Home / Romansa / Diantar Ke Rumahku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Diantar Ke Rumahku: Chapter 41 - Chapter 50

72 Chapters

41

Setelah rasa terkejutnya hilang, Friska berbicara dengan ‘histeris’ kepada Sondang.“Ndang, kamu gila banget, ya? Astaga, astaga.. Benar-benar nggak percaya aku, Ndang.. Gila, pintar banget kamu menutupi ini dari aku.. Ya, ampunn…”Wajah Sondang entah sudah semerah apa. Dia hanya merasa tubuhnya begitu panas.Andi yang duduk di depan Idris, akhirnya tertawa terbahak sesaat setelah mendengar pengakuan Idris.“Wah, akhirnya berhasil juga ya, Bang?” katanya girang. Idris tersenyum saja.Mendengar ucapan Andi, Friska akhirnya melihat padanya dengan pandangan menyelidik. Andi masih tersenyum-senyum senang sambil melihat pada Idris.“Kamu tahu, Ndi?” tanyanya heran.Andi mengangguk kepada Friska. Friska menggeleng-gelengkan kepala mendengar jawaban Andi. Dengan gemas dicubitnya tangan Andi.“Kok, kamu enggak pernah cerita, sih?! Ih, kamu nyebelin banget!”Andi mengaduh sambil tertawa.“Kenapa jadi aku yang salah? Kamu yang akrab dengan Sondang, mestinya kamu dapat cerita dari dia.”Friska
last updateLast Updated : 2022-05-17
Read more

42

Begitu suara mobil Bang Sihol terdengar memasuki halaman, Sondang merasa sedang menunggu badai. Dia mempersiapkan diri, menghadapi panggilan yang mungkin sebentar lagi akan datang. Dengan hati bergemuruh, dia menanti siapapun mengetuk pintu kamarnya, untuk memintanya menghadap Mama. Setengah jam, satu jam, dan sampai jam 8 malam… Tak ada suara orang melangkah naik. Suara televisi juga tak terdengar dari bawah, tanda Mama tak sedang menonton sinetron. Ketika jam menunjuk ke angka 9, Sondang merasa pasti, bahwa dia tak akan ‘diadili’ malam ini. Di hatinya, rasa lega karena penundaan yang terjadi, bercampur dengan rasa cemas, pada apa yang mungkin akan dihadapinya besok. ‘Ndang, aku sudah sampai, ya.’ pesan dari Idris tiba di layar teleponnya. Hanya kalimat seperti itu, sudah membuat Sondang merasa senang. Seperti sebuah tanda yang mengingatkan, bahwa dia sudah ‘terhubung kembali’ dengan Idris. 'Mama marahkah?’ Dia bahkan belum membalas apapun, Idris sudah mengirim pesan baru. ‘Be
last updateLast Updated : 2022-05-19
Read more

43

Pantai Payangan.Dari atas bukit rumput, Sondang berdiri memandang ke bawah: hamparan air berwarna biru yang berkilau di bawah matahari, dengan buih-buih putih di tepiannya. Kapal-kapal nelayan berbagai warna, terlihat lincah menari dan melayang dengan samudra sebagai panggungnya.Tengadah ke atas, matanya bertemu dengan langit yang halus tergelar dalam warna biru yang lebih cerah. Dia melihat bahwa sejauh apapun jarak antara langit dan laut, mereka pada akhirnya bertemu, pada satu titik di ujung sana.Bagai didengarnya langit berbisik kepada awan putih dan bukit-bukit kecil di bawahnya, bertutur tentang betapa ajaibnya dia telah dicipta. Dia takjub pada angin yang dengan lembut menyampaikan kisah yang didengarnya tersebut, kepada rumput, dan kepada pohon-pohon yang jauh. Semuanya bercerita, hampir-hampir tanpa suara. Dada Sondang terasa sesak oleh rasa kagum. Air matanya menetes untuk mengalirkan rasa takjub yang meluap, yang membuat dia bagai kesulitan bernafas. Di tempat seindah
last updateLast Updated : 2022-05-20
Read more

