Semua Bab DINGINNYA SUAMIKU: Bab 21 - Bab 30

122 Bab

Rencana yang Tidak Kutahu

Hah? Aku? Merampok hati kakak sendiri? Aneh sekali Mas Danu itu. "Ogah, Mas! Mending rampok dompet Mas Danu aja, buat jajan cilok di alun-alun," jawabku. "Ambil semua! Tahu, kan, di mana dompetku?" sahut kakakku itu sambil tetap melihat ke depan. Kami berdua terus berdebat hingga sampai rumah. Seperti kebiasaan dulu, kami tidak akan berhenti saling menjawab hingga obrolan awal menguap dan menjadi candaan tak berarti. Namun, aku merasa sedikit aneh karena Ayah dan Ibu yang tiba-tiba diam. Padahal, tadi kami tertawa bersama. Aku langsung diantar Ibu masuk ke kamar dan menyuruhku beristirahat. Untuk beberapa hari ke depan, dokter masih menyarankanku untuk bedrest hingga jadwal kontrol berikutnya. Aku menurut dan mencoba untuk tidur karena memang tadi kami pulang selepas Magrib. Meskipun administrasi sudah diurus siang hari, aku masih harus menunggu hingga dokter yang menangani melakukan pemeriksaan terakhir di sore hari. Jadi, malam begini kami baru sampai rumah. Aku mendengar suar
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-09
Baca selengkapnya

Martabak Telur Spesial

Aku terbangun dengan perasaan yang sangat tenang. Entah kenapa, setelah salat istikharah sebelum tidur tadi, sebuah mimpi indah hadir. Aku bersama seorang laki-laki yang wajahnya tampak samar. Dia tengah menggendong bayi dan aku menggoda bayi itu hingga tertawa. Mungkinkah itu Mas Arsya? Allah ... apa ini pertanda agar aku lebih bersabar dan memperbaiki pernikahan yang baru seumur jagung? Bismillah, aku akan mencoba ikhlas dan menjalani apa yang takdir tetapkan. Aku memejam sejenak, lalu menarik napas panjang seraya beristigfar. Semangat, Manda! Kubuka mata kembali dan bersamaan dengan itu, aroma menggugah selera membuatku mengingknkan makanan itu. Namun, saat aku keluar dari kamar, hanya mendapati suasana sepi. Mata ini pun mencari keberadaan jam dinding. "Baru jam sepuluh?" Mataku membulat. Berarti, aku tadi hanya tertidur selama satu jam? Kalau begitu, pasti Ayah, Ibu, dan Mas Danu sudah tidur. Lalu, aroma martabak telur tadi itu apa? Tidak mungkin ada masalah dengan indra penc
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-09
Baca selengkapnya

Kata Hati

PoV ArsyaBoleh dibilang, aku laki-laki plin-plan, tapi semua yang terjadi memang membuatku harus mementingkan keselamatan Manda. Sejak kecelakaannya dengan Arumi dan kutahu dia sedang hamil, rasa takut kehilangannya makin besar. Namun, caraku untuk menyelamatkannya adalah dengan menyakitinya. Hal seperti itu memang sering dilakukan untuk mengecoh musuh. Saat orang yang kita sayangi tidak kita pedulikan, saat itu musuh lengah untuk menyerangnya karena merasa percuma, target tidak akan berpengaruh karena yang menjadi korban bukanlah orang yang disayangi. Jujur, aku tidak tega melihat Manda tersiksa batin. Namun, aku tidak ada pilihan lain dan tidak mungkin melibatkannya dalam masalah. Bukan menjadi sok pintar dan bisa menyelesaikan masalah sendiri, tapi keselamatan Manda lebih penting. Aku selalu menuruti apa mau Jihan. Hanya saja, kepura-puraannya berhubungan dengan Adam memang membuatku terkecoh. Apalagi, Adam yang cenderung pendiam itu seperti membela Jihan. Dan rupanya, laki-lak
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-09
Baca selengkapnya

