Setelah menghapus make up dan berganti pakaian, Nismara mematikan lampu kamarnya dan mulai berbaring di atas tempat tidur tetapi matanya sulit sekali untuk dipejamkan. Hari ini banyak sekali hal yang sudah dilalui dan membuat tubuhnya lelah, apalagi pikirannya yang tidak bisa berhenti memikirkan kejadian tadi saat di restoran Jepang. Siapa, sih, perempuan yang dirangkul oleh Arjuna itu? Nismara yakin kalau perempuan itu bukan Tattiana, soalnya gaya Tattiana sangat glamor dan nyentrik, mudah untuk dikenali."Maksudnya apa, coba?" Nismara memiringkan posisi tubuhnya menghadap ke kanan. Daripada memikirkan kelakuan Rudy dan ibunya Rudy, Nismara malah tidak bisa berhenti memikirkan Arjuna. Jujur, Nismara penasaran setengah mati pada sosok perempuan itu sampai dirinya sekarang susah tidur."Semua perhatian yang diberikan padaku itu apa? Apa aku terlalu serius menyimpulkan? Apa aku terlalu terbawa perasaan? Tapi jelas-jelas kalau kado itu memang dari Pak Arjuna, aku sudah membuktikannya den
"Mbak Nismara, tadi ada pesan dari Bu Marni kalau hari ini Mbak Nismara tidak perlu datang ke rumah Pak Arjuna," ucap satpam yang bertugas menjaga gerbang kompleks."Lho? Kalau boleh tahu kenapa, ya, Pak?" Nismara membenarkan posisi kacamatanya yang turun sedikit.Satpam itu terlihat sedikit terkejut tapi kemudian ia menjawab, "Pak Arjuna dibawa ke rumah sakit dari tadi malam, kira-kira pukul dua malam Pak Arjuna ditemukan pingsan di pinggir jalan.""Apa?!!" Nismara terkejut bukan main. Ternyata ucapan Arjuna kemarin itu benar. Arjuna tidak berbohong. Arjuna berdiri semalaman di sana, di tengah derasnya air hujan.Ya ampun, kalau tahu itu semua bukan gertakan, Nismara pasti tidak berdoa untuk turun hujan. Nismara merasa bersalah, ia merasa berdosa."Pak Arjuna di bawa ke rumah sakit oleh satpam yang lain yang sedang berpatroli. Saya tidak tahu kronologinya seperti apa.""Bapak tidak sedang berbohong, kan?"Satpam itu menggelengkan kepalanya. "Tidak, Mbak Nismara. Oh ya, kata Bu Marni
Arjuna tidak menyadari kalau sekarang di ruang meeting sudah tidak ada orang, kecuali seorang cleaning service yang sedang membereskan gelas bekas para atasan kantor. Cleaning service itu tidak berani menegur Arjuna yang notabenenya adalah seorang CEO, alias bos-nya. Meskipun kata orang-orang kalau Arjuna itu ramah, tapi katanya kalau diusik Arjuna akan berubah menjadi menyeramkan. Tidak sedikit juga para pegawai yang pernah tekena semprot omelan Arjuna, dan katanya omelan Arjuna itu lebih menyeramkan dari pade-nya sendiri yang merupakan wakil direktur di sini dan tentunya lebih senior dari Arjuna. Dan Arjuna ini tidak bisa mentolerir apa pun. Orang-orang merasa takjub pada Mona yang bisa betah bekerja di samping Arjuna. Kalau yang tidak kuat mental pasti para sekretaris akan langsung resign setelah beberapa bulan bekerja pada Arjuna."Tsk!" Arjuna berdecak kesal. Ia memukul meja yang membuat cleaning service itu terlonjak kaget.Pak Arjuna marah karena apa? Apa aku berbuat salah? Adu
