Home / Romansa / Ya, Sayang? / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Ya, Sayang?: Chapter 71 - Chapter 80

114 Chapters

Duda yang Meresahkan Part 2

Acara pesta pernikahan itu cukup meriah. Nismara daan Andin datang ketika akad sudah selesai dari pukul sembilan lalu dan sekarang tengah berlangsung acara resepsi.Para tamu undangan menyalami pengantin dan kedua orang tua masing-masing mempelai, tak lupa juga mereka mengucapkan selamat dan mendoakan kebaikan untuk pengantin baru fresh from the oven itu."Kita duduk di mana, nih?" tanya Andin. Kedua tangannya sedang kerepotan menenteng piring berisi makanan perasmanan dan air mineral berbentuk kemasan gelas juga buah-buahan dan penutup makanan berupa kue bolu kukus."Di sana aja." Nismara menunjuk tempat dengan dagunya.Ada beberapa kursi yang kosong di dekat pagar ayu. Lagipula kursi tersebut jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat duduk teman-temannya yang lain yang kebetulan sekali mereka bisa hadir di bukan hari libur bekerja ini. Sepertinya mereka kompak untuk sengaja mengambil cuti."Kalau aku nikah nanti, di bagian seksi perasmanan, aku bakal sediain nampan biar para tamu unda
Read more

Duda yang Meresahkan Part 3

"Yang tadi itu siapa?" tanya Arjuna sambil memberikan kartu debitnya pada kasir."Yang tadi yang mana?" Nismara malah balik bertanya dengan wajah sedikit bingung."Laki-laki yang ngobrol sama kamu tadi, yang pakai kacamata.""Mmm... oh... maksud Pak Arjuna itu Pak Handi? Pak Handi itu salah satu wali murid di TK. Kami baru bertemu hari ini."Arjuna mengembalikan mesin EDC pada kasir setelah menekan beberapa digit nomor sandi kartu debitnya."Anaknya murid baru?""Bukan." Nismara menggeleng. "Saya gak mengajar di kelas Nuri, makanya baru pertama kali bertemu.""Kirain.""Eh tahu gak, Pak? Saya dan Pak Handi dalam satu hari ini sudah bertemu secara tidak sengaja sebanyak tiga kali. Yang pertama ketika saya sedang menemani Nuri saat pulang sekolah, yang kedua saat kami berada di kondangan, dan yang ketiga di sini. Bapak tahu gak pepatah orang-orang kalau dalam satu hari dan bertemu dengan orang yang baru kita kenal itu tandanya jodoh. Jangan-jangan saya memang berjodoh dengan Pak Handi."
Read more

Strategi Untuk Berbaikan

"Nismara, ada yang ingn saya bicarakan sama kamu."Nismara tidak jadi membuka pintu belakang. Memutar badannya, Nismara menatap Arjuna dengan pandangan malas. Sepertinya Nismara masih merasa kesal pada Arjuna."Kita bicaranya sambil duduk saja di ruang makan.""Kalau mau bicara, di sini saja, Pak. Tapi jangan lama-lama. Saya sedang buru-buru, nih."Arjuna melirik ke arah jam dinding yang menempel tepat di samping atas sebelah kanan dirinya."Lima menit, saya akan berbicara dengan kamu selama lima menit.""Maaf, Pak. Tapi saya sedang buru-buru." Nismara balik badan, saat tangannya akan memutar kenop pintu, tiba-tiba ia mematung karena mendengar perkataan Arjuna yang membuat dirinya benar-benar terkejut."Saya minta maaf, Nis." Arjuna menghela napas. "Maaf atas semua yang telah saya perbuat ke kamu dari awal pertama kali kita bertemu sampai sekarang."Nismara menatap Arjuna tidak percaya. "Kenapa Pak Arjuna tiba-tiba meminta maaf?""Karena sepertinya..., saya banyak salah sama kamu, Nis
Read more

