All Chapters of PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU: Chapter 11 - Chapter 20

122 Chapters

BAB 11 BANGKAI ULAR

"Nak Ajeng," panggil Ni Imah mengejutkanku. Aku yang masih terpaku dengan apa yang ada di depanku, akhirnya menoleh ke arah wanita yang sudah memanggilku dan mata Ni Imah langsung tertuju pada benda yang aku lihat tadi, lalu memandangku. "Ba –bagaimana bisa Nak Ajeng sampai ke tempat ini? Siapa yang membantumu, Nak?" "Ajeng jalan sendiri, Ni.""Jalan sendiri?" ucap Ni Imah dengan mata melebar. Aku hanya mengangguk mendengar apa yang Ni Imah ucapkan, dan tak lama wanita tua itu langsung menghampiriku dan mengajakku pergi dari tempat itu. "Tunggu dulu, Ni. Boleh Ajeng tanya sesuatu?" tolakku. Ni Imah yang berdiri di sampingku hanya diam menatapku, dan aku lalu bertanya kepadanya tentang apa yang baru saja aku lihat. "Itu hanya akar-akaran saja yang direbus akik, Nak Ajeng.""Tapi, Ni. Ajeng tadi seperti melihat ular yang mati di sebelah kuali yang berisi air itu, dan air dalam kuali itu baunya seperti ramuan yang akik berikan kepada Ajeng," sanggahku sambil menatap wanita tua yan
Read more

BAB 12 DARAH ULAR

Ki Joko dan Ni Imah hanya diam dan saling menatap ketika aku bertanya tentang ramuan yang ada di tanganku saat ini. Tapi Ki Joko lalu mendekatiku dan duduk di sampingku. "Mengapa Nak Ajeng menanyakan hal itu? Apa ada yang salah dengan ramuan yang akik buat, Nak Ajeng?" tanya Ki Joko. "Hmmm ... itu. Tadi Ajeng melihat bangkai ular di dekat kuali di dapur yang terdapat aroma seperti ramuan ini, Ki." Jelasku dengan perasaan tak karuan. "Bangkai ular?" tanya Ki Joko dengan wajah tak bisa aku artikan. Bahkan pria tua itu juga terlihat sambil melirik istrinya. "I –iya, Ki. Tadi Ajeng melihatnya di sana, tapi setelah Ni Imah datang. Bangkai ular itu anehnya tidak ada lagi," jelasku sambil sesekali menatap Ni Imah. Mendengar apa yang aku katakan, Ki Joko tidak langsung menjawabku lagi. Tapi dia melihat istrinya sambil menghela napas, dan Ni Imah kemudian aku mengangguk, dan itu membuatku semakin binggung dan juga penasaran dengan apa yang mereka sembunyikan. "Apa Nak Ajeng benar-benar i
Read more

BAB 13 MINUM ATAU TIDAK?

"Sudah, Nak Ajeng. Lebih baik Nak Ajeng beristirahat dulu saja seperti apa yang akik katakan," sela Ni Imah. "Tidak, Ni. Ajeng tidak akan beristirahat sampai akik dan ninik memberitahu Ajeng. Kalau tidak lebih baik Ajeng mati saja!" ancamku. "Nak Ajeng!" bentak Ki Joko dan Ni Imah bersamaan. "Kalau memang Nak Ajeng ingin mati, mengapa dulu Nak Ajeng melarikan diri dari Pangeran Dayu? Dengan begitu kami tidak perlu susah-susah menyembunyikan dan menyembuhkan Nak Ajeng!" ucap Ki Joko tanpa memandangku, lalu keluar. Aku yang terkejut dengan apa yang baru saja Ki Joko ucapkan hanya bisa membeku. Karena aku tidak menyangka reaksi Ki Joko akan seperti itu, dan itu membuatku merasa bersalah dan menyesal mengatakan hal seperti tadi. "Nak Ajeng maafkan akik ya, Nak. Akik tadi bukan bermaksud berkata kasar kepada Nak Ajeng, tapi akik dan ninik hanya ingin Nak Ajeng cepat sembuh dan kembali pulih," ucap Ni Imah membubarkan lamunanku. "I –iya, Ni. Ajeng juga minta maaf sudah mengecewakan ni
Read more

