Semua Bab Terjebak Skandal Panas dengan Putra Suamiku: Bab 11 - Bab 20

109 Bab

Siap Mengandung Benihku?

Usai mendengar perkataan Langit yang begitu kejam, Leta langsung membelakangi pria itu. Menatap ke bawah, melihat pakaiannya berserakan di dekat kakinya.Mata wanita itu berkaca-kaca, sekali mengedipkan mata saja pasti air matanya akan keluar. Namun, sekuat tenaga ia tahan.Buru-buru dia memunguti pakaiannya itu dengan tangan gemetar.Sudah sering kali dia dipermalukan oleh Langit, tapi untuk kali ini ucapan Langit menurutnya sangat menyakitkan."Siapa yang menyuruhmu memunguti pakaian itu?""Kamu sendiri yang bilang kalau tubuhku ini terlalu murah untuk orang sepertimu," sahut Leta dengan suara gemetar."Aku memang bicara seperti itu, tapi aku tidak menyuruhmu untuk memakai pakaianmu," tandas Langit.Leta menghela napas berat. "Sebenarnya mau kamu itu apa, Langit?""Menghukum kamu," ucap pria itu gamblang."Perlakuanmu saja sudah sangat menghukumku, apalagi yang kamu inginkan dariku?""Membuatmu menderita, itulah yang aku inginkan. Seperti itulah aku menderita karena dirimu. Aku tida
Baca selengkapnya

Bagaimana Kalau Tidak Lain Kali?

"Cepat woi, kalau lama nanti aku tinggal nih," ancam Sisi dari ujung sana."Iya, iya. Sabar dulu, aku lagi siap-siap nih. Jangan bikin aku gugup dong, nanti aku lupa apa-apa aja yang mau dibawa," sahut Leta sambil memasukkan baju-bajunya ke dalam koper. "Duh, apalagi ya yang aku bawa.""Nggak usah bawa banyak-banyak kali, Let. Kita cuma mau liburan bukan pindah," peringat Sisi."Aish! Apa salahnya kalau aku ingin menikmati masa liburanku, Si. Udah ya, aku mau otw ini. Sampai ketemu nanti." Leta langsung mematikan sambungan teleponnya.Leta tersenyum puas ketika melihat barang-barangnya sudah siap. Dia pun langsung merapikan dirinya lalu keluar dari kamarnya.Wanita itu terkejut ketika membuka pintu, ibunya berdiri tepat di depan pintunya."Ibu kenapa berdiri di sini? Ngagetin aja," ucap Leta seraya mengusap dada."Kamu jadi pergi?" Bukannya menjawab, Tika malah balik bertanya.Leta mengangguk. "Jadi, ini udah siap-siap tinggal berangkat. Kenapa, Bu?"Tika tampak terlihat resah dengan
Baca selengkapnya

Tetaplah Menjadi Pelacurku!

"Hai."Tanpa Leta sadari, dia menjatuhkan ponselnya dari samping telinganya, dia memundurkan langkahnya tatkala melihat Langit berjalan mendekatinya."Ke-kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Leta gugup, dia terus saja memundurkan langkahnya hingga terpojok di tembok.'Ah! Sial! Kenapa bisa ada tembok di belakangku?' keluh wanita itu dalam hati."Kenapa? Hak aku dong mau ke mana pun," sahut Langit santai. "Kenapa kau menghindar dariku, apa kamu takut? Santai dong, aku nggak bakal gigit kamu kok." Langit menutup pintu itu diselingi seringai tajam."Jangan macam-macam, aku akan teriak!" ancam Leta.Langit mengedikkan bahunya acuh. "Teriak saja, memangnya aku takut?""Sekali lagi aku tanya, ngapain kamu ke sini?" tanya Leta, dia berusaha mengalihkan perhatian agar Langit tak berbuat macam-macam padanya."Sekarang aku yang tanya. Kenapa kamu pergi sejauh ini tanpa sepengetahuanku? Pasti kamu ingin menghindariku, kan?" Langit balik bertanya."Aku mau ke mana pun itu bukan urusanmu, apa hak
Baca selengkapnya