Sulit Mengungkapkan

Ayah langsung masuk ke kamar saat aku dan Mas Arsya tiba di rumah. Beliau seperti enggan melihat kehadiran Mas Arsya. Untungnya, masih ada Ibu yang menyambut meskipun terlihat terpaksa. Suasana sangat canggung. Aku juga bingung apakah Ayah bisa luluh lagi. Namun, sepanjang perjalanan tadi, aku dan Mas Arsya sudah berbicara banyak dan kami akan berjuang bersama untuk mendapat restu orang tua, terutama restu dari Mama Mertua dan Ayah Husni. "Ajak suamimu ke kamar, Nak. Kalian istirahatlah, sudah larut malam," ucap Ibu lembut seraya tersenyum kepadaku. "Mas Danu?" Aku menoleh ke arah pintu yang akan dikunci oleh Ibu. "Nanti juga pulang, nggak usah dipikirin." Ibu lantas masuk ke kamar setelah mengunci pintu dan mengambil kuncinya. Ya, mungkin Mas Danu membawa kunci cadangan. Aku kemudian mengajak Mas Arsya masuk ke kamar dan menyuruhnya istirahat. Dia terlihat begitu lelah. Wajah tegasnya sedikit lesu.Laki-laki berkemeja putih itu duduk di tepi tempat tidur, lalu menarik tanganku h
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-09
Baca selengkapnya

Andaru Danuarta

Aku membantu Ibu memasak untuk sarapan setelah Mas Arsya beranjak untuk mandi. Kali ini Ibu menyiapkan bahan untuk membuat sayur lodeh. Makanan itu salah satu kesukaan Ayah. Biasanya akan dimakan dengan ikan tongkol goreng. Namun, kali ini Ibu justru menyiapkan ikan nila. Aku diminta merapikan meja makan sementara Ibu tinggal memastikan sayurnya matang. Tak lama, Mas Arsya datang, dia sudah terlihat tampan. Baju milik Mas Danu untungnya pas di tubuhnya. "Nak, panggil ayahmu di kebun. Kita sarapan sama-sama!" perintah Ibu. Aku langsung meninggalkan meja makan dan Mas Arsya mengikuti. Dia menahanku di pintu yang menghubungkan dapur dengan kebun saat akan menghampiri Ayah. Dia ingin mengobrol dengan Ayah, agar lebih dekat. Memang, dulu sebelum kamu menikah, Mas Arsya hanya beberapa kali bertemu Ayah. Saat melamarku, saat memberikan berkas numpang nikah, dan saat pernikahan kami. Tidak ada kata apel malam minggu ataupun sekadar membuat image baik di mata calon mertua. Semua terjadi san
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-09
Baca selengkapnya

Benci

Aku menatap Mas Arsya dengan pandangan yang sudah memburam. Kaca-kaca di mata ini perlahan penuh dan mengumpul menjadi kristal hangat, lalu terjun tanpa perintah membuat parit kecil di pipi. Rasanya begitu sesak mendengar kenyataan dengan cara seperti ini. Bukan masalah Mas Danu kakak kandungku atau bukan. Namun, rasa yang dia simpan untukku yang membuat hati ini justru timbul kekecewaan. Pantas saja sejak dulu, Mas Danu selalu menjaga jarak denganku ketika sudah berwudu. Rupanya, itu alasannya. Mas Arsya menggeleng sembari mengusap wajahku dengan telapak tangan. "Jaga emosi, Sayang."Aku lantas menghambur dalam pelukan Mas Arsya. Saat satu masalah selesai, kenapa ada masalah lain yang datang tanpa jeda? "Kita masuk, bicarakan baik-baik," ajak Mas Arsya beberapa saat kemudian. Dia melerai pelukan perlahan. Aku menggeleng pelan, lalu berkata, "Aku ikut Mas Arsya saja sekarang. Aku nggak mau di sini."Mas Arsya tersenyum dan kembali mengusap wajahku dengan lembut. Dia lantas menguca
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-09
Baca selengkapnya

Rindu

Seharian aku tidak bersemangat melakukan apa pun. Tubuh ini entah kenapa malas diajak beraktivitas, bahkan hanya sekadar turun dari tempat tidur pun enggan. Ponsel juga berkali-kali berdering, tapi kuabaikan. Mata memilih terus memejam. Meskipun badan merasa sehat, aku terus saja mengantuk. Entah kenapa, baru kali ini aku merasakannya. Aku berusaha membuka mata saat mendengar suara derit pintu. Terlihat sosok Mas Danu di berjalan mendekat. "Nda, kamu dari habis sarapan, belum keluar kamar lagi. Ini sudah hampir Asar, kamu belum salat Zuhur, kan? Belum makan siang juga," ucapnya bersamaan dengan gerakan kecil di tempat tidur. Aku kembali membuka mata. Mas Danu sudah duduk di tepi tempat tidurku. Kemudian, dia mengusap lenganku dan kembali memanggil. Aku ingin sekali berkeluh kesah dengan Mas Danu, tapi rasanya sungkan sekarang. Meskipun aku tetap menganggapnya kakak, tapi rasanya sudah berbeda. Kami menjadi seolah-olah terpisah oleh sekat tak terlihat. Aku lantas bangkit karena me
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-09
Baca selengkapnya

