“Iya… Sudah tahu kok… Pada pertemuan pertama kami, aku sudah memberitahunya secara terus-terang...” tutur Novi Quincy dengan raut wajah polos.“Dan dia masih ingin bertemu denganmu setelah itu? Dia masih janjian ngajak ketemuan denganmu di pesta pertemuan dewa-dewi ini?” Wow… Sungguh sesosok dewa naga yang lain dari yang lain kali ini. Berbeda dengan teman-temannya yang langsung mencampakkannya begitu tahu tentang identitas dan jati dirinya yang asli, teman naga yang satu ini masih bisa janjian ngajak dia ketemuan pula. Jadi penasaran aku… Aku ingin bertemu dengan teman naganya ini sebentar nanti, tentunya setelah aku bertemu dan berkenalan dengan Pangeran Howard Alex dulu dong… Aku akan menanamkan kesan yang baik dulu di depan Raja Calvin Husein. Aku pastinya akan berusaha meyakinkannya bahwa akulah satu-satunya dewi yang berhak menjadi calon menantunya, sekaligus calon ratu dari Negeri Elemen di masa mendatang. Sungguh tidak ada dewi-dewi lain yang lebih pantas lagi selain aku…Novi
Howard Alex menyalami tangan itu ala kadarnya.“Kau tidak masuk ke dalam?” tanya Novia Qaydee singkat dengan sedikit senyuman cerah menghiasi sudut bibirnya yang tipis.“Kenapa?” Howard membalas pertanyaan dengan pertanyaan.“Tidak apa-apa… Hanya agak aneh melihat sang tuan rumah bisa berdiri di depan sini ikut menyambut tamu. Ada lagi tamu spesial yang kautunggu selain aku?” Novia Qaydee mencoba untuk bergurau dengan tingkat kepercayaan dirinya yang tinggi.Reynold Sahah berusaha menatap mata Howard Alex dan mempelajari apa sebenarnya yang tengah dipikirkan oleh sang sahabat kala itu.“Oh, tidak… tidak… Aku akan masuk ke dalam sebentar lagi. Kau masuklah dulu.”“Oke deh… Aku tunggu di dalam ya… Aku akan beri salam ke Raja Calvin Husein dulu…” kata Novia Qaydee tersenyum tipis lagi dan kemudian berlalu masuk ke dalam auditorium.“Bukan Novi Quincy. Dia bilang namanya adalah Novia Qaydee…” bisik Reynold Sahah.“Dan kepribadian mereka juga sangat bertolak belakang. Gila… Memang Ayahanda
“Kalian pikir itu adalah suatu kerjaan yang mudah ya…?” Tampak senyuman sinis Pollux yang kini disertai dengan sepasang matanya yang mendelik tajam. “Hahaha… Cepat sekali ketahuan rupanya…” Terdengar Lynceus meledak dalam tawa renyahnya. “Harus kuakui kedua anak kembar Dewa Zeus adalah anak kembar yang sungguh brilian dan jenius. Aku salut… Aku salut…” kata Idas terbatuk-batuk beberapa kali karena tadi sempat terkena tapak halilintar dari Castor. “Kalian bukan hanya mirip dalam hal wajah dan ciri-ciri fisik ya… Namun, kalian juga mirip dalam kepintaran dan kejeniusan. Aku salut dengan kalian…” Tampak senyuman sinis Lynceus kepada Pollux. “Kalian begitu dekat satu sama lain sampai-sampai kalian tidak membutuhkan dewi lagi sebagai pasangan hidup kalian. Apakah kalian pecinta sesama jenis dan juga terlibat dalam hubungan inses?” “Kalian terlibat dalam hubungan cinta yang terlarang bukan?” tuduh Idas kepada Castor. Pollux dan Castor meledak dalam tawa terbahak-bahak mereka. “Kalian