BAB 14 BERTEMU IBU

"I –ibu? Ibu ada di sini?" ucapku sambil menatap wanita yang sudah membangunkanku."Iya, Ajeng. Ini ibu dan ibu datang ke sini untuk menemuimu, Nak." Jawab ibu yang kini sudah duduk di tepi tempat tidurku. Aku yang masih tidak percaya bertemu dengan ibu sejak pertemuan terakhir kami di goa Pangeran Dayu hanya bisa membeku menatap wanita yang sudah melahirkanku itu, dan aku lalu bangun dan langsung memeluknya. "Ibu, Ajeng kangen." Ucapku sambil mengeratkan pelukanku pada wanita yang sangat aku sayangi ini, dan tak terasa bulir bening di mataku ini akhirnya ikut jatuh ketika aku meluapkan semua rasa rinduku selama ini. Ibu yang sedang aku peluk pun memelukku dengan hangat seperti biasanya, dan aku tidak berhenti-hentinya bersyukur bisa bertemu ibu kembali. Setelah melepaskan semua rasa rinduku, aku kemudian memandang ibu untuk beberapa saat dan ibu saat ini terlihat seperti biasanya dan terlihat bahagia. "Bu, boleh Ajeng bertanya sesuatu?" tanyaku sambil memegang tangan ibu. "Apa
Read more

BAB 15 IKUT ATAU TIDAK

"Bapak, apa bapak tidak mengingat mereka? Itu 'kan Ki Joko dan Ni Imah," selaku mencoba menjelaskan kepada bapak. Wajah bapak yang tadinya pucat ketika melihat Ki Joko dan Ni Imah masuk ke dalam gubuk ini, kini sudah berubah. Bahkan, aku tidak bisa mengartikan arti wajah bapak saat ini. "Ki Joko, Ni Imah, mereka siapa? Bapak tidak mengenal mereka, Ajeng." Ucap bapak sambil menatap akik dan ninik tanpa berkedip. "Iya, Ajeng mereka itu siapa?" tambah ibu. Bapak dan ibu kemudian saling menatap satu sama lain, dan itu membuatku semakin binggung dengan apa yang terjadi. Ada apa ini? Siapa yang harus aku percaya saat ini? "Nak Ajeng, kalau kedua orang tuamu tidak mengingat kami tidak apa-apa. Itu bukan salah mereka, dan kami yang salah karena tanpa seizin mereka sudah membawamu ke gubuk reot kami ini," ucap Ki Joko memecah kebinggunganku. "Hei lelaki tua? Kamu siapa? Apa kamu yang sudah membuat putriku celaka seperti ini?" bentak bapak dengan mata yang sudah memerah. "Bapak bu—," se
Read more

BAB 16 MAAFKAN AJENG, PAK.

"Nak Ajeng," tegur Ni Imah. Aku yang tadinya menatap kedua orang tuaku yang baru saja meninggalkan gubuk ini lalu menoleh ke arah orang yang sudah menegurku. "I –iya, Ni.""Lebih baik Nak Ajeng mengikuti apa yang bapak Nak Ajeng tadi katakan. Tidak perlu menghiraukan kami, Nak. Akik dan ninik tidak apa-apa," tutur Ni Imah. "Tapi, Ni. Aj—.""Iya, Nak Ajeng. Apa yang ninik katakan benar. Mereka itu kedua orang tuamu, dan kamu harus patuh kepada mereka berdua," sela Ki Joko yang sudah ada di samping Ni Imah. "Tapi, Ki. Ajeng hanya ingin tinggal semalam saja dengan kalian.""Iya, akik tahu. Tapi kalau Nak Ajeng tetap bersikeras untuk bermalam di sini, orang tua Nak Ajeng tidak suka, dan Nak Ajeng bisa saja tidak bisa bertemu mereka lagi," jelas Ki Joko, dan itu membuatku semakin berat untuk memilih. "Ajeng! Sekarang cepat kamu pilih. Kamu ingin tinggal bersama dua orang tua renta itu atau bersama kami kedua orang tuamu!" teriak bapak tiba-tiba dari luar gubuk. Aku hanya bisa membeku
Read more

BAB 17 MIMPI

"Nak Ajeng, ada apa? Apa Nak Ajeng bermimpi buruk?" tanya Ni Imah.Aku yang masih binggung dan terengah-engah dengan tubuh yang basah oleh keringat kemudian menoleh ke arah Ni Imah, dan wanita tua itu kemudian duduk di sampingku dan menggengam tanganku."Ni, apa yang terjadi padaku? Di mana ibu dan bapak, apa mereka benar-benar pergi?" tanyaku sambil mencari keberadaan ibu dan bapak."Ibu dan bapak? Siapa yang Nak Ajeng maksud?""Ibu dan bapak Ajeng, Ni. Bukankah tadi mereka datang di sini?""Orang tua Nak Ajeng datang ke tempat ini? Kapan, Nak Ajeng?" tanya Ni Imah dengan raut wajah yang tampak heran."Tadi, Ni. Bapak dan ibu datang pada saat Ajeng tidur setelah minum ramuan yang akik berikan," jelasku."Itu tidak mungkin, Nak Ajeng. Karena sejak kemarin Nak Ajeng tidur, dan tidak ada siapa-siapa yang datang ke tempat ini. Hanya akik dan ninik saja yang ada di sini.""Benarkah, Ni? Terus yang tadi Ajeng lihat tadi itu siapa, Ni? Apa itu tadi?"Kata-kataku langsung terhenti ketika dal
Read more

