Home / Romansa / Diantar Ke Rumahku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Diantar Ke Rumahku: Chapter 11 - Chapter 20

72 Chapters

11

Ketika Idris tiba di depan rumah Sondang di Sabtu malam itu, dia melihat sebuah mobil terparkir di dekat pohon Kemuning. Dia tahu mobil siapa itu! Dibukanya gerbang dengan lambat, menunggu gejolak hatinya mereda. Di ruang tamu, dilihatnya Justin sedang duduk sendirian. “Hai, Bang. Baru datang?” tanya Justin ramah ketika melihat Idris. Idris mengangguk, dan tersenyum membalas sapaan Justin. Diambilnya tempat duduk di kursi di depan Justin. “Sudah bertemu Sondang?” Justin mengangguk. “Iya, Bang. Ini baru mengantar dia. Tadi kami pergi ke pantai.” Idris merasa disayat hatinya. Berdua sajakah mereka pergi? “Sondang lagi di dapur. Membuat teh,” Justin menjelaskan, sebelum Idris bertanya. Idris bimbang, akan langsung saja pergi ke kamarnya, atau meneruskan mengobrol dengan Justin. Namun akhirnya, naluri lelakinya yang menang. Dia bertahan duduk di situ, di depan 'saingan'nya. Sambil menunggu Sondang, mereka berdua berbincang tentang klub Bola favorit mereka, dan hobi yang mereka k
last updateLast Updated : 2022-04-19
Read more

12

Idris merasa lelah karena perasaan cintanya yang tak jua berbalas. Dia telah memaksakan diri untuk pulang ke rumah Sondang di Sabtu malam ini, demi memupus kerinduannya melihat Sondang dan mendengar tawa lepasnya. Namun begitu tiba, kenyataan yang didapatinya malah menghempaskan dia ke dalam realita, bahwa Sondang tidak mencintainya, dan dia telah memilih Justin. Memang sejak awal dia sudah tahu, kecil sekali peluangnya untuk memenangkan hati Sondang. Namun dia tetap bersikeras mencoba, karena terlalu menyedihkan jika dia harus melepaskan Sondang tanpa berbuat apa-apa. Dan setelah mencobanya, barulah dia tahu, sesakit ini ternyata. Melihat perempuan yang dia rindukan malah pergi berdua saja dengan lelaki lain, bagaimana dia tak merasa cemburu? Apa yang dilihatnya malam ini, telah membuatnya sampai pada titik, tak ingin mencoba lagi. Dia lelah, dan ingin kembali kepada kewarasan yang pernah dimilikinya, sebelum dia tenggelam lebih dalam. “Ndang, sudah
last updateLast Updated : 2022-04-21
Read more

13

Saat melihat sekotak kue dan selembar pesan di atasnya, Sondang refleks menitikkan air mata. Meski keluarga mereka sangat akrab, tapi bagi mereka, ulang tahun bukan suatu peristiwa yang perlu dirayakan secara khusus. “Cukup berdoa saja,” itu kata Ayahnya sejak dulu. Karena itu, mendapat kue ulang tahun yang khusus diberikan untuknya, ternyata menjadi pengalaman yang mengharukan. Dia tahu, kue itu dari Idris, karena dia pernah melihat tulisannya, yang terlihat rapi dan kecil-kecil, ketika mereka sedang duduk bersebelahan di gereja. Yang membuatnya tak percaya adalah, Idris yang sejak tadi malam membuatnya kesal, karena seolah menghindarinya, ternyata malah menyiapkan kue ulang tahun buat dia. Semalam, begitu Idris mengatakan tidak ikut dengannya ke gereja, Sondang merasa kecewa. Lalu pagi-pagi tadi, Idris tak kunjung turun, meski dia sudah sengaja berlama-lama menunggunya di bawah. Sondang tahu, bahwa ini terasa aneh dan konyol, sebab Idris kan, bukan siapa-siapa baginya. Tapi inila
last updateLast Updated : 2022-04-22
Read more