“Maafkan aku, Ayahanda… Aku akan menjadi saudara yang posesif kali ini – benar-benar posesif. Tak ada yang boleh menyentuh Castor kecuali aku. Selain aku, tak boleh ada yang memindahkan Castor sedikit pun…” “Castor sudah tiada. Biarkanlah ia pergi… Lagipula, kau juga sudah membalaskan dendamnya dengan membunuh Idas dan Lynceus, Pollux. Relakanlah kepergian Castor. Dengan begini, kau hanya akan terus menyiksa dirimu sendiri dan membuat jiwa Castor tidak tenang,” tukas Dewa Zeus terperengah. “Cabut saja keabadianku, Ayahanda…” kata Pollux tiba-tiba. “Hah? Apa? Kau sadar dengan apa yang kauucapkan itu, Pollux?” Terdengar Zeus sedikit menghardik. “Aku sangat sadar… Untuk apa hidup dalam keabadian jika ternyata aku harus melewatinya dalam kesendirian? Aku tidak mementingkan keabadian. Aku tidak memerlukan keabadian. Aku lebih membutuhkan orang yang akan melewati keabadian itu bersama-sama denganku. Dalam hal ini, orang itu adalah Castor. Tapi sekarang ia telah tiada. Separuh jiwaku jug
“Tidak kok… Aku tadi makan dan minum di dalam auditorium. Ini aku baru saja keluar dan mencari udara segar.”“Oh…” jawab Howard Alex singkat. Dalam hati, ia sedikit banyak merasa bersyukur Novi Quincy tidak berlama-lama di dalam auditorium sehingga rahasia jati dirinya dari dewi ini masih aman.“Aku tidak berlama-lama di dalam sana karena… karena…” Novi Quincy memandang ke bawah sejenak. Dia merasa kepercayaan dirinya kontan hilang ketika harus membahas tentang kekurangan fisiknya.“Kau tidak berbeda dengan dewa-dewi lainnya, Novi…” tukas Howard Alex memegangi kedua pipi sang putri pujaan hati dan sedikit mengangkat wajahnya. “Setidaknya kau tampak istimewa di mataku karena kau memiliki kebaikan hati yang jarang dimiliki oleh dewi-dewi lainnya di negeri ini. Kau mengerti kan?”Dua belahan pipi Novi Quincy mulai merona merah.“Aku tahu… Makanya aku selalu berterima kasih padamu. Thanks sudah mau berteman denganku dan menerima kondisiku apa adanya.” Senyuman lemah lembut Novi Quincy sun
Seberkas sinar hijau muncul di taman kampus tempat Tiara Andhara menghadiri kelas perkuliahan. Sinar hijau berubah menjadi sosok Vritz Victor.“Aku jadi bingung mau mendanakan sepatu sekolah yang model begini atau model begini kepada anak-anak panti asuhan itu. Lebih baik kutanyakan kepada Jimmy deh. Mana tahu ia memiliki ide dan gagasan yang lebih bagus.” Vritz membawa dua foto model sepatu sekolah di tangannya. Dia terlihat berjalan dengan langkah-langkah ringan dan antusias.Mendadak saja langkah-langkahnya terhenti tatkala ia mendengar suara percakapan Jimmy dan Tiara di taman yang terletak di bagian samping kanan gedung kampus.“Kau terluka kan? Kau sempat tidak sadarkan diri selama beberapa hari setelah pertempuran melawan raja asura dan ratu negeri es… Iya kan?” tanya Tiara Andhara dengan suaranya yang dingin.Jimmy Ferry tampak bagai orang bisu disengat lebah. “Aku tidak kenapa-kenapa kok, Tiara… Lihat nih aku baik-baik saja. Lagipula, kau dengar dari siapa sih? Tidak semenger
Jimmy Ferry memilih model sepatu yang tidak bertali. “Ini saja… Ini terlihat lebih keren menurutku. Tapi, harganya pasti lebih mahal kan?”“Tidak masalah…” Vritz memberi tanda pada model sepatu yang dipilih oleh Jimmy Ferry. “Kau lupa harga, uang, dan tetek bengek sebangsanya tidak lagi menjadi masalah bagi orang mati seperti kita? Kau sudah lupa akan jati dirimu sekarang?” tanya Vritz Victor sedikit berseloroh.Jimmy Ferry terbahak sesaat.“Oh iya… Aku masih PD banget mengira aku ini masih sama dengan manusia normal lainnya.”“Apakah… Apakah kau mulai serba salah dengan permintaan yang diajukan oleh Tiara barusan?” Tiba-tiba saja, Vritz Victor menanyakan suatu pertanyaan yang begitu mengejutkan di telinga Jimmy Ferry.“Kau mendengar percakapan kami barusan? Tentunya kau sudah mendengarkan semua jawabanku bukan?”“Aku ingin memastikan sekali lagi. Aku ingin mendengarnya sekali lagi dari mulutmu sendiri.”“Aku tetap akan bersama dengan kelompok Tujuh Pengawal, Vritz.” Jimmy Ferry terde
