Semua Bab WAJAH ASLI ISTRI BARUKU : Bab 81 - Bab 90

135 Bab

AKHIR KAMI

ADNAN Sambil naik perahu, kami berselancar di lorong panjang. Di kiri dan kanan lorong itu ada berbagai jenis boneka yang bergerak-gerak. Alunan musik khas anak-anak pun mengiringi para pengunjung yang menikmati suasana menyenangkan ini. “Ecaa! Ecaaa!” teriak Azkia kegirangan. Ia menunjuk beberapa boneka yang terihat oleh matanya. Azka pun menikmati suasana wahana ini. Ia juga kadang menunjuk satu dan dua boneka. Lalu, bertanya tentang apa yang dilihatnya itu. Dari istana boneka, aku membawa mereka naik bianglala. Sungguh, ini hal menakjubkan untuk keduanya. Mereka bisa melihat Jakarta dari ketinggian. Kali ini yang lebih antusias adalah Azka. Ia tak henti berdecak sebagai simbol ke kekaguman. Terkadang bertanya tentang apa yang membuatnya penasaran. “Kalau kakak suka ketinggian, nanti sudah besarnya jadi pilot, mau?” Setelah kulempar pertanyaan itu, Azka mulai bertanya banyak hal tentang pilot dan pesawat. Ia terlihat antusias mendengar tiap penjelasan. Sepertinya tingkat kete
Baca selengkapnya

LEMBAR BARU

ADNAN Saat ini aku benar-benar telah melepaskan beban masa lalu. Ela dan segala kebinalannya telah hilang dari lembaran kehidupan. Fokusku saat ini adalah menata masa depan. Membesarkan usaha hingga bisa mengembalikan kejayaan masa lalu. Tentang anak-anak, hubungan kami semakin dekat. Aku di jadwal kesepakatan pasti akan datang. Malah Azka sekarang sudah diizinkan menginap di rumah. Mungkin karena Rida juga tahu kalau di sana sudah tak ada Ela. Meski Afgan telah menanggung biaya hidup anak-anak, aku tetap tak lepas tanggung jawab. Sudah kusiapkan nafkah untuk mereka. Rida pun tak menolak walau itu tak seberapa dibanding limpahan materi dari ayah sambungnya. Lamunanku buyar oleh ketukan di pintu. Setelah kuizinkan, masuklah Nining dan teman yang ia sebut dengan nama Lestari Adiyasa. Wanita itu berkulit kuning langsat, badannya imut dalam artian pendek. Mungkin hanya sedadaku. Parasnya ayu khas suku Jawa. Dandanannya sederhana. Wajah hanya dipoles make up tipis. Pakaian sekedar me
Baca selengkapnya

TANTE

ADNAN “Paaah!” Rengekan Azkia akhirnya jadi penolong. Kami segera kehilangan kecanggungan. Aku berdeham untuk mengembalikan keadaan seperti sedia kala. “Papa lagi kerja, Azkia main sama Tante aja, ya? Tuh, kita main di sana! Mau?” bujuk Lestar sambil menunggu arah kanan toko.. Gadis kecilku mengarahkan mata bulatnya pada tempat yang ditunjuk, ia lalu mengangguk. “Kalau begitu, ayo kita ke sana!” ajak Lestari. Azkia seakan lupa pada hal yang membuatnya merengek. Ia bahkan tak menoleh lagi padaku. Kalau begitu, aku bisa kembali menjalankan pekerjaan. Kehadiran Lestari cukup membantuku hingga jadwal kepulangan anak-anak tiba. Azka dan Azkia bahkan jadi enggan berpisah dengan wanita yang mengasuhnya itu. “Nanti main lagi sama, Tante. Sekarang Azka dan Azkia pulang dulu. Mama pasti sudah menunggu di rumah, oke!” “Endaaa!” sanggah Azkia. “Kita makan dulu, yuk sama Tante. Tapi janji kalau sudah beres harus mau pulang!” ucapku untuk mencari jalan kompromi. “Oke, ya?” tekanku. “Oke!
Baca selengkapnya