14

Ketika Idris mendaki tangga menuju lantai 2 rumah Sondang di Rabu malam itu, dari arah kamar Sondang, dia mendengar suaranya menyanyikan perlahan ‘Somewhere Over The Rainbow.’ Suaranya cukup jernih, dan seperti ke luar dari hati. Idris berhenti lama di ujung anak tangga menuju lantai 3, agar Sondang atau penghuni lain rumah itu, tak melihatnya menguping. Ternyata di hari kerja seperti ini, Sondang mengisi malamnya dengan bernyanyi-nyanyi. Idris datang untuk menginap di rumah Sondang malam itu. Sehari sebelumnya, seorang pekerja proyek mengalami kecelakaan kerja. Tidak parah, tapi cukup untuk membuatnya harus dirawat di rumah sakit di kota ini. Mereka sudah membuat laporannya ke Disnaker dan BPJSTK.  Dan menjelang sore, dia berangkat dari Site, untuk melihat keadaan karyawan tersebut di rumah sakit.   Sebenarnya, dia bisa langsung pulang ke tempat kerjanya, sebab hari masih jam 7 malam ketika dia ke luar dari rumah sakit. Tapi kerinduan pada
last updateLast Updated : 2022-04-25
Read more

15

Akhir pekan itu, Idris tak kunjung datang. Sondang mengira, dia akan datang di Sabtu malam, seperti minggu sebelumnya, tapi ternyata itu tak terjadi.Pulang latihan koor di jam setengah sepuluh malam,  dan hanya menemukan 'kekosongan' di bawah Pohon Jambu Air, membuat Sondang semakin merasa lesu. Dia lalu tidur dengan muram, dan tak merasa terhibur, meskipun Friska mengiriminya pesan teks, bahwa dia akan ikut ke rumah Sondang besok sepulang gereja. Dibiarkannya saja pesan itu tak terbalas, dan merelakan dirinya mendengarkan protes dari Friska besok.Pagi itu, dengan rasa lesu, dia menaiki motor ungunya menuju gereja. Di jalan ke luar ‘kampung’, tiba-tiba dia merasa melihat mobil yang dikenalnya, melaju lambat menuju dia. Ketika kaca mobil tersebut hampir sempurna membuka, dia melihat Idris berteriak memanggilnya:“Ndang, kita berangkat bareng aja!”Sondang bagai mendengar darahnya berbunyi ‘serr,serr’ saat
last updateLast Updated : 2022-04-26
Read more

16

Sudah setengah jam lebih dia menunggu di Café ini, ketika Justin akhirnya datang.Tadi jam 12 siang, Justin tiba-tiba mengiriminya pesan, mengajak bertemu, jam 5 sore. Awalnya Sondang ingin menolak, karena belum siap untuk memberikan jawab kepada Justin. Tapi kemudian hatinya berkata, bahwa akan lebih baik, jika apa yang menjadi urusannya dengan Justin, diselesaikan lebih cepat. “Maaf ya, Ndang. Aku terlambat. Tadi waktu mau pulang, tiba-tiba Atasanku telepon, minta bantuan menyelesaikan satu pekerjaan,” kata Justin begitu dia hadir di depan Sondang.Sondang mengangguk. Dia percaya Justin tidak berbohong, sebab dia sudah kenal Justin sejak masih kecil dulu.  Lurus dan tak pernah berbelit-belit saat bicara. Dilihatnya Justin yang selalu tampan dengan kulit putihnya dan rambut lurus rapi dibelah samping. Bajunya selalu saja rapi, bahkan ketika dia memakai kaos, tak pernah dia melihat Justin tampil berantakan. Sejak dulu,
last updateLast Updated : 2022-04-27
Read more

17

Kira-kira jam 10 pagi di hari Sabtu, Mereka berempat: Mama, Ipar Sondang, Friska dan Sondang, sudah sibuk di dapur.  Nanti sore akan ada acara ‘partangiangan’ atau acara doa bersama. Ini acara rutin sekali sebulan, yang dilakukan secara bergilir oleh para jemaat gereja. Bulan ini, giliran jatuh pada keluarga Sondang.Sebenarnya kalaupun hanya menyajikan kue-kue, jemaat yang hadir pasti tidak keberatan. Tapi Mama memutuskan untuk menyediakan makan malam, meski cuma sekedarnya. Itu sebabnya pagi-pagi tadi, Sondang dan Abang sudah pergi berbelanja ke pasar, membeli 6 ekor ayam kampung, dan keperluan lainnya. Selain memasak Ayam gulai andaliman,  tombur ikan nila dan sayur daun singkong tumbuk, Mama memutuskan untuk membuat Lampet beras. Jadilah apa yang disebut sebagai makan malam sekedarnya itu, malah berubah menjadi makan malam berat, bagi yang bertugas mempersiapkannya.Karena itu, mereka segera berbagi tugas. Sondang memasak ayam, da
last updateLast Updated : 2022-04-28
Read more

