Beranda / Romansa / Ya, Sayang? / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Ya, Sayang?: Bab 31 - Bab 40

114 Bab

Kejelasan 2

Bibir Nismara terkatup rapat-rapat. Wajahnya memang berhadapan langsung dengan wajah Arjuna, tetapi matanya menatap ke samping, pintu penghubung antara dapur dan ruang tengah menjadi tumpuan pandangannya sekarang."Kamu melihat ke mana? Saya ada di depan kamu!"Nismara masih bergeming, tidak mengindahkan ucapan Arjuna."Kamu marah sama saya? Marah karena apa? Perasaan setiap hari kita berdua marahan tetapi kamu gak pernah mengindari saya seperti sekarang. Apa ada perkataan atau perbuatan saya yang menyinggung kamu? Tapi biasanya kamu selalu menyerang balik. Atau kamu lagi kesal sama seseorang dan malah melampiaskannya pada saya? Iya?"Pak, bisa tolong lepaskan tangan Pak Arjuna yang ada di dagu saya? Jantung saya mau copot ini!!! jerit Nismara dalam hati."Kenapa diam saja?"Nismara mengerjapkan mata. Setelah berhasil menguasai diri, Nismara lalu menjawab dengan suara yang sangat pelan, seperti sebuah bisikan yang mau tidak mau membuat Arjuna semakin men
Baca selengkapnya

Berbaikan

"Pak Arjuna hari ini terlihat senang. Apa ada hal bagus yang terjadi?" tanya Mona.Arjuna melirik sebentar ke arah Mona sambil memberikan kembali map yang sudah ia tanda tangani. "Saya terlihat senang? Benarkah?"Mona mengangguk. "Benar, Pak. Hari ini wajah Pak Arjuna lumayan sumringah tidak seperti beberapa hari kemarin.""Oh... hari ini saya tidak terlalu banyak pikiran. Urusan pekerjaan juga sudah hampir selesai jadi hal tersebut tidak lagi membebani kepala saya.""Emmm... apa masalah tentang hubungan teman Pak Arjuna dan pacarnya juga sudah menemukan titik terang?" tanya Mona pelan."Sepertinya mereka sudah berbaikan," jawab Arjuna. Sebenarnya ia juga tidak begitu yakin kalau dirinya dan Nismara sudah berbaikan. Tetapi hari ini ada hal bagus yang terjadi, Nismara yang selalu datang pagi dan pulang pagi lagi, sekarang ia kembali seperti sebelumnya, menunggu Arjuna dan Nanda selesai sarapan lalu berangkat ke sekolah bersama meskipun Nis
Baca selengkapnya

Ke Luar Kota

Tanpa Nismara sadari, sedari tadi Arjuna duduk di kursi meja makan sambil menatap Nismara yang sedang sibuk memasak untuk makan malam. Arjuna beberapa kali mengembuskan napas berat sambil jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja. Dilihat dari raut wajah Arjuna, sepertinya pak direktur itu sedang memikirkan sesuatu.Ketika tubuh Nismara berbalik untuk menyimpan mangkuk berisi acar, mata Nismara tidak sengaja beradu kontak dengan mata Arjuna. Nismara buru-buru mengalihkan pandangannya. Nismara masih merasa malu dengan kejadian malam kemarin saat dirinya dan Arjuna pergi ke pesta ulang tahun. Di sana Arjuna dengan santai mengatakan kalau Nismara adalah kekasihnya dan selama berada di sana, Arjuna terus merangkul bahu Nismara dan tidak pernah melepaskannya.Mengingat hal itu hati Nismara sampai sekarang masih terbawa perasaan dan membuat salah tingkah. Berbeda sekali dengan Arjuna yang memang tidak memiliki perasaan apa-apa."Makanannya sudah siap, Pak," ucap Nis
Baca selengkapnya

Kenapa Sih?