BERKUNJUNG

ADNANBermodal alamat yang tertera di data karyawan, aku mencari rumahnya. Dengan bantuan Gmap alamat tersebut dapat mudah ditemukan. Wajah Lestari yang pucat makin syok melihat kedatangan kami. Namun, ia segera mengembalikan ketenangan sebab harus menyambut dua bocah yang menghambur ke arahnya. “Maaf tak bilang dulu mau menjenguk ke sini. Saya beranikan diri datang sebab anak-anak rindu pada tante Lestari.” Itu yang keluar dari lisanku. Namun, ada yang tak terucap sebenarnya sebab masih ditahan, yaitu aku juga sama, rindu .. Azka dan Azkia berhamburan ke arah Lestari. Mereka berebut ingin mendapat ciuman dan pelukan dari tante barunya. Namun, tetap saja kakak harus mengalah pada adik. Meski dongkol, putra sulungku terpaksa menunggu antrian dipeluk. “Wah, adik Azkia makin cantik aja, kakak Azka juga makin ganteng,” puji Lestari setelah melepas pelukan. Saking serunya pertemuan mereka, aku jadi terlupakan. Akhirnya hanya memandangi adegan di depan mata. “Papanya tidak disambut, n
Baca selengkapnya

PENDEKATAN

ADNANSelain kelak bisa jadi kepercayaan, juga aku akan punya jalan lebih dekat. Setidaknya kami punya waktu berdua lebih banyak. Wah, wah otakku sudah traveling ke mana-mana, ini. Semua demi bisa dekat dengan Lestari. Dipikir lucu juga sampai harus pasang perangkap untuk mendapat perhatian seorang anak wanita. “Wah, saya? Gak salah, Pak? Saya ‘kan baru.” Wajah Lestari asli kaget saat kukatakan akan melatihnya berbisnis. Apalagi ketika dikatakan tiap hari aku langsung yang akan memberinya pemahaman dan arahan dalam pengembangan usaha. “Kenapa gak yang lain aja, Pak? Saya jadi gak enak, eh!” “Karena saya lihat kamu amanah dan profesional. Punya potensi besar juga untuk memiliki kemampuan lebih. Jadi, ini permintaan sekaligus perintah, ya. Gak boleh nolak!” Lestari tak bisa berargumen lagi. Aku tahu dia belum bersedia, tapi tak bisa menyangkal keputusanku yang memang bersifat memaksa. Akhirnya kami sepakat, Lestari akan dilatih dua jam sehari di rentang waktu kerja. Wanita ini se
Baca selengkapnya

TAK TERUSIK

ADNAN“Saya punya rencana besar untuk masa depan, tapi tak bisa mewujudkan sendiri sebab butuh bantuan. Saya merasa bu Lestari orang yang tepat untuk membantu mewujudkan cita-cita tersebut.” “Saya? Masa, sih, Pak. Saya kan gak punya apa-apa untuk pengembangan bisnis. Sepertinya bapak salah orang.” Mendengar itu aku jadi tertawa. Lucu juga dia langsung menyimpulkan sebuah masa depan itu selalu terkait dengan pengembangan harta. Apa sikapku selama ini tidak sedikitpun disadari sebagai bentuk perhatian pria pada wanita. Jadi baginya hubungan kami tak lebih dari bos dan pegawainya. “Ini bukan soal bisnis, tak ada kaitannya sama sekali. Ini soal perasaan saya pada bu Lestari. Perasaan ingin dekat sebagai pria pada wanita.” Lestari sempat terpaku mendengar perkataanku. Ia menatap sekilas, lalu menundukkan kepala. Cukup lama wanita itu bersikap demikian hingga dalam hatiku muncul keresahan. Apakah ia terganggu dengan ungkapan perasaanku? Atau malah senang. “Saya belum punya rencana men
Baca selengkapnya

PENGGANGGU

ADNANRumah, mobil dan uang yang diberikan pada Ela tak ada seujung kuku di sisi Jim. Ia takkan jadi bangkrut mengeluarkan itu untuk gundiknya. Jikapun Ela sudah tak layak pakai aku yakin akan segera dibuang ke jalanan. Ela, Ela yang bodoh itu sesungguhnya adalah kau. Andai dulu mau bersabar, aku pasti bisa memberimu apa yang diinginkan.. Tuan Pratama sangat percaya padaku. Bukan tak mungkin jabatan direktur utama akan diserahkan cepat pada Adnan Saputra. Ditinjau dari sisi manapun Kevin takkan becus memutar roda perusahaan. Bisa – bisa usaha mereka bangkrut dalam waktu cepat. Ah, sudahlah, itu pilihan hidupnya. Sekarang, aku dan dia sudah tak ada hubungan apapun. Kisah kami hanyalah satu sketsa buruk dalam hidup. * Lestari mudur dari latihan bisnis. Ia bilang tak punya kemampuan mencerna pelajaran. Meski tahu bukan itu alasan sesungguhnya, aku mengabulkan. Yang penting dia masih mau bekerja di sini. Untuk membuatnya nyaman, aku mulai menjaga jarak. Aku lebih banyak menyibukka d
Baca selengkapnya

