun.Yongki berpaling ke bagian belakang mobil yang kosong-melompong. Sekali mengibaskan tangan saja, muncul banyak sekali barang dana yang akan mereka berikan ke panti rehabilitasi ini. Dalam sekejap, bagian belakang mobil menjadi penuh sesak.Keenam pengawal tertinggi dan Kevin Husein turun dari mobil. Mereka mulai menurunkan barang-barang dana secara manual. Tentu saja Kevin Husein tidak ikut membantu menurunkan barang-barang. Dia langsung berjalan menelusuri ke bagian dalam panti. Sama seperti panti-panti sebelumnya, anak-anak dengan beragam kondisi cacat fisik dikumpulkan dalam suatu ruangan aula yang cukup lebar. Kevin Husein menyapukan sinar matanya ke seisi aula. Ada kira-kira tujuh puluh hingga delapan puluh anak-anak di kursi roda dengan beragam kondisi kecacatan mereka.Lagi-lagi suatu perasaan lain yang mi
Pak Reynold berdiri di depan bola kristal peramal dan mulai mengajukan pertanyaannya, “Apa yang akan terjadi pada ketujuh pangeran Negeri Elemen di masa depan?” Begitu pertanyaan tersebut dilontarkan, mendadak saja bola kristal peramal mengeluarkan semacam kabut asap ke seisi ruangan kerja Pak Reynold. Kabut asap kian lama kian tebal dan akhirnya menghalangi jarak pandang Pak Reynold dan Rafael Sahah. Antara tersadarkan dan tidak, keduanya seakan-akan terlempar ke sebuah dunia yang benar-benar asing bagi mereka. Di dunia itu, mereka hanya bisa menyaksikan apa-apa saja yang terjadi, namun mereka tidak bisa menyentuh apa pun yang ada dalam dunia itu ataupun berinteraksi dengan orang-orang yang ada dalam dunia itu. Tampak seorang pemuda pertengahan dua puluhan sedang duduk sendirian di sebuah coffee shop. Coffee shop tersebut berada di tengah-tengah pusat kota yang ramai dan sibuk. Tampak sedikit antrean pembeli di bagian depan. Tampak ada beberapa pengunjung yang memilih menghabiskan
“Aku mengalami hari-hari yang buruk akhir-akhir ini karena sang dewa yang aku cintai sama sekali tidak mengetahui perasaanku dan sama sekali tidak menghiraukan cinta dan perhatianku. Namun, melalui perjuangan-perjuangan Tujuh Pangeran selama ini, aku bisa belajar bagaimana mencintai diri sendiri dan menunjukkan cintaku yang tidak terbatas kepada dewa-dewi yang ada di sampingku. Sang dewa yang aku cintai akhirnya menyadari keberadaanku dan cintaku terhadapnya selama ini. Kemarin aku memberanikan diri menyatakan perasaan padanya dan dia menerimanya. Kami telah jadian sekarang. Terima kasih kepada Tujuh Pangeran atas segala motivasi dan semangat yang dipancarkan selama ini… Kami akan selalu menunggu kalian kembali…” kata salah seorang dewi junior yang lain, yang diiringi sorak-sorai dan tepuk tangan riuh seisi auditorium.“Aku berkali-kali gagal ujian saringan masuk ke perguruan tinggi di Negeri Elemen sini. Setelah itu, pacarku juga memutuskan hubungan kami dengan alasan dia telah menc