44

Sendirian saja, dalam perjalanan menuju rumah Sondang, pertanyaan demi pertanyaan datang ke benak Idris: ‘Apakah ini akan menjadi kunjungannya yang terakhir? Jika orang tua Sondang tetap tak setuju, apakah dia akan tetap bersikeras mengharapkan Sondang memilihnya, dan meninggalkan keluarganya?' Idris tertawa miris memikirkan hal tersebut, sambil sesekali matanya menatap ke jalan raya, dan juga ke arah mobil di depannya, di mana Sondang duduk bersama keluarganya. Idris adalah seseorang yang tak memiliki keluarga! Sangat sedih rasanya, karena ia tak punya orang-orang yang mengharapkan dan menyambutnya pulang. Terutama ketika hari begitu berat, dan membuat pikiran begitu penat. Sekarang, jika mereka tak mendapat restu, pantaskah jika Idris membuat Sondang yang memiliki keluarga itu, malah ‘kehilangan’ keluarganya karena dia? Apakah Idris akan membawa Sondang merasakan kesedihan yang sama, seperti yang ditanggung oleh Idris selama ini? Dalam benaknya, Idris memang ingin supaya Sondang m
last updateLast Updated : 2022-05-22
Read more

45

“Idris, kamu sudah tahu bahwa aku menginginkan Sondang menikah dengan orang Batak..” ucapan Mama Sondang terdengar jelas dan tegas. Idris seperti beku saat mendengar kalimat itu. Terputus, tapi sangat jelas maksudnya. “Karena itu, aku sangat marah, ketika tahu bahwa diam-diam, ternyata kamu dan Sondang berhubungan. Sondang bahkan berani melawanku karena kamu, dan itu membuatku sakit hati. Apalagi Abangnya ternyata juga mendukung kalian di belakangku.” Mama Sondang menarik nafas setelah mengucapkan kalimat itu. Terasa bahwa sampai saat ini, dia masih merasa sedih. Idris merasa sebentar lagi, dia akan menghadapi hal yang buruk. “Aku tahu, bahwa Anakku Sihol mendukungmu, karena sifatmu yang baik. Akupun melihat bahwa sifatmu memang baik. Masalahnya hanya satu, kamu bukan orang Batak..” Idris terpaku dengan lesu. Jadi sudah jelas akhirnya bukan? Dia ditolak, meski tanpa kata-kata sinis dan merendahkan seperti yang pernah diterimanya dulu. Benaknya membayangkan jalan sunyi yang haru
last updateLast Updated : 2022-05-22
Read more

46

Tak ada yang tahu, bahwa titik balik dari perubahan sikap Mama, terjadi pada hari setelah Mama terjaga dari komanya.Dari tempatnya berbaring, dia melihat Sondang dan Sihol yang bergantian menjaganya sepanjang hari. Sondang tertidur lelah di tepi ranjang rumah sakit, dengan kepala telungkup di sisi samping tempat tidurnya. Sihol menyuapinya makan, dengan hati-hati memapahnya ke toilet, dan juga membantunya menyikat gigi. Dengan sabar, kedua anaknya itu, yang selama beberapa hari telah membuatnya sakit hati, merawatnya dengan penuh kasih. Tak nampak kemarahan dari mereka berdua, untuk membalas sikap Mama yang sudah mendiamkan mereka.Pikirannya yang sebelumnya dipenuhi amarah, akhirnya merasa tersentuh melihat kasih sayang yang ditunjukkan oleh kedua anak dan menantunya. Dia mulai menyadari, bahwa anak-anaknya sebenarnya tak membencinya. Mereka hanya sedang berbeda pendapat.Saat diam-diam mengamati Sondang yang terlihat murung di rumah sakit, Mama yang sudah pernah berada di ‘tepian k
last updateLast Updated : 2022-05-24
Read more

47

“Ito, kudengar dari Bapak si Kembar, kau sempat marah besar sama dia dan si Sondang, ya?” tanya Tulang Tarutung membuka percakapan di siang itu. Hanya mereka bertiga dan si Kembar yang ada di rumah. Yang lainnya sedang berada di tempat bekerjanya masing-masing.Anggukan saja yang nampak sebagai tanda jawaban dari Mama Sondang terhadap pertanyaan Abangnya.“Tapi kulihat, sudah saling bicara kalian sekarang. Apakah semua masalahnya sudah selesai?” Tulang menyambung pertanyaannya.Hening sejenak, Mama Sondang terlihat sedang mencari jawaban yang tepat.“Belum selesai, Ito. Sampai hari ini, kami masih belum ada mengobrol lagi tentang masalah itu.”Tulang mengangguk mengerti.“Terlalu berat nampaknya buatmu ya, Ito, menerima orang bukan Batak untuk menjadi menantumu?”Pertanyaan retoris yang membuat Mama terdiam.Siapapun di keluarga mereka, sudah tahu kisah tentang teman akrabnya, yang bunuh diri setelah mengalami KDRT oleh suaminya yang bukan orang Batak. Pengalaman itu membekas di benak
last updateLast Updated : 2022-05-24
Read more