Nismara saling tatap dengan boneka beruang yang duduk tepat di depannya. Dengan sorot mata yang tajam dan penuh menyelidik, Nismara memelototi boneka tersebut tanpa berkedip barang satu detik pun."Argh!!!" Nismara berhambur ke dalam pelukan boneka tersebut. Kepalanya menggeleng-geleng dengan cepat."Bisa gak, sih, jangan bikin aku pusing?" Mengomel sendiri, tertawa sendiri, marah-marah sendiri, itulah yang selalu Nismara lakukan jika sedang mengurung diri di dalam kamarnya."Tunggu, tunggu, tunggu. Aku kayaknya emang harus berpikir jernih. Berpikir positif," ucap Nismara sambil menarik napasnya secara teratur.Kedua tangannya ia letakkan di samping kelapanya. "Jadi gini..." Nismara kembali menarik napasnya, "waktu Pak Arjuna bilang sayang sama aku itu anggap aja Pak Arjuna lagi mengigau karena sehabis itu Pak Arjuna malah tidur, ngorok lagi.""Biar aku gak terlalu terbawa perasaan dan terus memikirkan pernyataan sayang itu, anggap saja Pak Arjuna sekarang gak membenci aku lagi. Aku m
"Hari ini biar saya saja yang masak, Nis."Nismara yang baru saja memecahkan telur untuk dikocok menjadi telur dadar itu menatap Arjuna dengan tatapan bingung."Pak Arjuna mau bantu saya masak?" tanya Nismara.Arjuna menggeleng. "Nggak. Tapi hari ini khusus saya yang masak. Kamu duduk manis saja di kursi."Tangan Arjuna mulai melepaskan celemek yang dipakai oleh Nismara.Hidung Nismara bisa mencium harum aroma tubuh Arjuna yang baru selesai mandi. Kalau dipikir-pikir, akhir-akhir ini Nismara tidak lagi mencium bau asap rokok dari tubuh Arjuna. Sepertinya Arjuna sudah berhenti lagi merokok. Berarti tugas Nismara sudah selesai, dong? Kan sesuai dengan perjanjian Bude Marni, Nismara boleh berhenti bekerja sampai Arjuna tidak kecanduan sigaret kretek itu.Menghirup aroma tubuh Arjuna dari jarak sedekat ini, membuat nismara bertanya-tanya, kira-kira minyak wangi yang dipakai Arjuna itu merk apa? Nismara juga ingin membelinya, soalnya wanginya yaang segar dan menaenangkan, tidak menyengat s
Arjuna sudah menyelesaikan masakan keduanya, kini ia sibuk memasak menu terakhir. Meskipun begitu, tapi masakan tersebut belum juga diletakkan di atas meja makan. Nismara jadi penasaran, apa sih yang Arjuna masak? Dari aromanya saja sungguh sangat menggugah selera. Cacing-cacing di perut Nismara sudah berdemo, bahkan sempat terjadi kericuhan diantara cacing-cacing tersebut.Perut Nismara sekarang benar-benar lapar."Saya panggil Nanda dulu ya, Pak?" ucap Nismara sambil berdiri dari duduknya. Sudah cukup puas ia memperhatikan bagaimana dengan cekatannya Arjuna memasak yang gayanya seperti seorang koki profesional."Iya. Tolong, ya," jawab Arjuna dengan menoleh sedikit dan melemparkan sebuah senyuman yang kecil namun manis.Nismara mengangguk. Ia segera pergi ke kamar Arjuna karena Nanda berada di sana, sedang mengerjakan tugas menggambar dan tugas matematika. Kebiasaan Nanda kalau ada tugas paling tidak mau diganggu dan tidak mau diajari, kalaupun diajari itu kalau sudah selesai semua
"Ulat Bulu ke sini lagi," ucap Radit sambil menatap ke luar ruangan kerja milik Arjuna.Arjuna yang baru saja membuka satu bungkus permen karet lalu mengunyahnya dengan cepat kemudian membuangnya dengan cepat pula. "Diemin aja, gak usah ditanggapi.""Siapa juga yang mau meladeni dia." Radit mengambil satu map yang tergeletak di atas meja, ia pura-pura sedang sibuk membacanya, diikuti oleh Arjuna yang melakukan hal yang sama."Jun, aku masih gak menerima ya kalau kamu mencampakkan aku dengan tanpa berperasaan. Aku gak suka ya kemarin malam kamu kunciin aku di luar gerbang dan jadi pusat perhatian orang-orang."Kemarin malam setelah mengejar Nismara, Arjuna langsung pergi ke rumah dan kebetulan Tattiana ikut mengejar, jadi ketika Arjuna masuk ke area rumah, ia langsung menguncinya. Alhasil Tattiana berteriak-teriak di depan pagar rumah Arjuna, bahkan Tattiana hampir diseret pergi ke luar kompleks oleh satpam di sana.Karena tidak ada respon dari Arjuna, sekarang Tattiana berkacak pingga