SALAH PAHAM

ADNAN“Puas kamu, Hah! Pergi sana atau aku akan mengirim informasi pada Jim biar kau ditendang sekalian!” Setelah kepergian Lestari, aku meluapkan amarah pada Ela. Perempuan tak tahu malu ini sudah keterlaluan. Dia yang menciptakan salah paham di antara kami. Andai Ela tak pernah ke toko, pasti takkan ada kejadian ini. Harusnya tadi kubiarkan saja dia jatuh, pasti keadaan berbalik dari yang tadi. “Oalah ada pacarmu, toh? Hmm, seleramu benar-benar sudah jatuh, ya. But, baguslah jadi gak ada yang menyaingi kecantikanku sebagai wanita yang pernah menjadi istri Adnan Saputra. By the way, maafkan aku, dong, Sayang, jadinya kalian salah paham. Aku gak ada niat menghancurkan hubungan kalian, loh!” Ela bicara tanpa merasa bersalah. Lama-lama emosiku pada wanita ini bisa tak terkendali. Dia harus dihentikan agar tak jadi duri dalam hubunganku dengan Lestari atau wanita manapun. Kehadirannya adalah bahaya luar biasa bagi masa depanku. “Aku tak tahu apa motivasimu datang ke sini. Ingat satu
Baca selengkapnya

KATAKAN

ADNAN Sayangnya aku berkhianat di saat kehidupan berjalan normal. Rusaklah semua hal yang bernilai indah.. “Saya akan laporin detil, Bos kondisi gebetan. Sukses, ya, Bos!” Adi menjalankan tugas dengan baik. Ia mmerhatikan Lestari dari sejak datang sampai pulang. Lalu, menyampaikan padaku hasil pengamatannya. Ia mengatakan hari ini Lestari banyak melamun, banyak salah mengerjakan tugas, uring-uringan sendiri. Menurut Adi itu tanda wanita sedang banyak pikiran. Bisa jadi efek dari kedatangan Ela ke sini. Katanya lagi mungkin cemburu. “Cemburu?” tanyaku memastikan. Aneh saja masa cemburu. Bukannya dia menolakku. Berarti ‘kan tak ada rasa. Atau penolakan itu di bibir saja, sementara di hati mengingkari. Ciri khas wanita. “Itu baru kemungkinan, Pak. Tapi saya yakin Lestari menaruh hati juga sama bapak. Saya juga suka melihat matanya tertuju ke arah ruang kantor bapak, nah itu pasti bentuk kerinduan.” Adi terus menerangkan analisa-analisa cinta. Ternyata dia pakar dalam hal wanita. J
Baca selengkapnya

KITA KE SANA

ADNANAkhirnya Lestari menuruti perintahku. Ia berjalan menuju sofa, dan memilih duduk di kursi single sebelah kanan. Aku sendiri duduk di bagian yang berhadapan dengannya. Sebelum bicara, Lestari menghela napas cukup panjang, lalu mengembuskannya perlahan-lahan “Difalah alasan saya tak bisa menikah lagi!” Lestari memulai pembicaraan dengan nada bergetar. Ketika ia mengangkat wajah, kulihat matanya sudah dipenuhi kabut. Detik berikutnya kabut itu berubah menjadi air yang meluruh membasahi pipinya. “Mereka mengambil Difa dengan alasan aku tak bisa memberi kehidupan layak padanya. Ibu almarhum suamiku hanya memberi kesempatan sebulan sekali padaku untuk bertemu Difa. Kalau melanggar, aku tak boleh bertemu sama sekali.” Ucapannya terhenti sebab tangisannya sudah mengalahkan kemampuan lidah merangkai kata. Jika boleh, aku ingin sekali merengkuh wanita yang ternyata menanggung kepedihan dalam hidupnya. “Mereka juga mengatakan jika saya menikah lagi, Difa tak bisa ditemui untuk selaman
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status