Dua hari semenjak Arjuna pulang dari perjalanan pekerjaan di Surabaya, selama ini juga Arjuna tidak pernah bertegur sapa dengan Nismara. Bahkan di rumah pun, yang biasanya mereka berdua sering berdebat, sekarang Arjuna tidak pernah berbicara pada Nismara.Kira-kira kenapa, ya? Apa Nismara berbuat salah? Tapi Nismara berbuat salah apa? Setahu Nismara, nih, menurutnya, ia tidak melakukan kesalahan. Nismara juga mengurus Nanda dengan baik. Malah wajah Nanda sekarang lebih banyak tersenyum dan pipinya sedikit chubby. Bagaimana Nanda tidak chubby, orang Nanda selalu menemani Novi makan camilan dan sering diajak makan ke sana ke mari berburu kuliner yang sedang digandrungi oleh banyak orang."Mau?" Andin menyodorkan almond crispy oleh-oleh pemberian dari Arjuna.Semua guru diberi oleh-oleh, termasuk Nismara dan keluarganya.Kepala Nismara menggeleng, menolak tawaran dari Andin. Melihat oleh-oleh itu entah kenapa membuat Nismara kesal karena teringat den
Baca selengkapnya

Plin-Plan

"Hiks... hiks!" Air mata Nismara mengalir deras membasahi kedua pipinya. Berlembar-lembar tisu sudah ia gunakan untuk mengelap air mata dan ingus yang juga mengalir tak kalah derasnya."Jahat," ucap Nismara lirih. Wajahnya sudah memerah, matanya sedikit bengkak. Andin yang berada di samping Nismara juga ikut terisak."Kejam," ucap Andin sambil melemparkan tisu ke kotak dus yang tergeletak tidak jauh dari mereka."Kok bisa, sih, ada laki-laki sekejam dia?""Jahat!" ucap Nismara lagi dengan suara terbata. "Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Nismara tersedak air kuah seblak dengan level kepedasan ekstra ketika melihat adegan film yang sedang ditontonnya.Di adegan film tersebut, si tokoh perempuan baru saja diputuskan oleh tokoh laki-laki yang tidak mau bertanggung jawab atas perebutan dosa yang mereka lakukan. Si tokoh laki-laki memilih perempuan lain yang lebih cantik dan kaya. Karena dicampakkan, si tokoh perempuan memilih untuk bunuh diri dengan cara te
Baca selengkapnya

Marahan

"Nismara!!! Kenapa kamu tidak membangunkan saya? Kamu tahu sekarang sudah jam berapa? Saya bisa-bisa terlambat ke kantor gara-gara kamu!"Nismara mengabaikan Arjuna yang uring-uringan tidak jelas. Nismara malah memanggil Nanda supaya segera sarapan."Kenapa kamu diam saja? Saya sedang bicara sama kamu!"Berdecak kesal, Nismara menjawab, "Pak Arjuna daripada marah-marah tidak jelas kepada saya, lebih baik Pak Arjuna segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Waktu Pak Arjuna semakin terbuang percuma karena memarahi saya. Selain itu tidak baik marah-marah di depan anak kecil.""Kamu jangan menggurui saya!""Saya berbicara fakta, Pak Arjuna. Kan Pak Arjuna pernah bilang ke saya kalau Nanda itu masa depan Pak Arjuna, harapan Pak Arjuna, umurnya juga masih panjang. Sebagai penerus Pak Arjuna, Nanda harus bersikap baik, bukan?" Nismara berbicara dengan penuh penekanan.Arjuna berlalu pergi karena ia mengakui kalau apa yang di
Baca selengkapnya

Khawatir

Arjuna mengacak rambutnya frustrasi. Semua data yang harus diceknya belum dikerjakan sama sekali. Ia berjalan menuju balkon. Sambil duduk di kursi, Arjuna menyalakan pemantik api lalu mulai menghirup sigaret kretek.Punggung Arjuna bersandar pada sandaran kursi. Kepalanya menengadah ke atas, menatap langit malam tanpa terlihat satu pun bintang karena tertutup oleh polusi udara. Dalam diamnya, Arjuna masih terpikirkan tentang kejadian tadi siang, di mana saat ia sedang bersama Nismara di parkiran sekolah.Mungkin itu adalah sentuhan fisik mereka yang kedua, tapi anehnya, Arjuna merasakan hal lain ketika Nismara menyentuh tangannya, padahal saat di pesta waktu lalu Arjuna tidak merasakan apa-apa.Arjuna tertawa pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak mungkin, kan, kalau dirinya benar-benar memiliki sebuah perasaan pada Nismara?"Habis?" Tangan Arjuna melipat bungkus rokok itu lalu membuangnya ke tong sampah.Segera saja ia mengam
Baca selengkapnya

