Beranda / Romansa / Nafkah Batin Basi / Bab 171 - Bab 180

Semua Bab Nafkah Batin Basi: Bab 171 - Bab 180

200 Bab

Bab 171. Kolaborasi Dua Wanita Sakit Hati

Bab 171. Kolaborasi Dua Wanita Sakit Hati “Ya sudah. Besok pagi kau siap-siap tinggalkan rumah itu! Balik ke rumahku, paham!?” teriak Lidya makin menekan Ruminah “Iya, Nyonya, baik. Tapi setelah Mbak Dindanya datang, kan, Nyonya? Lalu saya kenalkan dulu sama Pak Daffin, kan?” “Ya, iyalah! Goblok banget, sih …!” “I-iya, Nyonya. Tapi, saya belum tahu wajahnya Mbak Dinda itu seperti apa. Bagaimana saya bisa mengenalinya, besok, Nyonya?” “Bawel, ya! Pokoknya kalau besok pagi ada tamu yang mengaku bernama Dinda, itulah orangnya! Udah, ah! En-neg aku ngomong sama pembantu tolol kayak kamu!” Ruminah tercekat. Perempuan yang bernama Lidya itu tak pernah berhenti mengatai dirinya goblok, tolol, dan berbagai kata-kata kasar lainnya. Padahal majikannya di rumah ini justru sangat menyayanginya. Ruminah bahkan diangkat menjadi Asisten kepercayaan oleh Rahayu. Ruminah juga menjadi satu-satunya asisten yang diizinkan Daffin mengurus segala keperluan pribadinya. Tetapi perempuan itu haru
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-30
Baca selengkapnya

Bab 172. Amelia Tak Jelita, Tapi Begitu Istimewa

Bab 172. Amelia Tak Jelita, Tapi Begitu Istimewa “Saya pulang, ya, Pak! Terima kasih atas semua yang terjadi hari ini!” ucap Amelia mohon pamit. “Aku yang berterima kasih, Mel. Hari ini luar biasa,” sahut Daffin dengan mata berbinar bahagia. “Saya pulang diantar anggota Bapak saja, Bapak terlalu lelah hari ini. Tadi malam juga kurang tidur, bukan? Sebaiknya Bapak istirahat, saja!” usul Amelia. Mereka berjalan beriringan menuju teras. “Tidak, saya tidak akan tenang kalau tidak melihat langsung kamu sudah sampai di rumah. Ayolah!” tegas Daffin lalu berjalan cepat mendahului gadis itu menuju mobil. Seorang bodyguard langsung membukakan pintu mobil untuknya. “Aku nyetir sendiri saja,” titahnya sambil masuk ke dalam mobil mengambil posisi di belakang stir. “Tapi, ini sudah terlalu malam, Pak!” tukas sang bodyguard khawatir, lalu menutup pintu mobil kembali. “Ikuti saja, saya! Bukakan pintu mobil buat Mbak Amelia! Suruh duduk di depan!”perintah Daffin mulai menyalakan me
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-30
Baca selengkapnya

Bab 173. Dihadang Preman Suruhan Bram

Bab 173. Dihadang Preman Suruhan Bram “Awas, Mas!!” teriak Amelia. Beberapa sepeda motor tiba-tiba menghadang di depan mereka. Para bodyguard yang mengawal mobil Daffin segera bergerak cepat. Kedua kubu saling berhadapan. “Siapa kalian? Mau apa, hah?” teriak salah seorang anggota Daffin. “Kami anggota Bang Bram. Kami tak mau ribut asal kalian tak mengajak ribut. Bang Bram mengutus kami untuk menjemput Nona Amelia. Bos kami menunggunya di markas.” “Siapa Bram?” “Tidak penting buat kalian! Kami hanya berurusan dengan wanita itu!” Dua orang langsung menyerbu ke arah mobil. “Buka pintunya! Cepat! Keluarkan perempuan itu atau terjadi sesuatu yang tidak kalian inginkan!” teriaknya sambil menggedor-gedor kaca jendela. “Kamu kenal mereka?” tanya Daffin menarik pinggang Amelia. Tangan kekar itu memeluk dengan erat, sebagai wujud perlindungan kepada sang kekasih. Amelia tak menolak. Sebab saat ini, dia memang benar ketakutan. Sangat takut. Dada Daffin adalah tempat bersembuyi
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-30
Baca selengkapnya