Kakak dan Adik

Sungguh mengejutkan saat tiba-tiba Jihan menelepon. Dia meminta Mas Arsya membatalkan laporan serta tuntutan yang ditujukan untuknya. Mas Arsya memang belum cerita tentang kelanjutan dari kasus Jihan. Rupanya, hari Jumat pagi, Mas Arsya dengan Mama dan Papa sudah melapor ke pihak berwajib. Dan hari Sabtu ini, Jihan sudah dipanggil ke kantor polisi untuk memberikan keterangan meskipun statusnya belum menjadi tersangka. Aku bisa mendengarkan percakapan mereka karena Mas Arsya menyalakan loudspeaker. Jihan terdengar mengiba dan suaranya seperti menangis. Namun, Mas Arsya teguh pendirian dan tidak akan mundur. Sebagai sesama perempuan, ada sisi diriku yang tidak tega. Namun, saat mengingat apa yang Jihan lakukan kepada keluarga kecilku, itu sulit dimaafkan. "Kamu akan menerima akibat lebih buruk jika tidak mencabut laporan itu, Mas Arsya!" ucap Jihan dan itu terdengar seperti sebuah ancaman. Mas Arsya pun tidak goyah. Dia berpikir, apa yang bisa dilakukan seseorang di dalam jeruji bes
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-09
Baca selengkapnya

Senyumnya

PoV DanuAku bukan laki-laki seperti kebanyakan yang suka mempermainkan wanita. Amanda, dia gadis polos yang membuatku ingin selalu menjaganya. Sikap manjanya sama sekali tidak membuatku marah, tapi justru aku nantikan setiap saat. Kalau dia tidak bermanja, bisa dipastikan ada dua hal penyebabnya. Satu, ketika dia sakit, lalu yang kedua, ketika dia sedang marah. Saat aku akan lulus SMA, rasa terpendamku untuk gadis mungil itu tanpa sengaja ketahuan oleh Ibu. Beliau plllmelihat tulisan ungkapan cintaku untuk Amanda dalam salah satu buku milikku. Saat itu, Ibu tengah menata kamarku dan buku itu masih berada di bawah bantal, tempat yang sama saat malam harinya setelah kuisi lagi dengan kata hati. Ibu marah bukan main karena beliau memang menganggapku anak kandung sendiri, meskipun kenyataannya bukan. Beliau menghardik dan menegaskan jika rasaku itu salah. Hingga tiba saat kelulusan, aku memutuskan ikut dengan Surya, teman sekelas, bekerja di Kalimantan. Tujuan utama adalah untuk mengh
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-09
Baca selengkapnya

Membuka Usaha

Waktu yang tidak kusuka akhirnya datang. Mas Arsya kembali ke Jakarta bersama orang tuanya. Padahal, masih ada jadwal penerbangan sore dan malam, tapi laki-laki itu menurut saat Papa dan Mama mengajaknya pergi siang hari. Berat? Pasti. Namun, aku tidak bisa berbuat banyak karena kandungan ini yang paling penting. Aku tidak ingin mengorbankan anak hanya untuk ego sendiri. Sebelum kondisi benar-benar pulih, aku harus terima dengan hubungan jarak jauh. Lagi pula, Mas Arsya berjanji selalu menghubungi saat senggang dan menengokku setiap akhir pekan. "Jaga hati, jaga diri, dan jaga baby," ucap Mas Arsya sebelum pergi. Dia juga memberiku ciuman di kening cukup lama. Aku yang tidak suka perpisahan, hanya diam sambil menahan genangan air di pelupuk mata. LDR itu sangat menyiksa. Hanya bisa berkabar lewat tulisan, suara, dan terkadang video. Namun, itu semua hanya sesaat menghilangkan rindu. Aku terus melihat taksi yang kian menjauh membawa Mas Arsya hingga menghilang di ujung jalan. Aku k
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status