"Nak Ajeng," tegur Ni Imah. Aku yang tadinya menatap kedua orang tuaku yang baru saja meninggalkan gubuk ini lalu menoleh ke arah orang yang sudah menegurku. "I –iya, Ni.""Lebih baik Nak Ajeng mengikuti apa yang bapak Nak Ajeng tadi katakan. Tidak perlu menghiraukan kami, Nak. Akik dan ninik tidak apa-apa," tutur Ni Imah. "Tapi, Ni. Aj—.""Iya, Nak Ajeng. Apa yang ninik katakan benar. Mereka itu kedua orang tuamu, dan kamu harus patuh kepada mereka berdua," sela Ki Joko yang sudah ada di samping Ni Imah. "Tapi, Ki. Ajeng hanya ingin tinggal semalam saja dengan kalian.""Iya, akik tahu. Tapi kalau Nak Ajeng tetap bersikeras untuk bermalam di sini, orang tua Nak Ajeng tidak suka, dan Nak Ajeng bisa saja tidak bisa bertemu mereka lagi," jelas Ki Joko, dan itu membuatku semakin berat untuk memilih. "Ajeng! Sekarang cepat kamu pilih. Kamu ingin tinggal bersama dua orang tua renta itu atau bersama kami kedua orang tuamu!" teriak bapak tiba-tiba dari luar gubuk. Aku hanya bisa membeku
Read more