Panglima Christian Aquila mendesah napas panjang dalam diam. Howard… Novi… Kini kalian sudah bisa tenang di sana. Ketujuh pangeran sudah tumbuh dewasa sekarang dan kelak pasti akan bisa menjadi tujuh raja yang arif dan bijaksana.“Kita akan berpindah ke ruangan auditorium di lantai bawah dulu, Tujuh Pangeran. Rakyat Negeri Elemen ingin mengucapkan salam perpisahan secara langsung kepada Tujuh Pangeran,” celetuk Pak Reynold.Tujuh Pangeran saling berpandangan untuk sesaat. Mereka tersenyum penuh arti dan kemudian mengangguk mengiyakan.“Oke… Kita akan berpindah ke ruangan auditorium di lantai bawah…” tukas Josh santai.Satu per satu menteri dan staff kenegaraan tampak meninggalkan ruang rapat.***“Tujuh Pangeran akan berangkat ke alam brahma hari ini. Ketujuh putri yang menemani dan mencintai mereka pasti akan sangat sedih…”“Iya ya… Kasihan ya ketujuh putri itu… Apakah mereka bisa bertahan sampai dengan Tujuh Pangeran kembali ke alam dewa naga dan alam manusia nanti?”“Yang namanya c
“Apa itu?” tanya Yongki dan Ray Wish berbarengan.“Persahabatan, persaudaraan, dan kekerabatan kita tetaplah sama. Mungkin pada waktu 20 tahun mendatang, kita akan datang ke sini membongkar kotak kenangan ini bersama-sama dengan istri dan anak-anak kita. Iya nggak?” Junaidy menyeringai lebar.Keenam saudara yang lain juga tampak meringis lebar.“Dan aku akan bilang pada anak-anakku bahwa mereka memiliki enam paman yang sangat aku sayangi…” kata Vritz.“Dan aku akan bilang pada anak-anakmu dulu aku pernah beradu mulut dengan ayah mereka,” sahut Josh dan meledak dalam tawa ringannya.“Terserah apa yang mau kaubicarakan dengan mereka, Josh…” Vritz tampak meringis lebar. “Kurasa itu akan sangat menyenangkan… Kita datang ke sini membongkar kapsul waktu ini, mengenang masa-masa silam. Dan pada saat itu kita akan cerita lagi tentang hari ini, ditemani segelas teh hangat dan beberapa cemilan ala kadarnya di sore hari.”“Akan terasa suasana yang begitu hangat dan sejuk di hati ya…” kata Jimmy.
“Kenapa bisa begitu?” tanya sang putri lemah lembut, masih merebahkan kepalanya ke bahu sang pangeran, dan masih menelusuri pemandangan di luar dengan sorot mata menerawang.“Biarpun mereka memperoleh seluruh semesta ini sekalipun, mereka tetap takkan merasa bahagia dan gembira. Hanya ada kenihilan, kehampaan, dan kekosongan di sana. Karena sebenarnya yang mereka butuhkan dan inginkan sangat… sangatlah sederhana. Mereka hanya membutuhkan cinta dari orang-orang yang mereka sayangi; mereka hanya membutuhkan perhatian dari orang-orang yang mereka cintai. Sederhana sekali, tapi justru itulah yang tidak mereka dapatkan selama ini. Beginilah akibatnya jika hidup di dunia tanpa cinta…”“Menurutmu cinta bisa mengalahkan segalanya?”Sang pangeran kembali menganggukkan kepalanya dengan mantap.“Itulah yang membuatku tetap bertahan sampai sekarang, Sayang. Ada cinta darimu… Ada cinta dari kedua orang tuaku yang terdahulu… Ada cinta dari kedua orang tuaku yang di alam manusia sana… Dan, ada cinta
Tujuh Pangeran membawa tujuh putri pujaan masing-masing ke restoran termahal dan termewah baik di alam dewa naga maupun di alam manusia. Semuanya membawa putri pujaan masing-masing menyantap makanan lezat di restoran yang super mewah, kecuali Vritz yang membawa si gadis kelinci terbang ke puncak gunung tertinggi di alam dewa naga. Si gadis kelinci sendiri tidak menginginkan makanan super lezat di restoran super mewah. Dia bilang dia hanya menginginkan sedikit waktu yang semakin terasa berharga untuk dihabiskannya bersama-sama dengan Vritz.Terdengarlah beberapa percakapan penting nan penuh arti antara ketujuh putri pujaan hati dengan ketujuh pangeran.“Kenapa tidak dimakan?” tanya sang pangeran.“Karena aku tidak berselera…” jawab sang putri masih menatap dingin ke makanan dan minuman yang terhidang di hadapannya. Sayup-sayup terdengar suara background music yang melankolis mengalun ke seisi restoran.“Makanlah… Habis itu, kita akan jalan-jalan ke taman hiburan.” Sang pangeran berusah