BAB 18 MENCARI IBU DAN BAPAK

“Ingin apa, Nak Ajeng?” tanya Ni Imah sambil menatapku.“Ajeng ingin mencari ibu dan bapak,” jawabku sambil menunduk dan memainkan jariku.Aku yang masih takut untuk menatap Ki Joko dan Ni Imah terus saja menunduk, dan wanita tua itu lalu mendekatiku dan memegang tanganku.“Apa Nak Ajeng yakin dengan apa yang ingin Nak Ajeng lakukan?” tanya Ni Imah.“I ‒iya, Ni. Ajeng yakin sekali,” jawabku sambil menatap Ni Imah dan Ki Joko secara bergantian.Ni Imah dan suaminya kemudian saling menatap, dan Ki Joko hanya tetap diam untuk sesaat tanpa mengatakan apapun, dan itu membuatku binggung sekaligus takut.“Ki?” panggil Ni Imah kepada suaminya, dan Ki Joko masih saja diam dan terlihat seperti sedang berpikir.“Kalau itu memang sudah keputusan Nak Ajeng, akik tidak bisa melarang. Tapi apakah Nak Ajeng sudah siap menghadapi kenyataan di luar sana tentang keluarga Nak Ajeng dan Pangeran Dayu?”Deg!Kata-kata Ki Joko seperti pedang yang menusuk jantungku. Karena aku sempat lupa akan hal itu. Apala
Read more

BAB 19 APA SEMUA KAKAK AJENG MASIH HIDUP, KI?

“Akik tidak tahu, Nak Ajeng. Akik hanya mendengar dari warga bahwa semua keluarga Nak Ajeng meninggal dalam kebakaran itu, termasuk orang yang bekerja di rumah Nak Ajeng. Sedangkan bapak dan ibu Nak Ajeng tidak di temukan,” jawab Ki Joko.“Kalau akik hanya mendengar berita itu warga, itu artinya ada kemungkinan kakak Ajeng yang lainnya masih hidup, Ki.”“Apa maksud, Nak Ajeng? Akik tidak mengerti.”Aku yang merasa masih memiliki harapan tentang kakak-kakakku kemudian bertanya kepada Ki Joko tentang mayat yang ditemukan warga dalam kebakaran rumahku, dan ternyata dalam kebakaran itu hanya ditemukan lima mayat saja.Kelima mayat itu ditemukan dalam keadaan hangus. Bahkan dua dari mayat yang diduga laki-laki itu hampir tidak bisa dikenali, dan tubuh mereka terlihat seperti ada sisiknya yang terbakar. Sedangkan wajahnya hangus dan hancur.Ketiga mayat yang lainnya masih bisa dikenali dari pakaiannya yang tersisa, dan salah satunya adalah seorang wanita. Menurut penuturan akik yang didenga
Read more

BAB 20 MAS BUDI

“Iya, Nak Ajeng. Kakak sulung Nak Ajeng masih hidup, dan dia sedang mencari Nak Ajeng saat hingga saat ini,” jawab Ki Joko.“Apa akik yakin dengan apa yang akik katakan? Ki Joko tidak sedang berbohong ‘kan dengan Ajeng?” tanyaku yang masih tidak percaya.“Tidak, Nak Ajeng. Akik tidak berbohong.”Mendengar jawaban dari Ki Joko bahwa Mas Budi masih hidup membuat air mataku kembali menetes. Tapi kali ini adalah tangis bahagia. Karena salah satu kakakku masih hidup. Walaupun kakak-kakakku yang lainnya yang menyayangiku sudah meninggal dalam kebakaran rumah kami.“Ki, kalau boleh Ajeng tahu. Di mana Mas Budi sekarang berada? Apakah Ajeng bisa menemui Mas Budi, Ki?”Ki Joko kali ini diam lagi ketika aku bertanya kepadanya, lalu dia menggeleng. Aku tidak mengerti apa maksud dari sikap akik kali ini kemudian bertanya kepadanya apa arti dari sikapnya itu, dan Ki Joko malah mengabaikan pertanyaanku dan langsung keluar dari gubuk tanpa berkata apa-apa.“Tolong jawab pertanyaan Ajeng, Ki. Di mana
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status