18

Dan Idris ternyata tidak datang malam itu. Sondang menduga, mungkin karena dia sebenarnya masih kesal, mendengar Sondang akan latihan musik berdua dengan Justin.  Idris tidak tahu, setelah Sondang menolak cinta Justin, dia sendiripun bingung, bagaimana tetap bersikap tenang di dekat Justin yang sudah dibuatnya patah hati itu.  Mereka memang sudah berjanji akan tetap menjadi teman, tapi semuanya pasti butuh waktu. Dan belum seminggu sejak Sondang menolak Justin, bagaimana luka hati bisa sembuh, dalam waktu sesingkat itu? Seandainya bisa, ingin sekali sebenarnya Sondang membatalkan ‘duet’ mereka ini. Tapi apa boleh buat, pengantin sendiri-yang adalah teman kursus musik mereka dulu-  yang meminta mereka untuk bermain musik di acara pemberkatan nikahnya.  Jadi jalan satu-satunya hanyalah melakukannya, meski keduanya sedang merasa tak nyaman. Malam ini, hati Sondang merasa sakit dan kesepian. Seperti ada harapan yang terlepas, ketika sosok Idri
last updateLast Updated : 2022-04-28
Read more

19

“Ya, ampun, Mama Sondang niat banget kayaknya menjodohkan Sondang dengan Justin, ya. Nyari alasannya maksa banget,” keluh Friska ketika mobil Idris sudah meluncur ke luar dari halaman gereja, dalam perjalanan menuju rumah Amelia. Idris diam saja, hatinya merasa rusuh dan kecewa. Sulit sekali ternyata untuk mendekati Sondang. Ada-ada saja hambatannya. Cuma Andi yang bereaksi dengan tertawa kecil. Siapapun yang ada di situ tadi tahu, bahwa Mama Sondang memang membuat-buat alasan, untuk memaksa Sondang pergi berdua dengan Justin. “Namanya orang tua, Fris, hanya bisa tenang, kalau anak perempuannya sudah menikah.” “Iya, sih. Cuma aku kasihan lihat Sondang tadi. Dia kaget banget, waktu tahu bahwa dia akan pergi berdua dengan Justin. Mungkin dia sangka, dia bisa minta kita temani, ya?” kata Friska prihatin. Andi tertawa lagi, lalu berkata, “Mungkin besok-besok, kalau Mama Sondang butuh beli jarum
last updateLast Updated : 2022-04-28
Read more

20

“Itu Bou, yang di kiri. Iya, itu..” teriak salah satu ponakannya pada Sondang yang sedang memetik Mangga. Minggu siang sepulang gereja itu, dia sedang memanjat pohon Mangga yang tumbuh di halaman belakang, di dekat kandang ayam.Musim Mangga sebenarnya sudah hampir berakhir, dan ini hanya tinggal buah sisa saja. “Pegang kuat kainnya!” seru Sondang ke arah bawah, kepada kedua keponakannya yang sejak tadi memegangi ujung-ujung kain untuk menampung buah Mangga yang dilemparkan Sondang ke bawah.Satu per satu buah Mangga Manalagi yang sudah tua dipetik oleh Sondang, dan dilemparkannya ke dalam kain. “Coba hitung, sudah berapa jumlahnya?” tanyanya pada kedua keponakannya. Kedua anak 5 tahun itu terdengar membilang angka-angka dengan bersuara.“12. Bou..”“Sudah cukup berarti, ya? Sudah banyak itu..”Tak ada jawaban untuk sesaat. Si Kembar itu ternyata sedang berdiskusi berdua.“Seorang dapat berapa buah, Bou?” tanya yang termuda.“2,” jawab Sondang sambil bersiap-siap turun. Dijejakkan
last updateLast Updated : 2022-04-30
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status