Cuek

Pukul setengah enam pagi, Arjuna sudah berkutat di dapur, membuat satu cangkir kopi hitam pahit kesukaannya. Setelah menyeduh kopi tersebut, Arjuna meletakannya di atas meja makan. Tangan kirinya sibuk memegang ponsel, sambil sesekali jari-jari tangannya menekan layar, sepertinya Arjuna tengah mengetik sebuah pesan pada seseorang."Ternyata Pak Arjuna diam-diam selalu merokok di belakang saya, ya?!"Arjuna sedikit terlonjak saat tiba-tiba Nismara muncul dari belakangnya sambil menarik tangan kanannya yang tersalip sebatang rokok."Jadi ini alasan saya kenapa tiba-tiba dipecat supaya Pak Arjuna dengan bebas bisa merokok. Iya?""Kok kamu ada di sini?""Apa jangan-jangan, selain Pak Arjuna bisa merokok secara bebas, Pak Arjuna juga sepertinya memecat saya supaya bisa berduaan terus dengan Mbak Tattiana, ya?" Bukannya menjawab pertanyaan Arjuna, Nismara malah mencecar Arjuna dengan deretan pertanyaan.Bel rumah Arjuna berbunyi, Nismara buru-buru berjalan cepat ke ruang tengah lalu membuka
Read more

Surprise!!!

Nanda menatap dengan sedih pada Nismara yang terlihat tidak bersemangat itu. Kepala Nanda menunduk, ia merasa menyesal karena harus mengikuti rencana ayahnya yang harus mengabaikan Nismara.Menghela napas, Nanda duduk di kursi panjang yang berada di samping koridor di depan jendela kelas. Sambil menunggu ayahnya menjemput, Nanda terus saja menatap Nismara. Walaupun Nismara sedang tersenyum (pada orang lain), tapi Nanda tahu kalau senyuman itu senyuman palsu."Sabar, sabar," gumam Nanda, terus merapalkan kata tersebut."Sayang, ayo pulang." Arjuna memanggil Nanda yang masih tidak menyadari keberadaan ayahnya itu. "Sayang, Nanda?"Nanda menoleh, raut wajahnya terlihat sedih bahkan seperti menahan tangis. "Papa, aku mau dekat lagi dengan Bu Nis."Arjuna mengelus kepala Nanda, senyuman kecil yang samar terlukis di bibirnya. "Sabar, ya.""Tapi, Pa...."Menghela napas, Arjuna berbisik pada Nanda yang membuat anak kecil itu kini berwajah berbinar ceria."Yang benar, Pa?" tanya Nanda Kepala
Read more

Unboxing Kado

Sebuah mobil dari jasa pengiriman paket berhenti di depan rumah Nismara. Novi yang kebetulan sedang tidak pergi ke kampus dan berleha-leha di depan teras sambil menatap halaman di depannya itu mengerutkan kening melihat mobil cargo berwarna merah itu. Siapa yang memesan paket? Biasanya orang-orang di rumah jika ada yang berbelanja online sering memberi tahu satu sama lain, apalagi kalau metode pembayarannya bayar di tempat, mereka akan selalu menitipkan uangnya."Atas nama Mbak Nismara?" tanya kurir tersebut setelah memarkirkan mobilnya."Saya adiknya, Mas," jawab Novi sambil menghampiri kurir tersebut.Kurir itu membuka bagasi mobil dan mengeluarkan paket dengan kardus berukuran sangat besar, mungkin seukuran kulkas dan dua kardus berukuran besar."Ini paketnya bayar di tempat, Mas? Berapa, ya?" tanya Novi, bertanya dulu supaya bisa mempersiapkan uang yang entah cukup atau tidak."Oh ini gak usah bayar, Mbak. Bukan cash on delivery, kok."Novi hanya mengangguk paham."Mari, Mbak!" Ku
Read more

Kencan Buta Arjuna

"Terima kasih," ucap Arjuna setelah Nismara meletakkan secangkir kopi hitam.Arjuna sibuk berkutat dengan ponselnya yang menampilkan hampir puluhan pesan berantai dan panggilan tak terjawab dari Bude Marni. Dengan sabar Arjuna menghapusnya satu persatu."Nanda, ayo sarapan!" Nismara membuka pintu kamar Nanda. Ternyata anak itu sudah berseragam rapi nan wangi."Iya, Bu Nis."Ini bukan mimpi, bukan juga khayalan. Nismara masih bekerja di rumah Arjuna. Saat itu, Arjuna hanya menjahili Nismara. Soal Nanda yang pindah sekolah pun, itu semua hanya kebohongan. Mentang-mentang Nismara berulang tahun jadi ayah dan anak itu dengan teganya menjahili Nismara seperti anak-anak sekolah pada umumnya yang selalu memusuhi orang yang ulang tahun hanya untuk memberikan kejutan disiram air bercampur tepung.Nismara berhasil terkena jebakan Batman.Satu lagi, alasan Arjuna dan Nanda merayakan ulang tahun Nismara pagi-pagi sekali yaitu karena Arjuna harus pergi ke luar kota. Kata Arjuna, ibunya sakit dan d
Read more