“Tapi yah, itu urusan anak muda. Aku sudah berbeda generasi. Aku tidak berhak ikut campur.” Pak Reynold Sahah ikut-ikutan tersenyum penuh arti.“Josh tahu kalau Nancy, kekasih Bang Junaidy di alam manusia sana, tidak setuju Bang Junaidy kembali meneruskan hidupnya sebagai salah satu dari Tujuh Pengawal di Negeri Elemen. Sempat terdengar oleh Josh pembicaraan antara Bang Junaidy dan kekasihnya bahwasanya Nancy ada menyuruh Bang Junaidy untuk tidak usah balik ke Negeri Elemen lagi dan tetap di sampingnya.” Jimmy Ferry memberikan sebuah cerita singkat mengenai apa yang terjadi pada Junaidy dan Josh.“Oh ya?” Alis Pak Reynold Sahah naik sedikit. “Bagaimana tanggapan Junaidy kalau begitu?”“Tentu saja ia menolak dan merasa bersalah pada kekasihnya itu. Hanya saja, ketika Josh menanyai Bang Junaidy, Bang Junaidy tidak menceritakan yang sebenarnya kepada Josh dan terkesan seolah-olah Bang Junaidy menutup-nutupi hal mengenai pembicaraannya dengan kekasihnya itu dari Josh. Josh benaran mengira
Pak Reynold berdiri di depan bola kristal peramal dan mulai mengajukan pertanyaannya, “Apa yang akan terjadi pada ketujuh pangeran Negeri Elemen di masa depan?” Begitu pertanyaan tersebut dilontarkan, mendadak saja bola kristal peramal mengeluarkan semacam kabut asap ke seisi ruangan kerja Pak Reynold. Kabut asap kian lama kian tebal dan akhirnya menghalangi jarak pandang Pak Reynold dan Rafael Sahah. Antara tersadarkan dan tidak, keduanya seakan-akan terlempar ke sebuah dunia yang benar-benar asing bagi mereka. Di dunia itu, mereka hanya bisa menyaksikan apa-apa saja yang terjadi, namun mereka tidak bisa menyentuh apa pun yang ada dalam dunia itu ataupun berinteraksi dengan orang-orang yang ada dalam dunia itu. Tampak seorang pemuda pertengahan dua puluhan sedang duduk sendirian di sebuah coffee shop. Coffee shop tersebut berada di tengah-tengah pusat kota yang ramai dan sibuk. Tampak sedikit antrean pembeli di bagian depan. Tampak ada beberapa pengunjung yang memilih menghabiskan
“Aku mengalami hari-hari yang buruk akhir-akhir ini karena sang dewa yang aku cintai sama sekali tidak mengetahui perasaanku dan sama sekali tidak menghiraukan cinta dan perhatianku. Namun, melalui perjuangan-perjuangan Tujuh Pangeran selama ini, aku bisa belajar bagaimana mencintai diri sendiri dan menunjukkan cintaku yang tidak terbatas kepada dewa-dewi yang ada di sampingku. Sang dewa yang aku cintai akhirnya menyadari keberadaanku dan cintaku terhadapnya selama ini. Kemarin aku memberanikan diri menyatakan perasaan padanya dan dia menerimanya. Kami telah jadian sekarang. Terima kasih kepada Tujuh Pangeran atas segala motivasi dan semangat yang dipancarkan selama ini… Kami akan selalu menunggu kalian kembali…” kata salah seorang dewi junior yang lain, yang diiringi sorak-sorai dan tepuk tangan riuh seisi auditorium.“Aku berkali-kali gagal ujian saringan masuk ke perguruan tinggi di Negeri Elemen sini. Setelah itu, pacarku juga memutuskan hubungan kami dengan alasan dia telah menc
