All Chapters of Terjebak Skandal Panas dengan Putra Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40

109 Chapters

Obat Penggugur Kandungan dan Kontrasepsi Penunda Kehamilan

Langit mengernyit heran ketika mendapat pesan dari Leta.Pria itu mengetuk-ngetuk jarinya di meja seraya berpikir lama. Bertanya-tanya untuk apa wanita itu meminta izin untuk pergi apotek."David," panggil Langit dengan tegas."Iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?""Menurutmu seseorang ke apotek untuk membeli apa?" tanya pria itu dengan sorot mata tajam.David yang mulanya menundukkan kepalanya kini mendongak, memberanikan diri menatap wajah bosnya."Apotek itu tempat berbagai jenis obat, Pak. Jadi ya seseorang itu tidak jauh-jauh untuk membeli obat," jelas David.Langit mendengkus keras. "Kamu pikir aku nggak tahu apotek itu tempat apa, hah?! Aku cuma tanya kenapa seseorang itu tiba-tiba pergi ke apotek padahal selama ini kondisinya baik-baik aja! Bukankah itu terdengar aneh?"David menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.'Ya mana saya tahu, Pak. Memangnya saya ini peramal yang serba tahu isi hati seseorang?' gerutu David dalam hati."Yang pasti terjadi sesuatu dengan tubuhnya sehingga
Read more

Emangnya Kamu Berharap Aku Mau Ngapain?

"Kalau sampai kamu membohongiku, awas saja. Aku tidak akan memberikanmu ampun!" ancam Langit. Pria itu memegang stir mobil itu dengan sangat erat. Kentara sekali kalau sedang menahan emosi.Leta langsung membuang pandangannya ke sebelah jendela. Takut, itulah yang ia rasakan. Bukan karena takut karena dia beralasan sakit kepala, tapi dia takut kalau apa yang dia pikirkan benar terjadi.Tak berselang lama mereka pun tiba di rumah sakit. Leta menggigit bibir bawahnya, rasa gugupnya semakin menguat ketika melihat Langit melepas sabuk pengamannya."Turun!" kata pria itu dingin.Leta menghela napas pelan, mau tak mau dia pun ikut turun dari mobil itu.Leta memandang bangunan rumah sakit itu seraya menelan salivanya dengan susah payah. Tanpa sadar kedua tangannya meremas ujung bajunya.Langit tersenyum licik ketika melihat kegugupan Leta. Dia tahu kalau saat ini Leta tengah berbohong padanya."Kalau sampai benar kamu membohongiku, habis kamu, Aleta!" ancam Langit.Lagi dan lagi Langit mempe
Read more

Kamu Tidak Membunuhnya, Kan?

"Langit," panggil Leta pelan."Hemm." Pria itu menjawab dengan gumaman saja, sepertinya enggan berbicara dengan Leta."Kamu ini kenapa sih? Kok terkesan menjauh gitu dari aku, aku mau ngomong loh sama kamu, Langit. Ini penting!" desak Leta."Nggak ada, besok aja ngomongnya. Aku capek. Emangnya nggak ada waktu buat besok ya?" sinis pria itu.Ada, tentu saja ada. Masih ada hari esok, esoknya lagi dan juga seterusnya. Pertanyaannya apakah Langit sengaja membiarkan hubungan ini semakin berlarut-larut? Tidak, Leta sama sekali tak menginginkannya.Sudah tiga hari ini, sepulang dari rumah sakit dan ketika Leta dinyatakan hamil, sikap Langit jauh sangat berubah. Kalau kemarin-kemarin pria itu bersikap dingin, kasar, dan selalu bertindak sesukanya, saat ini pria itu seolah-olah tengah menghindar darinya. Leta tak tahu juga penyebabnya apa.Harusnya dia senang dengan hal itu, otomatis pasti Langit juga akan segera pergi meninggalkannya, kan? Namun, sayangnya sampai detik ini pria itu masih belu
Read more

Jangan Mimpi, Berengsek!