Jimmy menggaruk-garuk kepalanya dengan kikuk. Vritz hanya memandanginya dengan sinar mata ganjil yang nakal nan penuh arti.“Aduh, Bang Ray Wish… Jelas-jelas kau tahu waktu itu aku masih belum bisa mengingat kehidupan lampauku…”Kelima saudara yang lain meledak dalam tawa geli mereka.“Tapi, aku tahu Vritz pasti akan memaafkanku karena dia adalah saudara belahan jiwaku yang baik hati…” Kembali Jimmy meraih diri Vritz ke dalam dekapan hangatnya.“Oke deh… Sudah saatnya kita siap-siap… Ada segudang salam perpisahan yang harus kita katakan pada putri-putri kita hari ini…” kata Junaidy.“Iya… Aku akan menghadapi amarah Gisella dan omelan-omelannya sepanjang hari ini. Aku akan pulang ke penginapan lebih malam hari ini ya, Brothers…” kata Josh sedikit tersenyum simpul.“Kita akan terlelap lagi dalam kristal warna kuning emas itu. Namun entah mengapa, kali ini aku tidak merasa begitu tersiksa dan tertekan lagi. Aku lebih tenang dan lebih siap mental menghadapinya sekarang…” kata Jimmy dengan
Vritz menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia berusaha menggerakkan tubuhnya supaya dia bisa menjauh dari Ratu Surgawi yang jahat nan kejam itu, tapi dia sama sekali tidak berdaya.“Tidak ada yang boleh menolak cinta dan pengorbananku! Ayahandamu sungguh kejam karena ia tidak bisa menghargai cinta dan penantianku yang begitu besar untuknya sejak aku masih kecil sampai dengan sekarang! Aku tidak pernah berhenti mencintainya! Aku tidak pernah berhenti merindukannya setiap malam! Namun, apa balasannya terhadapku! Apa balasannya terhadap seluruh cinta dan pengorbananku! Dia malah mengkhianati, mencampakkan dan menginjak semua cinta dan ketulusanku! Dia jatuh cinta dengan ibundamu, saudara kembarku sendiri! Jangan salahkan aku ya… Jangan salahkan aku… Salahkan ayahanda dan ibunda kalian… Karena mereka, kalian terpaksa harus mengalami nasib nahas seperti ini. Kalian akan menyaksikan dengan mata kepala kalian sendiri Putra Mahkota Kevin Husein naik takhta sebagai raja menggantikan kalian d
“Peduli apa! Dia memang tidak pantas mendapatkan piala dan piagam juara dua ini kok!”“Iya… Kita injak saja!”“Supaya lain kali kalau dia masih mau mengikuti perlombaan menyanyi dengan suaranya yang cempreng itu, dia akan berpikir dua tiga kali…”Terdengar derai tawa mengejek nan melecehkan dari beberapa anak yang menginjak-injak hadiah-hadiah Vritz itu. Mereka berlalu begitu saja.Tampak Vritz kembali meneteskan air mata kepedihan dan kegetiran sendirian. Mobil Jimmy mulai digas dan berlalu meninggalkan tempat parkir gedung serbaguna itu.“Vritz! Vritz! Vritz!” jerit si ibu begitu ia tiba di gedung serbaguna dan melihat apa yang tengah terjadi pada anaknya. “Apa yang terjadi? Kenapa jalannya tidak hati-hati? Aduh! Ada yang terluka?”Si ibu memeriksa kondisi sekujur badan anaknya. Untunglah tidak ada luka yang serius.Si ayah juga tampak sangat panik. Kedua suami istri itu memberdirikan si anak dan membantu mengambilkan hadiah-hadiahnya yang berceceran di jalan setapak di depan gedung