Nismara menatap gedung yang ada di depannya dengan mulut sedikit menganga. Matanya menatap lurus-lurus ke arah gedung tersebut seolah bangunan itu adalah wahana rumah hantu khusus untuk uji nyali."Bu Nis, kok diam saja? Kenapa gak masuk?" tanya Nanda sambil mengayunkan pelan tangan Nismara.Terkesiap, Nismara kemudian menunduk. "Ah iya, ayo kita masuk."Dengan langkah yang sangat ragu-ragu, Nismara berjalan sangat pelan menuju pintu kaca yang tembus pandang itu. Sekarang jam istirahat kantor, sebagian pegawai ada yang menghabiskan waktu istirahat di kantin kantor atau makan di luar, ada juga yang menghabiskan waktu istirahat di ruangan divisi masing-masing, makan sambil memandangi monitor komputer masing-masing.Mengembuskan napas panjang, Nismara mendorong pintu kantor tersebut dengan berat. Dalam hati ia berharap tidak bertemu dengan orang-orang, terutama seseorang yang sangat tidak ingin ia lihat di dunia ini."Nismara?" Sebuah panggilan dengan nada penuh bertanya-tanya itu membua
"Yan, tolong ambilin popok di toko, gih.""Nanti aja, Mbak. Tanggung, nih." Dayyan masih terfokus pada layar televisi yang sedang menayangkan acara kartun di hari Minggu pagi.Di rumah keluarga Pak Gumilar sekarang orang-orang sedang sibuk. Bu Darmaya dan Novi sibuk mencuci dan membereskan rumah, Nirmala sibuk mengasuh si kembar dan Dayyan juga ikut menjadi babysitter, menjaga Nanda dan Juni."Cepetan, Yan.""Suruh bang Wowo aja bawa ke sini.""Di toko lagi rame, Mbak tadi udah telepon katanya bang Wowo lagi ngaterin barang, bang Deri lagi sibuk soalnya di toko sekarang lagi banyak pembeli.""Bentar lagi atuh, Mbak. Sabar. Nunggu dulu iklan." Baru saja Dayyan bilang begitu, tiba-tiba tayangan berubah menjadi iklan komersial.Dayyan beranjak dari posisi rebahannya. Ia berjalan gontai mengambil kunci motor yang menggantung di dekat saklar lampu."Om Day, aku ikut." Nanda berlari menuju Dayyan."Sekalian sambil bawa Juni juga, Yan.""Iya, iya." Dayyan menggerutu. Ia menggendong Juni, sem
Nismara saat ini seperti orang yang hendak melakukan sebuah tindak kejahatan. Kepalanya celingukan dan ia terus mengatur napasnya yang memburu, bahkan jantungnya berdetak tidak karuan.Setelah menunggu beberapa saat. Nismara mengambil sebuah benda panjang berwarna putih itu dari dalam gelas yang berisi air berwarna kekuningan dan berbau pesing.Dengan harap-harap cemas, Nismara perlahan mengintip hasil dari benda panjang berwarna putih tersebut. Dan sesaat kemudian napasnya tercekat dan mulutnya menganga. Ia sangat tidak percaya dengan hasil yang ditunjukkan oleh alat tes kehamilan tersebut.Nismara langsung teringat, ia tidak boleh merasa puas dan senang dulu, soalnya kata Bu Mia, kalau ingin tahu hasil yang akurat itu tes harus dilakukan lebih dari sekali.Sebelum Arjuna bangun, Nismara buru-buru menyembunyikan alat tes kehamilan tersebut dan membuang air urinenya.Beberapa hari kemudian, Nismara mencoba mengecek kembali dan hasilnya tetap sama, dua garis merah yang artinya Nismara