Panglima Christian Aquila mendesah napas panjang dalam diam. Howard… Novi… Kini kalian sudah bisa tenang di sana. Ketujuh pangeran sudah tumbuh dewasa sekarang dan kelak pasti akan bisa menjadi tujuh raja yang arif dan bijaksana.“Kita akan berpindah ke ruangan auditorium di lantai bawah dulu, Tujuh Pangeran. Rakyat Negeri Elemen ingin mengucapkan salam perpisahan secara langsung kepada Tujuh Pangeran,” celetuk Pak Reynold.Tujuh Pangeran saling berpandangan untuk sesaat. Mereka tersenyum penuh arti dan kemudian mengangguk mengiyakan.“Oke… Kita akan berpindah ke ruangan auditorium di lantai bawah…” tukas Josh santai.Satu per satu menteri dan staff kenegaraan tampak meninggalkan ruang rapat.***“Tujuh Pangeran akan berangkat ke alam brahma hari ini. Ketujuh putri yang menemani dan mencintai mereka pasti akan sangat sedih…”“Iya ya… Kasihan ya ketujuh putri itu… Apakah mereka bisa bertahan sampai dengan Tujuh Pangeran kembali ke alam dewa naga dan alam manusia nanti?”“Yang namanya c
“Apa itu?” tanya Yongki dan Ray Wish berbarengan.“Persahabatan, persaudaraan, dan kekerabatan kita tetaplah sama. Mungkin pada waktu 20 tahun mendatang, kita akan datang ke sini membongkar kotak kenangan ini bersama-sama dengan istri dan anak-anak kita. Iya nggak?” Junaidy menyeringai lebar.Keenam saudara yang lain juga tampak meringis lebar.“Dan aku akan bilang pada anak-anakku bahwa mereka memiliki enam paman yang sangat aku sayangi…” kata Vritz.“Dan aku akan bilang pada anak-anakmu dulu aku pernah beradu mulut dengan ayah mereka,” sahut Josh dan meledak dalam tawa ringannya.“Terserah apa yang mau kaubicarakan dengan mereka, Josh…” Vritz tampak meringis lebar. “Kurasa itu akan sangat menyenangkan… Kita datang ke sini membongkar kapsul waktu ini, mengenang masa-masa silam. Dan pada saat itu kita akan cerita lagi tentang hari ini, ditemani segelas teh hangat dan beberapa cemilan ala kadarnya di sore hari.”“Akan terasa suasana yang begitu hangat dan sejuk di hati ya…” kata Jimmy.
“Kenapa bisa begitu?” tanya sang putri lemah lembut, masih merebahkan kepalanya ke bahu sang pangeran, dan masih menelusuri pemandangan di luar dengan sorot mata menerawang.“Biarpun mereka memperoleh seluruh semesta ini sekalipun, mereka tetap takkan merasa bahagia dan gembira. Hanya ada kenihilan, kehampaan, dan kekosongan di sana. Karena sebenarnya yang mereka butuhkan dan inginkan sangat… sangatlah sederhana. Mereka hanya membutuhkan cinta dari orang-orang yang mereka sayangi; mereka hanya membutuhkan perhatian dari orang-orang yang mereka cintai. Sederhana sekali, tapi justru itulah yang tidak mereka dapatkan selama ini. Beginilah akibatnya jika hidup di dunia tanpa cinta…”“Menurutmu cinta bisa mengalahkan segalanya?”Sang pangeran kembali menganggukkan kepalanya dengan mantap.“Itulah yang membuatku tetap bertahan sampai sekarang, Sayang. Ada cinta darimu… Ada cinta dari kedua orang tuaku yang terdahulu… Ada cinta dari kedua orang tuaku yang di alam manusia sana… Dan, ada cinta
Tujuh Pangeran membawa tujuh putri pujaan masing-masing ke restoran termahal dan termewah baik di alam dewa naga maupun di alam manusia. Semuanya membawa putri pujaan masing-masing menyantap makanan lezat di restoran yang super mewah, kecuali Vritz yang membawa si gadis kelinci terbang ke puncak gunung tertinggi di alam dewa naga. Si gadis kelinci sendiri tidak menginginkan makanan super lezat di restoran super mewah. Dia bilang dia hanya menginginkan sedikit waktu yang semakin terasa berharga untuk dihabiskannya bersama-sama dengan Vritz.Terdengarlah beberapa percakapan penting nan penuh arti antara ketujuh putri pujaan hati dengan ketujuh pangeran.“Kenapa tidak dimakan?” tanya sang pangeran.“Karena aku tidak berselera…” jawab sang putri masih menatap dingin ke makanan dan minuman yang terhidang di hadapannya. Sayup-sayup terdengar suara background music yang melankolis mengalun ke seisi restoran.“Makanlah… Habis itu, kita akan jalan-jalan ke taman hiburan.” Sang pangeran berusah
