Beranda / Romansa / Ya, Sayang? / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab Ya, Sayang?: Bab 81 - Bab 90

114 Bab

Heran

Arjuna tidak menyadari kalau sekarang di ruang meeting sudah tidak ada orang, kecuali seorang cleaning service yang sedang membereskan gelas bekas para atasan kantor. Cleaning service itu tidak berani menegur Arjuna yang notabenenya adalah seorang CEO, alias bos-nya. Meskipun kata orang-orang kalau Arjuna itu ramah, tapi katanya kalau diusik Arjuna akan berubah menjadi menyeramkan. Tidak sedikit juga para pegawai yang pernah tekena semprot omelan Arjuna, dan katanya omelan Arjuna itu lebih menyeramkan dari pade-nya sendiri yang merupakan wakil direktur di sini dan tentunya lebih senior dari Arjuna. Dan Arjuna ini tidak bisa mentolerir apa pun. Orang-orang merasa takjub pada Mona yang bisa betah bekerja di samping Arjuna. Kalau yang tidak kuat mental pasti para sekretaris akan langsung resign setelah beberapa bulan bekerja pada Arjuna."Tsk!" Arjuna berdecak kesal. Ia memukul meja yang membuat cleaning service itu terlonjak kaget.Pak Arjuna marah karena apa? Apa aku berbuat salah? Adu
Baca selengkapnya

Mencoba Berpikir Logis

Nismara saling tatap dengan boneka beruang yang duduk tepat di depannya. Dengan sorot mata yang tajam dan penuh menyelidik, Nismara memelototi boneka tersebut tanpa berkedip barang satu detik pun."Argh!!!" Nismara berhambur ke dalam pelukan boneka tersebut. Kepalanya menggeleng-geleng dengan cepat."Bisa gak, sih, jangan bikin aku pusing?" Mengomel sendiri, tertawa sendiri, marah-marah sendiri, itulah yang selalu Nismara lakukan jika sedang mengurung diri di dalam kamarnya."Tunggu, tunggu, tunggu. Aku kayaknya emang harus berpikir jernih. Berpikir positif," ucap Nismara sambil menarik napasnya secara teratur.Kedua tangannya ia letakkan di samping kelapanya. "Jadi gini..." Nismara kembali menarik napasnya, "waktu Pak Arjuna bilang sayang sama aku itu anggap aja Pak Arjuna lagi mengigau karena sehabis itu Pak Arjuna malah tidur, ngorok lagi.""Biar aku gak terlalu terbawa perasaan dan terus memikirkan pernyataan sayang itu, anggap saja Pak Arjuna sekarang gak membenci aku lagi. Aku m
Baca selengkapnya

Bertanya-tanya

"Hari ini biar saya saja yang masak, Nis."Nismara yang baru saja memecahkan telur untuk dikocok menjadi telur dadar itu menatap Arjuna dengan tatapan bingung."Pak Arjuna mau bantu saya masak?" tanya Nismara.Arjuna menggeleng. "Nggak. Tapi hari ini khusus saya yang masak. Kamu duduk manis saja di kursi."Tangan Arjuna mulai melepaskan celemek yang dipakai oleh Nismara.Hidung Nismara bisa mencium harum aroma tubuh Arjuna yang baru selesai mandi. Kalau dipikir-pikir, akhir-akhir ini Nismara tidak lagi mencium bau asap rokok dari tubuh Arjuna. Sepertinya Arjuna sudah berhenti lagi merokok. Berarti tugas Nismara sudah selesai, dong? Kan sesuai dengan perjanjian Bude Marni, Nismara boleh berhenti bekerja sampai Arjuna tidak kecanduan sigaret kretek itu.Menghirup aroma tubuh Arjuna dari jarak sedekat ini, membuat nismara bertanya-tanya, kira-kira minyak wangi yang dipakai Arjuna itu merk apa? Nismara juga ingin membelinya, soalnya wanginya yaang segar dan menaenangkan, tidak menyengat s
Baca selengkapnya