Tattiana

"Sayang, aku kangen banget sama kamu!"Lima orang yang bersama Arjuna termasuk Radit dan Mona langsung menyingkir dari lift yang baru saja terbuka. Mereka tidak mau mengganggu momen bertemu kangen antara seorang perempuan bergaya modis nan cantik yang kini tengah memeluk Arjuna dengan manja."Tattiana, lepaskan! Ini di kantor." Arjuna menyingkirkan tangan Tattiana yang melingkar di lehernya seperti dasi yang mengikat erat."Aku itu kangen banget sama kamu, Sayang! Sudah hampir satu bulan kita tidak bertemu. Memangnya kamu tidak kangen sama aku?"Tattiana, perempuan yang entah berstatus apa untuk Arjuna itu mengikuti setiap langkah kaki Arjuna. Ia juga terlihat tidak canggung ketika memasuki ruangan Arjuna.Mona mencebikan bibirnya saat Tattiana melewatinya begitu saja tanpa menyapanya sama sekali. Berbeda sekali dengan Nismara yang selalu bersikap ramah.Arjuna melepaskan jasnya yang langsung dipeluk oleh Tattiana dari belakang.
Baca selengkapnya

Menghindari Tattiana

"Kamu semalam kenapa gak jadi makan malam sama aku, Sayang?" Tattiana yang baru saja datang tiba-tiba marah-marah di ruang kerja Arjuna. "Kamu tahu, aku nungguin kamu sampai dua jam lebih. Kamu tega banget sama aku!""Maaf, Tattiana. Kemarin aku sibuk sampai lupa mengabari kamu.""Dan apa sekarang kamu juga sibuk?""Seperti yang kamu lihat."Tattiana menghentakkan kakinya, kesal karena Arjuna berbicara padanya tanpa menatapnya sama sekali. Layar monitor komputernya sepertinya sangat menarik perhatian Arjuna dari pada Tattiana yang bertubuh molek itu."Aku ini gak bisa diginiin terus sama kamu, Sayang! Satu bulan ini aku selalu bersabar untuk cepat-cepat bertemu kamu. Satu bulan ini aku juga bersabar menunggu pesan dan telepon dari kamu. Tapi dalam kurun waktu satu bulan itu kamu hanya mengirimkan pesan satu kali saja. Semua pesanku gak pernah kamu balas. Telepon dariku gak pernah kamu angkat. Kita mengobrol di telepon cuma kurang dari lim
Baca selengkapnya

Rencana

"Sayang!!! Nanda gak ada di sekolah!!!" Tattiana menghampiri Arjuna dengan panik. "Jangan-jangan Nanda diculik! Kita harus lapor polisi!"Arjuna menatap Tattiana dengan kening mengkerut. "Maksud kamu?""Nanda gak ada di sekolah. Aku sudah tanya ke guru-guru dan teman-temannya, mereka bilang kalau Nanda sudah pulang. Padahal yang jemput itu aku, tapi mereka gak tahu Nanda pulang dengan siapa. Sepertinya Nanda diculik, Sayang! Ini gara-gara kamu masukin Nanda ke sekolah yang tidak jelas, harusnya kamu tetap sekolahkan Nanda di sekolah internasional itu." Tattiana malah mengalahkan Arjuna."Maksud kamu dengan 'sekolah tidak jelas' itu apa?""Ya sekolahan yang isinya orang-orang biasa, bukan dari kalangan keluarga atas kaya kamu yang notabene sebagai konglomerat. Sistem keamanannya payah banget. Apalagi tempat parkirnya yang panas dan sempit. Sekolahnya juga kumuh. Iiiih... aku jadi alergi lama-lama di sana." Tangan Tattiana mengelap keringat yang bercucuran di wajah, leher dan lengannya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status