Jimmy menggaruk-garuk kepalanya dengan kikuk. Vritz hanya memandanginya dengan sinar mata ganjil yang nakal nan penuh arti.“Aduh, Bang Ray Wish… Jelas-jelas kau tahu waktu itu aku masih belum bisa mengingat kehidupan lampauku…”Kelima saudara yang lain meledak dalam tawa geli mereka.“Tapi, aku tahu Vritz pasti akan memaafkanku karena dia adalah saudara belahan jiwaku yang baik hati…” Kembali Jimmy meraih diri Vritz ke dalam dekapan hangatnya.“Oke deh… Sudah saatnya kita siap-siap… Ada segudang salam perpisahan yang harus kita katakan pada putri-putri kita hari ini…” kata Junaidy.“Iya… Aku akan menghadapi amarah Gisella dan omelan-omelannya sepanjang hari ini. Aku akan pulang ke penginapan lebih malam hari ini ya, Brothers…” kata Josh sedikit tersenyum simpul.“Kita akan terlelap lagi dalam kristal warna kuning emas itu. Namun entah mengapa, kali ini aku tidak merasa begitu tersiksa dan tertekan lagi. Aku lebih tenang dan lebih siap mental menghadapinya sekarang…” kata Jimmy dengan
Vritz menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia berusaha menggerakkan tubuhnya supaya dia bisa menjauh dari Ratu Surgawi yang jahat nan kejam itu, tapi dia sama sekali tidak berdaya.“Tidak ada yang boleh menolak cinta dan pengorbananku! Ayahandamu sungguh kejam karena ia tidak bisa menghargai cinta dan penantianku yang begitu besar untuknya sejak aku masih kecil sampai dengan sekarang! Aku tidak pernah berhenti mencintainya! Aku tidak pernah berhenti merindukannya setiap malam! Namun, apa balasannya terhadapku! Apa balasannya terhadap seluruh cinta dan pengorbananku! Dia malah mengkhianati, mencampakkan dan menginjak semua cinta dan ketulusanku! Dia jatuh cinta dengan ibundamu, saudara kembarku sendiri! Jangan salahkan aku ya… Jangan salahkan aku… Salahkan ayahanda dan ibunda kalian… Karena mereka, kalian terpaksa harus mengalami nasib nahas seperti ini. Kalian akan menyaksikan dengan mata kepala kalian sendiri Putra Mahkota Kevin Husein naik takhta sebagai raja menggantikan kalian d
“Peduli apa! Dia memang tidak pantas mendapatkan piala dan piagam juara dua ini kok!”“Iya… Kita injak saja!”“Supaya lain kali kalau dia masih mau mengikuti perlombaan menyanyi dengan suaranya yang cempreng itu, dia akan berpikir dua tiga kali…”Terdengar derai tawa mengejek nan melecehkan dari beberapa anak yang menginjak-injak hadiah-hadiah Vritz itu. Mereka berlalu begitu saja.Tampak Vritz kembali meneteskan air mata kepedihan dan kegetiran sendirian. Mobil Jimmy mulai digas dan berlalu meninggalkan tempat parkir gedung serbaguna itu.“Vritz! Vritz! Vritz!” jerit si ibu begitu ia tiba di gedung serbaguna dan melihat apa yang tengah terjadi pada anaknya. “Apa yang terjadi? Kenapa jalannya tidak hati-hati? Aduh! Ada yang terluka?”Si ibu memeriksa kondisi sekujur badan anaknya. Untunglah tidak ada luka yang serius.Si ayah juga tampak sangat panik. Kedua suami istri itu memberdirikan si anak dan membantu mengambilkan hadiah-hadiahnya yang berceceran di jalan setapak di depan gedung