Resepsi pernikahan selesai ketika menjelang malam hari. Di kamar pengantin, Nismara dilanda insomnia dan serangan panik yang membuat jantung berdetak abnormal.Jari-jari tangan Nismara saling meremas satu sama lain, tubuhnya juga bergetar hebat."Ini malam pertama! Ini malam pertama! Ini malam pertama!" ucapnya berkali-kali dengan suara yang sangat lirih.Nismara sudah selesai mandi dari setengah jam yang lalu, sekarang wajahnya full tanpa ada riasan, rambutnya juga basah sehabis keramas."Kenapa gak datang bulan sekarang, sih? Kan aku gak bakal tegang kayak gini. Please, datang bulan datang lagi, dong. Tolongin aku, lah."Meskipun berdoa seperti itu tidak akan terkabul karena baru lima hari yang lalu Nismara selesai masa menstruasinya.Nismara berlari ke arah tas selempang yang tergeletak di atas meja rias. Diam-diam ia mengeluarkan obat tidur lalu meminumnya. Semoga dengan ini ia bisa tidur dan tidak ingat apa-apa.Buru-buru ke atas tempat tidur dan bersembunyi di balik selimut, Nis
"Jangan tegang begitu dong, Nis. Rileks, rileks."Nismara mengembuskan napas panjang, berulang kali sampai rasa gugupnya sedikit menghilang."Bayangin aja pas kamu kemarin lagi siraman, gugup gak? Tegang gak? Rileks. Santai, Nis." Reona kembali menenangkan Nismara karena tubuh gadis itu gemetaran dan wajahnya sangat tegang."Siraman sama akad sekarang beda nuansanya, Miss. Aku gugup banget, nih. Nov, tolong ambilkan obat penenang punya Mbak, dong."Novi mendelik kesal. "Kemarin, kan, udah dihabiskan sama Mbak. Obat penenangnya buat sekeluarga, bukan buat Mbak doang. Emangnya Mbak mau overdosis? Kalau diminum sekarang nanti pas naik ke pelaminan gimana, Mbak? Yang tegang bukan Mbak aja, kita semua sekeluarga juga tegang, aku aja yang bukan pengantin aja ikut tegang, merasakan sensasi jika suatu saat nanti aku mau nikah jadi gini rasanya."Pegawai Reona memberikan air minum untuk Nismara dan langsung diminum sampai tandas."Miss, aku mau ke toilet lagi."Reona berkacak pinggang. "Ini ya
Setelah rangkaian pre-wedding dan antek-anteknya, hari ini hari terakhir Nismara mengajar sebelum menghitung hari menuju ke hari yang berbahagia. Saat hari pernikahan Nismara nanti, Andin juga akan ijin cuti selama dua hari, bukan ijin cuti untuk menikah, tetapi Andin ditunjuk sebagai penerima tamu alias pagar ayu bersama dengan Novi dan sepupu Nismara yang lain."Kalau nikahnya di Bogor sekalian kita jalan-jalan, ya. Untungnya kamu ngambil akad hari Minggu, jadi kita-kita semua gak harus bolos massal," ujar Bu Tari.Nismara hanya tersenyum menanggapinya."Omong-omong, ini yang mendesain kartu undangan siapa, Nis? Bagus banget, deh," puji Bu Mia."Itu saya sendiri yang mendesainnya, Bu.""Ih ternyata kamu hebat banget, ya. Keren banget, lho, ini. Simple tapi elegan. Nanti saya promosikan kamu ke para tetangga, kolega dan saudara saya buat desain undangan bisa gak, Nis? Eh, tapi sebentar lagi kamu, kan, jadi nyonya CEO, dibolehin gak, nih, kamu kerja? Jangan-jangan ini hari terakhir
Reona meneguk secangkir kopi hitamnya yang sudah dingin dan tinggal setengah. Ia mengembuskan napas panjang kemudian tersenyum puas. Akhirnya setelah penantian yang panjang dirinya berhasil menyelesaikan tiga gaun pengantin untuk Nismara dan Arjuna. Satu untuk akad dan dua lagi gaun untuk resepsi. Para pegawai yang membantu Reona juga terlihat sangat puas akan hasil kerja sama mereka."Besok kalian boleh libur. Tenang saja, nominal gajian tetap sama, kok," ucap Reona.Para pegawainya bersorak gembira. Mereka mengucapkan terima kasih pada bosnya itu kemudian pamit pulang karena hari sudah menunjukkan pukul sebelas malam.Ketika para pegawainya sudah pulang, Reona masih berada di dalam ruang kerjanya, menatap lurus ke arah patung manekin yang sudah dipasangi sepasang gaun pengantin yang baru saja selesai dibuatnya.Reona mengembuskan napas panjang, pikirannya berkecamuk, di saat para sahabatnya sudah menikah dan bertunangan, dan masih ada yang berpacaran, hanya dirinya saja yang masih s