Aku, Kan, Cuma Manusia Biasa

Tok ... tok ... tok."Siapa sih?" keluh Langit.Mata Leta pun ikut terbuka, matanya melotot ketika dia menyadari sesuatu."Astaga! Aku melakukannya lagi?" Wanita itu menjambak rambutnya frustrasi.Dia melihat pakaiannya dengan pakaian Langit berserakan di lantai."Leta! Buka pintunya. Kamu lagi ngapain sih? Kenapa betah banget di dalam kamar, emangnya kamu nggak lapar, hah?!" teriak Sisi dari pintu kamar itu."Ya Tuhan, itu Sisi."Ketika Leta mau bangun dari tempat tidur, Langit mencegahnya."Biarkan saja.""Dia temanku," bantah Leta."Ya sudah, silakan saja buka pintunya kalau kamu ingin dia melihat kita berdua dalam keadaan seperti ini," ujar Langit masa bodo.Leta pun mengurungkan niatnya untuk membukakan pintu."Leta! Ya Tuhan anak ini. Cantik-cantik kenapa telinganya tuli sih," keluh Sisi dari luar. "Let! Leta! Aleta!" teriak Sisi lagi.Leta masih bergeming di tempat. Dia jadi serba salah. Kalau dia terus saja diam, pasti Sisi tidak akan berhenti berteriak, sedangkan kalau dia me
Baca selengkapnya

Setelah Mengandung Anakku, Aku Akan Pergi Meninggalkanmu

"Udah pesan kenapa masih pesan lagi?" tanya Sisi sambil mengerutkan kening."Buat jaga-jaga siapa tahu nanti lapar lagi. Kalau mager aku memang males keluar, makanya ini buat persiapan.""Nggak mau ikut aku keluar jalan-jalan? Bentar lagi kita mau pulang loh, nggak mau mengabadikan momen gitu?" tawar Sisi.Leta menggeleng patah-patah, kentara sekali kalau ia ragu menjawabnya. Sebenarnya dia ingin, tapi apalah daya.Sisi menghela napas berat. "Ya udah, terserah kamu aja. Aku pergi. Eh satu lagi, aku cuma mau ngingetin jangan sampe nyesel ya, di sini itu pemandangannya indah banget. Bye."Leta tersenyum tipis ketika melihat Sisi pergi meninggalkannya, tak lama kemudian mengedikkan bahunya acuh. Dia pun memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kamar.Sesampainya di kamar, Leta langsung bergegas menemui Langit, meskipun pria itu sangat jahat padanya, tapi Leta masih punya hati, dia rela memesankan makanan untuk pria itu."Langit, aku tahu kamu belum makan, makanya aku bawakan kamu ...." Le
Baca selengkapnya

Bersiaplah Menerima Kejutan

"Pak, ada kabar terbaru untuk Anda," ujar David, asisten Langit dari ujung sana."Hem, katakan," perintah pria itu dengan mata terpejam. Usai melakukan hubungan intim dengan Leta, Langit terlelap tidur dan tanpa sadar saat ini pria itu memeluk pinggang Leta begitu erat. Wanita itu pun sama sekali tak menolak."Papa Anda sudah sadar dari komanya."Ucapan David sukses membuat kelopak mata Langit terbuka lebar dan langsung bangun dari tidurnya, gerakan tersebut sukses membuat Leta ikut terbangun."Sial!" umpat pria itu. "Ketika dia sadar, dia selalu mencari Anda dan ...." Terdengar dari sana kalau David menghela napas berat. "Istrinya.""Berengsek! Kenapa tidak mati saja dia!" Lagi-lagi terdengar umpatan dari Langit.Leta bergidik ngeri ketika mendengarnya, ia ingin bertanya mengapa Langit bisa semurka itu, akan tetapi dia urungkan. Toh sama sekali tak ada urusannya dengannya."Apa yang harus saya lakukan, Pak? Apa--""Tidak usah, aku akan segera menemuinya sekarang juga!""Baik, Pak."
Baca selengkapnya

Aku Terluka Maka Kamu Juga Harus Ikut Terluka

Leta terus memandangi wajah pria itu, pria yang sampai saat ini masih ada di dalam hatinya. Perasaannya dulu dan sekarang tetaplah sama, tidak berbeda, hanya saja hubungan mereka yang berbeda.Leta menghela napas pelan, kepalanya menengadah ke atas, bayang-bayang masa lalu masih teringat begitu jelas di kepalanya, apalagi pertemuan pertama mereka yang menurut Leta begitu mengesankan."Apa-apaan ini? Siapa kamu, berani-beraninya memeluk tubuhku?!" Mata Langit melotot ketika melihat seorang wanita yang tak ia kenal dengan lancangnya memeluknya."Aish! Sebentar aja, aku sedang diikuti seseorang, tolong berbaik hatilah denganku sebentar saja," mohon Leta."Kamu--""Maaf ya kalau aku lancang," sela Leta cepat, tak lama setelah itu wanita itu mencium bibir Langit. Sementara Langit? Matanya lagi-lagi melotot dengan aksi Leta yang tak terduga.Ketika melihat seseorang itu telah pergi, Leta pun melepaskan tautan bibir mereka seraya menyengir lebar."Sorry ya, hehehe," ucap wanita sambil mengus
Baca selengkapnya

Dia Harusnya Mengerti, Kenapa Aku yang Meminta Maaf?