Acara Makan Malam

Nismara menatap ke arah jendela mobil dengan bosan. Berkali-kali ia membuang napasnya dengan berat. Lalu-lalang mobil dan lampu-lampu jalanan yang mulai menyala menerangi seluruh jalanan dan lampu-lampu dari bangunan sekitarnya tampak tidak menarik bagi Nismara, biasanya ia tidak pernah melewatkan mendokumentasikan pemandangan lampu-lampu ketika malam hari tersebut.Mobil yang dinaiki oleh Nismara berhenti di depan sebuah restoran. Saat hendak turun, ia mengurungkan niatnya dan matanya menatap lurus ke depan. Dengan kening yang sedikit mengerut dan mata menyipit, Nismara mematung seketika.Aku gak salah lihat, kan? ucap Nismara dalam hati."Nis, kamu lagi ngapain? Ayo cepat turun? Kok malah bengong."Nismara menoleh. Orang yang tadi duduk di sampingnya kini mengetuk-ngetuk kaca mobil. Dengan enggan Nismara turun keluar."Kamu jangan coba-coba kabur dari makan malam ini, ya!" ucap orang itu.Nismara tidak menjawab, ia masih menatap seseorang yang kini sedang membukakan pintu mobil deng
Read more

Nismara Galau?

Setelah menghapus make up dan berganti pakaian, Nismara mematikan lampu kamarnya dan mulai berbaring di atas tempat tidur tetapi matanya sulit sekali untuk dipejamkan. Hari ini banyak sekali hal yang sudah dilalui dan membuat tubuhnya lelah, apalagi pikirannya yang tidak bisa berhenti memikirkan kejadian tadi saat di restoran Jepang. Siapa, sih, perempuan yang dirangkul oleh Arjuna itu? Nismara yakin kalau perempuan itu bukan Tattiana, soalnya gaya Tattiana sangat glamor dan nyentrik, mudah untuk dikenali."Maksudnya apa, coba?" Nismara memiringkan posisi tubuhnya menghadap ke kanan. Daripada memikirkan kelakuan Rudy dan ibunya Rudy, Nismara malah tidak bisa berhenti memikirkan Arjuna. Jujur, Nismara penasaran setengah mati pada sosok perempuan itu sampai dirinya sekarang susah tidur."Semua perhatian yang diberikan padaku itu apa? Apa aku terlalu serius menyimpulkan? Apa aku terlalu terbawa perasaan? Tapi jelas-jelas kalau kado itu memang dari Pak Arjuna, aku sudah membuktikannya den
Read more

Arjuna Sakit

"Mbak Nismara, tadi ada pesan dari Bu Marni kalau hari ini Mbak Nismara tidak perlu datang ke rumah Pak Arjuna," ucap satpam yang bertugas menjaga gerbang kompleks."Lho? Kalau boleh tahu kenapa, ya, Pak?" Nismara membenarkan posisi kacamatanya yang turun sedikit.Satpam itu terlihat sedikit terkejut tapi kemudian ia menjawab, "Pak Arjuna dibawa ke rumah sakit dari tadi malam, kira-kira pukul dua malam Pak Arjuna ditemukan pingsan di pinggir jalan.""Apa?!!" Nismara terkejut bukan main. Ternyata ucapan Arjuna kemarin itu benar. Arjuna tidak berbohong. Arjuna berdiri semalaman di sana, di tengah derasnya air hujan.Ya ampun, kalau tahu itu semua bukan gertakan, Nismara pasti tidak berdoa untuk turun hujan. Nismara merasa bersalah, ia merasa berdosa."Pak Arjuna di bawa ke rumah sakit oleh satpam yang lain yang sedang berpatroli. Saya tidak tahu kronologinya seperti apa.""Bapak tidak sedang berbohong, kan?"Satpam itu menggelengkan kepalanya. "Tidak, Mbak Nismara. Oh ya, kata Bu Marni
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status