Arjuna terkejut ketika tiba-tiba dirinya ditarik ke belakang saat hendak masuk ke dalam mobil. Arjuna juga panik saat orang yang menariknya tersebut tiba-tiba duduk di kursi kemudi dan menutup pintunya dengan rapat."Hei, buka pintunya!" Arjuna tidak mengetahui dengan jelas siapa pelaku tersebut.Saat ini Arjuna benar-benar panik karena tidak mau hartanya diambil, apalagi di dalam ada Nanda yang sudah masuk ke dalam mobil.Jangan-jangan orang yang mau menculik sekaligus mengambil mobil Arjuna? Kalau begitu sebodoh amat dengan mobil, yang Arjuna khawatirkan sekarang yaitu Nanda, anak semata wayangnya yang tidak bisa diganti dan ditukarkan dengan apa pun.Kaca jendela mobil terbuka, menampilkan wajah pelaku yang menarik Arjuna sampai jatuh tersungkur."Cepat masuk ke dalam mobil, Mas."Pelaku tersebut yang tidak lain dan tidak bukan ialah Nismara mengedikkan sebelah bahunya, memberikan isyarat pada Arjuna supaya duduk di jok belakang."Turun kamu dari mobil saya!""Tidak mau.""Turun!"
"Kamu kemarin habis dari mana?"Dada Nismara mendadak sesak. Kalau Arjuna sudah bertanya dengan nada serius seperti ini, berarti itu artinya Arjuna sudah tahu tentang kejadian kemarin sore saat Nismara dan Sella ketemuan di restoran Cina."Aku kemarin gak habis dari mana-mana, kok, Mas. Memangnya kenapa?""Jangan coba-coba bohong, kamu! Kamu pikir aku gak tahu kalau kamu habis bertemu dengan Sella."Arjuna mendadak mengerem mobilnya sampai tubuh Nismara terhuyung ke depan."Kenapa kamu berbohong, Nis?""I-itu...""Kamu gak mencoba untuk mempertemukan Nanda dengan Sella, kan?"Lawan, Nis. Lawan! Kamu jangan diam saja. Kamu harus meluruskan dan memperbaiki hubungan antara Arjuna dengan Sella."I-itu... sebenarnya... aku..., aku memang sengaja ketemuan sama Mbak Sella supaya dia bisa bertemu dengan Nanda, Mas."Mata Arjuna membelalak. Ia menatap Nismara tidak percaya. "Kamu mengkhianati aku, Nis?""Aku gak mengkhianati kamu, Mas. Aku hanya mencoba mempersatukan lagi seorang ibu dan anak
"Jadi, Pak Arjuna ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, gitu?""Sepertinya." Nismara mengembuskan napas. Ia memainkan kuku-kuku jari tangannya."Memangnya kamu gak tanya alasan kenapa Pak Arjuna bercerai?" Andin sibuk mengunyah keripik singkong yang baru saja di belinya tadi sehabis pulang dari pasar malam."Katanya sih dia itu diceraikan sama istrinya dan ditinggalkan, mungkin karena istrinya gak bisa hidup lebih lama dengan orang yang tidak dicintainya sama sekali. Soalnya kalau Mas Arjuna yang menggugat cerai, gak mungkin reaksinya bakal emosional kayak gitu.""Bisa jadi kalau Pak Arjuna itu sedang berbohong, Nis. Dia sebenarnya yang menceraikan mantan istrinya karena ketahuan selingkuh di belakangnya."Nismara menggeleng. "Nggak, Din. Aku yakin Mas Arjuna gak akan melakukan hal tersebut. Mas Arjuna itu tipe anak yang sangat berbakti pada orang tua, Mas Arjuna pasti gak akan mengecewakan kedua orang tuanya, apalagi itu pesan terakhir dari ibunya. Mas Arjuna juga bukan tipe orang yan