"Ya, halo," jawab Leta tak antusias ketika mendapat panggilan dari rumah sakit."Betul dengan saudara Leta?""Iya, benar saya sendiri. Ada apa ya?" tanya wanita itu penasaran."Pasien yang bernama Mahendra sudah sadar, dan saat ini dia sedang mencari Anda."Tubuh Leta menegang seketika. Apa? Saat ini dia tidak salah dengar, kan?Karena saking terkejutnya, dia tak sadar kalau ponselnya yang tadi ia pegang seketika terjatuh."Apa? Jadi dia udah sadar?" lirih Leta."Halo, apa Anda mendengar suara saya?"Sayup-sayup terdengar suara dari ujung sana, ah ternyata panggilan itu masih terhubung. Mau tak mau Leta kembali memungut ponselnya."Iya, saya akan segera ke sana."Tut, panggilan pun berakhir."Bagaimana ini?" keluh wanita itu.Leta tampak berjalan mondar-mandir, kentara sekali kalau dirinya tengah bingung. Dia sama sekali tak menyangka kalau Mahendra akan sadar secepat ini."Apa yang harus kulakukan?" erangnya lagi."Leta!""Ya, Bu, ada apa?" Panggilan ibunya mengagetkan Leta."Ada Lan
Baca selengkapnya

Apa yang Menjadi Milikku Tidak Bisa diganggu Gugat!

Akhirnya Leta mengurungkan niatnya untuk datang ke rumah sakit, dia memutuskan untuk kembali ke rumah.Dia sama sekali tak memedulikan kondisi suaminya saat ini. Suami? Mengingat hal itu membuat Leta tertawa getir.Sebenarnya dia juga malas untuk menemui pria itu. Pria yang sudah menghancurkan mimpi indahnya."Aku tidak peduli dengannya, karena dia ... dia sudah membuatku seperti ini, tapi karena dia juga membuat keadaan abangku sehat seperti semula. Jadi aku harus bagaimana? Bersyukur kah atau bertingkah bodo amat? Arrgghhhh! Apa nggak ada orang sama sekali yang mau bantu aku untuk keluar dari masalah yang rumit ini?" keluh wanita itu seraya memejamkan mata.Leta sangat ingin lepas dari dua pria itu, tapi dia sendiri juga bingung harus melakukan apa."Kok cepat banget perginya?" tanya Ibu Leta."Iya, Bu. Langit lagi ada urusan. Aku masuk dulu ya, Bu," jawab wanita itu tanpa basa-basi.Belum mendapat jawaban dari ibunya, Leta sudah pergi terlebih dahulu. Saat ini suasana hatinya benar
Baca selengkapnya

Berusahalah Lebih Keras Agar Hatiku Luluh

[Datang ke rumahku!]Leta menggigit bibir bawahnya ketika membaca pesan dari Langit. Jelas saja dia ragu untuk datang ke rumah pria itu.[Aku tidak menerima penolakan! Kalau kamu tidak datang, rasakan akibatnya!]"Arrgghhhh! Lagi-lagi kamu itu mengancam. Aku bisa gila gara-gara kamu, Langit," jerit Leta dengan suara tertahan.Namun, setelah dia pikir-pikir, mungkin inilah saat yang tepat untuk berbicara pada Langit. Ya, dia harus mengakhiri hubungan gila ini dengan Langit maupun Mahendra. Akan tetapi pertanyaannya, apakah Langit akan mengabulkan permintaannya begitu saja?"Apapun keputusannya, aku harus menemui dia. Meskipun terdengar agak mustahil, tapi semoga saja aku bisa lepas dengan mereka," gumam Leta.***Langit tersenyum sinis ketika melihat Leta berada di hadapannya. Lelaki itu duduk tenang sembari menyesap alkohol dan rokok sembari menatap Leta dalam diam."Kau datang juga rupanya," gumamnya.Leta mencengkeram erat ujung bajunya, dia benar-benar takut dengan kondisi Langit s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status