Pelarian

Arjuna sudah menyelesaikan masakan keduanya, kini ia sibuk memasak menu terakhir. Meskipun begitu, tapi masakan tersebut belum juga diletakkan di atas meja makan. Nismara jadi penasaran, apa sih yang Arjuna masak? Dari aromanya saja sungguh sangat menggugah selera. Cacing-cacing di perut Nismara sudah berdemo, bahkan sempat terjadi kericuhan diantara cacing-cacing tersebut.Perut Nismara sekarang benar-benar lapar."Saya panggil Nanda dulu ya, Pak?" ucap Nismara sambil berdiri dari duduknya. Sudah cukup puas ia memperhatikan bagaimana dengan cekatannya Arjuna memasak yang gayanya seperti seorang koki profesional."Iya. Tolong, ya," jawab Arjuna dengan menoleh sedikit dan melemparkan sebuah senyuman yang kecil namun manis.Nismara mengangguk. Ia segera pergi ke kamar Arjuna karena Nanda berada di sana, sedang mengerjakan tugas menggambar dan tugas matematika. Kebiasaan Nanda kalau ada tugas paling tidak mau diganggu dan tidak mau diajari, kalaupun diajari itu kalau sudah selesai semua
Baca selengkapnya

Rencana Kencan Buta

"Ulat Bulu ke sini lagi," ucap Radit sambil menatap ke luar ruangan kerja milik Arjuna.Arjuna yang baru saja membuka satu bungkus permen karet lalu mengunyahnya dengan cepat kemudian membuangnya dengan cepat pula. "Diemin aja, gak usah ditanggapi.""Siapa juga yang mau meladeni dia." Radit mengambil satu map yang tergeletak di atas meja, ia pura-pura sedang sibuk membacanya, diikuti oleh Arjuna yang melakukan hal yang sama."Jun, aku masih gak menerima ya kalau kamu mencampakkan aku dengan tanpa berperasaan. Aku gak suka ya kemarin malam kamu kunciin aku di luar gerbang dan jadi pusat perhatian orang-orang."Kemarin malam setelah mengejar Nismara, Arjuna langsung pergi ke rumah dan kebetulan Tattiana ikut mengejar, jadi ketika Arjuna masuk ke area rumah, ia langsung menguncinya. Alhasil Tattiana berteriak-teriak di depan pagar rumah Arjuna, bahkan Tattiana hampir diseret pergi ke luar kompleks oleh satpam di sana.Karena tidak ada respon dari Arjuna, sekarang Tattiana berkacak pingga
Baca selengkapnya

Sandiwara Part 1

Nismara menatap gedung yang ada di depannya dengan mulut sedikit menganga. Matanya menatap lurus-lurus ke arah gedung tersebut seolah bangunan itu adalah wahana rumah hantu khusus untuk uji nyali."Bu Nis, kok diam saja? Kenapa gak masuk?" tanya Nanda sambil mengayunkan pelan tangan Nismara.Terkesiap, Nismara kemudian menunduk. "Ah iya, ayo kita masuk."Dengan langkah yang sangat ragu-ragu, Nismara berjalan sangat pelan menuju pintu kaca yang tembus pandang itu. Sekarang jam istirahat kantor, sebagian pegawai ada yang menghabiskan waktu istirahat di kantin kantor atau makan di luar, ada juga yang menghabiskan waktu istirahat di ruangan divisi masing-masing, makan sambil memandangi monitor komputer masing-masing.Mengembuskan napas panjang, Nismara mendorong pintu kantor tersebut dengan berat. Dalam hati ia berharap tidak bertemu dengan orang-orang, terutama seseorang yang sangat tidak ingin ia lihat di dunia ini."Nismara?" Sebuah panggilan dengan nada penuh bertanya-tanya itu membua
Baca selengkapnya

Sandiwara Part 2

"Kenapa Pak Arjuna masih merangkul saya? Memangnya tangan Pak Arjuna tidak pegal?""Nis, di sini itu beda dengan kantor ruangan saya di Giant 8 Group. Seisi ruangan ini dari luar terlihat jelas. Kalau kamu mau sandiwara ini tidak terbongkar, kamu jangan banyak protes."Nismara menghela napas panjang. Tangannya sibuk menyuapi Nanda. Nismara tidak ikut makan siang, dengan pertemuan tidak terduga dengan Farhan tadi dan sekarang harus bermesraan dengan Arjuna membuat Nismara kenyang."Prita, dia pacarnya mantan kamu, kan? Ternyata dia ada di divisi yang sama dengannya.""Pak Arjuna mau ngapain? Aduh, Pak, please deh, ini itu masalah saya jadi urusan saya. Pak Arjuna tidak perlu ikut campur, lagipula itu semua hanya masa lalu saya, saya sudah melupakan semuanya.""Tadinya, sih, saya tidak mau ikut campur. Tapi karena dia berbicara seenaknya, saya tidak bisa tinggal diam, dong. Apalagi dia bilang tidak akan menerima kamu bekerja di sini, memangnya kantor ini punya dia?"Nismara melirik ke a
Baca selengkapnya