48

"Sedang apa, Ndang?" tanya Idris malam itu melalui layar telepon, 2 hari setelah Minggu siang yang menjadi 'titik baru' bagi hubungan mereka.Sondang mengangkat biola yang dia letakkan di atas tempat tidur, menunjukkannya kepada Idris. Dia baru saja selesai berlatih, ketika teleponnya berbunyi tadi. "Berarti Minggu besok, kamu latihan dengan Justin lagi, ya?" Sondang mendapati kekesalan dalam suara Idris saat mengatakan itu.Sondang memandang Idris dengan bingung. Apakah Idris masih cemburu juga pada Justin? Bukankah sudah jelas Sondang memilih dia, apa lagi yang perlu ditakutkan?"Apa Abang mau, supaya aku enggak main musik lagi dengan Justin?" tanya Sondang lembut. Dia ingin membuat hati Idris tenang, ingin membuat Idris tahu bahwa Sondang hanya mencintainya.Idris terdiam sejenak, menatap ke layar di depannya, memandang pada wajah Sondang yang menunggu jawabannya.Dia lalu menggeleng, dan kemudian tertawa kecil."Lihat, aku seperti anak SMP yang cemburu, ya?" katanya pada Sond
last updateLast Updated : 2022-05-25
Read more

49

Tak dapat disangkal, permintaan Idris untuk bicara serius dengan Sondang di hari Minggu, membuat Sondang merasa tegang saat bertemu kembali dengan dia. Bukannya mengobrol dengan akrab, layaknya dua orang yang saling merindukan, Sondang malah duduk tegak mematung, saat berada di samping Idris. Pertanyaan Idris dijawabnya singkat semua, dan diapun tak berinisiatif untuk menciptakan obrolan di antara mereka. Sikapnya itu memang tidak membuat Idris jengkel. Dia malah tertawa, karena sudah hafal pada perilaku Sondang. Saat ini, perempuan itu pasti sedang ‘stress’ memikirkan ajakan Idris untuk mengobrol serius. “Ndang, cara dudukmu itu.., kayak sedang nonton film horror saja,” kata Idris sambil menowel lengan Sondang. Sondang meringis mendengar godaan yang dilontarkan Idris. Memang benar, sih.. Sejak semalam, di tengah kesenangan karena akan bertemu Idris, dia juga merasa panik. Hanya membayangkan apa yang hendak disampaikan Idris, sudah membuat perutnya terasa mulas. Perlahan, Sonda
last updateLast Updated : 2022-05-28
Read more

50

Ketika ‘kesadarannya’ kembali, yang pertama bereaksi adalah punggungnya. Kehilangan daya untuk tegak, dia bersandar pasrah pada batang pohon di belakangnya. Badannya seperti Meriang, dan keringat dingin menetes di tepian telinganya. Pikirannya yang sejak tadi hening, sekarang berteriak memberitahu, ‘Kamu sedang dilamar!’ Meski Sondang sudah menduga, bahwa Idris akan mengajaknya menikah, namun mendengar langsung ‘lamaran’nya, tetap saja membuat dirinya tergoncang. Dalam imaginasi Sondang, Idris akan berbicara dengan kata-kata yang lebih formal, dan datar. Namun pada kenyataannya, Idris malah menyampaikannya seolah sedang bercerita saja. Bermenit-menit berlalu, tanpa ada jawaban dari Sondang. Idris melihat kepada Sondang, yang sejak tadi membalas semua kalimatnya dengan hening. Sondang bahkan bertingkah, seolah sedang sendirian saja duduk di sini. Tak sekalipun dia melihat kepada Idris. “Hoiii, awas kesambet..” kata Idris.. Dia memegang sebatang ranting panjang, dan menusukkannya le
last updateLast Updated : 2022-05-28
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status