"Aku tidak setega itu membunuh orang yang aku cintai." Langit terlihat mengepalkan tangannya ketika mengucapkan hal itu."Lalu kenapa sampai sekarang Leta belum pulang. Ibuku khawatir dengan keadaannya," ungkap Satria."Apa ibumu tidak memberitahumu tentang Leta?" tanya Langit seraya mengambil rokok dari bungkusnya.Gerakan Langit yang seperti itu jelas membuat dahi Satria mengernyit."Sejak kapan kamu merokok?" tanya pria itu tak percaya."Sejak sekarang.""Aku serius bertanya. Selama ini Leta selalu membanding-bandingkan aku dengan kamu. Katanya aku ini beda banget sama kamu yang nggak suka ngerokok, kok sekarang kamu--""Apa pedulimu? Lagian aku jarang juga melakukannya. Btw ini rokok kok rasanya nggak enak? CK! Pantas saja rokok murahan gini," decak pria itu.Satria memutar bola matanya malas, dia merebut bungkus rokok yang ada di tangan Langit."Kalau nggak enak nggak usah minta. Namanya juga orang miskin, otomatis rokoknya murah," balas Satria sengit.Langit tak menyahut, dia as
Read more

Kamu Berencana Ingin Menggugurkan Bayi itu, Kan?

"Ada apa, Bang?""Kamu di mana?" tanya Satria di ujung sana."Aku lagi di ... lagi di rumah teman," jawab Leta dengan suara gugup."Kamu nggak usah bohong! Kamu lagi di rumah Langit, kan? Apa selama ini dia menyiksa kamu? Cepat kasih tahu alamatnya biar aku jemput sekarang!" tegas Satria.Leta menggigit bibir bawahnya, harusnya dia kasih tahu saja, kan, apa yang sebenarnya terjadi? Lantas mengapa saat ini dia dilema?"Abang udah tahu?" Bukannya menjawab, Leta malah balik bertanya."Ya, Abang udah tahu semuanya. Termasuk kehamilan kamu itu. Sekarang kamu di mana? Pulang! Biar Abang yang jemput!" desak Satria."Berarti Abang juga udah tahu kalau aku ini udah ni--""Aleta, hentikan!" bentak Langit.Leta segera memutar tubuhnya, dia melihat Langit tengah berdiri di ambang pintu. Tunggu! Kenapa wajah pria itu terlihat marah?"Let! Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Satria, tampak begitu khawatir, karena dia juga mendengar suara Langit."Bang, udah dulu ya. Nanti aku telpon lagi.""Leta! Janga
Read more

Tugas Kita Memperbaiki Diri, Bukan Mencari Kesalahan Orang Lain

"Ibu nggak apa-apa kalau Leta nggak pulang-pulang?"Satria yang baru saja masuk ke dalam rumah ibunya langsung menanyakan hal itu, dia ikut duduk di samping ibunya yang saat ini sedang menonton televisi."Kamu ini datang-datang bukannya ngucapin salam malah nanya kayak gitu, anak siapa sih kamu, kok nggak ada sopan-sopannya, apa orang tuamu nggak ada ngajarin kamu sopan santun?" dengkus Tika.Satria meringis. "Assalamualaikum Ibu, gimana kabarnya," ucapnya seraya menyalami tangan Tika."Gitu dong, ini baru anak Ibu.""Salamnya kok belum dijawab, Bu?" protes Satria."Waalaikumussalam.""Kabarnya gimana, Bu?" tanya Satria lagi."Masih ingat Ibu kamu?" sindir Tika."Ya ampun, Bu, kok nyahutnya gitu amat, ketus banget sama anak sendiri.""Lah, harusnya kamu nyadar dong, kenapa baru sekarang datang nyariin Ibu, kemarin-kemarin ke mana aja?""Astaga, Bu, kemarin aku lagi sibuk banget sama kerjaan. Ini aja lagi senggang makanya aku sempat-sempatin ketemu Ibu.""Oh, jadi kalau lagi senggang a
Read more

Kok Perasaan Aku Nggak Enak ya?

"Huek!"Langit menatap wanita itu datar, dia membiarkan Leta menumpahkan semua isi perutnya di wastafel.Sudah beberapa menit pria itu berdiri di sana, sepertinya tak ada tanda-tanda pria itu akan pergi."Huek!"Lagi-lagi Langit berdecak, sepertinya jengah mendengar suara Leta."Kamu bisa mati kalau kayak gini terus, Aleta," geram Langit.Badan Leta tampak gemetar, karena dia tidak ingin muntah lagi, dia membasuh wajahnya dan mulutnya dengan perlahan.Melihat Leta tampak ingin pergi, Langit segera menuntun wanita itu untuk segera keluar dari kamar mandi."Pasti obat itu nggak pernah kamu minum, kan?" decak Langit. "Lihat, baru muntah beberapa hari saja badan kamu udah tampak kurusan, selain tidak pernah minum obat, sepertinya kamu juga jarang makan," alibi pria itu."Aku makan, tapi makanannya aku muntah lagi," bantah Leta."Makanya obat anti mualnya diminum.""Udah juga kok.""Kalau udah ngapain kamu masih muntah?" tanya Langit sengit."Ya mana aku tahu," balas Leta tak kalah sengit.
Read more