Sisi Lain Arjuna

Nismara sibuk mondar-mandir membawa nampan berisi piring penuh makanan juga piring dan gelas yang kosong. Dari pukul empat sore ketika dirinya datang, Nismara langsung disuguhkan dengan pekerjaan yang seabrek dan super sibuk tanpa ada jeda istirahat sama sekali. Bukan hanya Nismara, tetapi pegawai yang lainnya juga sama sibuknya, apalagi pegawai bagian dapur yang memang kekurangan orang untuk membantu memasak pesanan para pelanggan, jadi mereka sangat ketar-ketir."Nis, kamu tolong bantuin bagian dapur, gih. Kasian meeka krang orang. Di sini cuma kamu doang yang jago masak." Daniel berbicara pada Nismara yang baru saja menyimpan piring dan gelas kotor ke wastafel. Daniel jug sama sibuknya mencari bala bantuan lain dan dia baru mendapatkan tiga orang bala bantuan termasuk Andin yang dipaksa datang untuk membantu menjadi pelayan kafe khusus malam ini saja. Yang paling susah untuk dicari itu bala bantuan juru masak."Tapi aku gak yakin kalau masakanku enak, Niel.""Masakan kamu enak, l
Baca selengkapnya

Pernyataan

Pukul sepuluh malam kafe sudah mulai ditutup sementara para pegawai pulang saat pukul setengah sebelas, membereskan kafe dari acara yang seharusnya hari jadi kafe yang kelima tapi malah menjadi seperti konser dadakan."Nis..., Yan..., Din..., ini honor kalian berdua. Makasih, ya, kalian udah mau bantu aku. Jujur saja kalau gak ada kalian aku gak tahu repotnya udah kayak gimana.""Makasih, Bos!" Mereka bertiga tersebut lebar dan memasukkan amplop berisi uang bayaran mereka itu ke dalam tas."Nis, kamu pulang sama aku, ya. Soalnya Andin tadi datang ke sini naik taksi. Jadi tadi Dayyan udah di-booking."Andin tersenyum geli. "Duluan, ya," ucapnya sambil menarik lengan Dayyan.Tentu saja Dayyan tidak akan menolak seseorang yang hendak menjadikan dirinya tukang ojek dadakan, lumayan, kan, dirinya jadi punya uang, soalnya rejeki itu tidak boleh ditolak."Dasar mata duitan," cibir Nismara. Dayyan ini memang akan jalan kalau ada duit dulu, kalau tidak ada ya otomatis mogok."Aku tunggu di lua
Baca selengkapnya

Jebakan?

"Mbak ini dari kemarin, kok, hobinya jadi ngelamun terus di teras? Kenapa? Kangen, ya, sama Pak Arjuna?"Novi yang datang dari dalam rumah sambil membawa stoples keripik singkong dan dua gelas teh manis hangat langsung duduk di kursi kosong sebelah Nismara."Mbak itu lagi bingung, Vi," ucap Nismara sambil meminum teh manis hangatnya."Mbak gak usah bingung. Kan Mbak sendiri yang bilang kalau kata Pak Arjuna kalau Mbak memang gak suka sama Pak Arjuna, Mbak bisa menolaknya, begitupun sebaliknya, jika emang Mbak suka, Mbak ya tinggal langsung terima. Gak repot, kan?"Nismara mengembuskan napas. "Gak segampang itu, Vi. Gimana jelasinnya, ya? Pokoknya ya gitu, deh. Satu sisi Mbak gak bisa nolak dan satu sisi lagi Mbak ingin menolak.""Apa, sih, yang Mbak takutkan?""Kalau Mbak menerima perasaan Pak Arjuna, hati Mbak itu merasa... merasa gak yakin aja, Vi. Gimana, ya? Pak Arjuna itu terlalu sempurna untuk Mbak. Kalaupun Mbak menerimanya, Mbak gak yakin kalau Mbak akan bahagia, soalnya setia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status