Oke, Aku Akan Menikahimu

"Aku mau pulang sebentar, aku rindu sama ibu. Apa boleh aku pulang?" tanya Leta takut-takut.Saat ini Langit sedang memakai dasi, posisinya membelakangi Leta."Aku masih sibuk." Langit menyahut dengan ketus.Leta meremas kedua tangannya, sudah dia duga pasti hal ini tidak diizinkan oleh Langit.'Tunggu, tadi dia bilang dia masih sibuk, kan?' Leta bertanya-tanya dalam hati."A--aku tidak minta ditemani sama kamu, aku bisa pergi sendiri, Langit," ujarnya dengan pelan."Kamu pikir akan aku izinkan kalau kamu pergi sendiri?" tanya pria itu sinis.'Nggak!' Leta menjawab dalam hati.Wanita itu menghela napas berat, dia tidak tahu lagi caranya membujuk Langit, menurutnya pria itu benar-benar kepala batu."Aku harus segera temui ibuku, kasihan ibuku sudah lama aku tinggal sendirian, pasti dia kesepian." Leta masih berusaha."Sudah aku bilang kalau aku lagi sibuk!" tegas Langit."Aku bisa pergi--""Aku tidak akan pernah mengizinkan, siapa tahu itu hanya akal-akalan kamu aja supaya bisa curi-cu
Read more

Aku Tidak Takut Ancamanmu, Bocah Tengik!

"Ada angin apa tiba-tiba kamu berani menginjakkan kaki ke rumah ini?" tanya pria paruh baya itu sinis.Langit tersenyum menyeringai karena mendapat sambutan seperti itu. Tanpa dipersilahkan, dia langsung duduk di hadapan pria itu."Gimana kabarnya?" tanya Langit basa-basi. "Udah sembuh atau semakin parah?"Mahendra mendengkus keras, dia muak dengan sikap pura-pura yang Langit tunjukkan."Katakan, kamu ke sini pasti mempunyai niat terselubung, kan?" tebak pria itu.Mulut Langit melengkung membentuk senyuman, lebih tepatnya mengejek. "Apakah sekentara itu, Pak tua?""Sialan!" umpat Mahendra. Matanya berkilat amarah. "Ada perlu apa kamu ke sini?" selidiknya."Hanya ingin bersilahturahmi dengan papa sendiri. Ya ... meskipun aku tahu kalau sebenarnya hanya papa tiri, tetap saja masih berstatus papaku, kan?" Lagi-lagi raut wajah Langit meledek, membuat Mahendra mengetatkan rahangnya."Persetan dengan silahturahmi, pasti kamu sedang merencanakan sesuatu.""Wah, jadi gini ya rasanya dibenci s
Read more

Saya Tahu di Mana Keberadaan Istri Anda

"Aku ingin kamu datang menemui Leta, suruh dia datang menemuiku!" bentak Mahendra pada Putra."Saya harus cari dia ke mana, Tuan?" tanya Putra bingung."Ke manapun, bila perlu datangi rumahnya. Katakan kalau aku sedang mencarinya. Sial! Dia benar-benar membuatku marah, selama ini aku menghubunginya dia sama sekali tak pernah merespon," dengkus pria itu."Baik." Putra pun langsung pergi dari sana.Dia tampak menghela napas berat karena memikirkan perselisihan antara bapak dan anak itu."Padahal aku udah kasih saran ke dia untuk melepaskan wanita itu demi perusahaan. Tapi malah dia lebih mementingkan wanita itu daripada memikirkan perusahaan yang telah dia bangun susah payah. Aku benar-benar bingung dengan jalan pikir pria itu," lirih Putra seraya geleng-geleng kepala.Setelah berada di dalam mobil, Putra memijit pelipisnya secara perlahan. Dia bingung harus mencari wanita itu ke mana."Ke tempat kerjanya? Atau ke tempat tongkrongannya? Atau tanya saja pada Tuan Langit? Ah, mana mungkin
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status