Bab 174. Kerinduan Ini Karena Cinta

Bab 174. Kerinduan Ini Karena Cinta Sepuluh menit perjalanan, mobil mewah Daffin menepi di depan rumah Amelia. Bik Jum tergesa-gesa membukakan pintu pagar. “Aku langsung pulang, ya! Kamu istirahat! Besok, aku akan cek kondisi mobil kamu!” Daffin mengantarkan Amelia sampai teras. “Iya, Mas. Tapi yang paling penting adalah, jangan lupa ke rumah sakit jenguk Tante Rahayu. Mas Daffin udah janji, kan, mau baikkan dengan Tante Rahayu?” “Iya. Aku akan penuhi janjiku. Kamu masuk, ya! Istirahat yang cukup! Kamu lelah banget satu hari bukan?” Daffin menghentikan langkah, lalu berdiri menghadap Amelia. “Dan aku mau ucapin, terima kasih banyak!” lanjutnya seraya menatap lembut tepat di manik mata sang kekasih. “Terima kasih untuk apa?” tanya Amelia membalas tatapannya. Namun hanya sesaat. Gadis itu tak sanggup menatap tatapan lembut Daffin. Tatapan itu serasa menelusup hingga ke relung hati. Ciptakan debar yang membuat pacu jantungnya sangat tidak normal. Amelia berdebar hebat. “Terima
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-31
Baca selengkapnya

Bab 175. Bukan Rekayas Andre

Bab 175. Bukan Rekayas Andre “Tidak bisa, kawan! Aku sudah mengerahkan anak buahku selama ini menjaga pacarmu itu! Aku bahkan tak mengutip lima rupiah pun bayaran dari kau! Itu aku lakukan karena aku peduli pada kau! Sebagai balas jasaku dulu kau bantu aku ujian akhir SMA kita. Semua kawan-kawan kita sudah pada kawin. Tinggal kau saja. Perempuan itu harus jadi istri kau! Macam mana pun caranya, dia harus jadi istri kau!” tegas Bram berapi-api. “Tapi, Amelia tak mencintaiku, Bang! Dia lebih menyukai Daffin.” “No! Kehendakku yang berlaku, bukan si Daffin Daffin itu, paham kau! Jangan coba-coba bantah ucapanku!” “Jangan Bang! Aku tidak mau main paksa!” “Diam kau! Aku yang mengatur!” teriak Bram mulai hilang kesabaran. “Tapi aku tidak mau, Bang!” Andre berkeras. “Ikat dia! Masukkan ke dalam ruangan isolasi!” perintah Bram kepada anak buahnya. “Bram! Jangan begini, kawan! Bram! Lepaskan aku! Bram!!!” teriak Andre tak lagi memanggil dengan sebuatan ‘Bang’. Dalam hitungan deti
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-31
Baca selengkapnya

Bab 176. Andre Babak Belur di Depan Amelia

Bab 176. Andre Babak Belur di Depan Amelia“Aku tidak mau! Aku tegaskan sekali lagi, aku tidak mau! Jelas!” teriak Amelia sedikitpun tak gentar.“Baik, kalau kau tetap berkeras!” ketus Bram lalu meraih ponsel di atas meja. “Di mana posisi kalian?” tanyanya melalui sambungan telepon. Sengaja dia menekan loud speaker agar Amelia mendengar jawaban dari sana.“Kami di sekitar rumah target. Target sedang berjalan pagi bersama perawatnya di sepanjang jalan kampung. Target masih terpincng-pincang. Kami menunggu perintah selanjutnya Bang!”“Ya, ikuti saja laki-laki pincang itu. Tunggu perintah selanjutnya.”“Baik, Bang.”Amelia tercekat. Segera dia meraih ponselnya sendiri. Segera menghubungi nomor sang Papa. Tetapi tidak aktif. Kemudian menghubungi nomor Ayu, perawat pribadi papanya. Sama tidak aktif juga. Amelia makin gelisah.Bram terkekeh melihat kegelisahannya. “Telpon Daffin sekarang juga! Atau, aku perintahkan anak buahku mematahkan kaki bapak kau di kampung itu!?”“Aku tidak mau! J
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-31
Baca selengkapnya

Bab 177. Daffin Cemburu?

Bab 177. Daffin Cemburu? Flass Back Sastro memantau dari luar tembok tinggi sambil menunggu Daffin datang. Sendiri masuk ke dalam markas preman itu jelas nyalinya ciut. Siapa yang tidak kenal kawanan preman nomor satu itu. Meski nyawa tak akan melayang, tapi badan pasti remuk jadi pergedel bial ada yang mencoba-coba mengusik mereka. Sastro terpaksa menunggu Daffin datang beserta anggota lainnya. Seperempat jam, yang ditunggu tiba. Daffin datang dan langsung menggedor kasar pintu pagar yang terbuat dari besi tenal itu. Lonceng yang tergatung di sudut gerbang dia goncang-goncangkan dengan kencang. Suara ribut itu memancing penjaga untuk segera membuka pintu. Tanpa berkata sepatah, Daffin langsung menyerbu masuk begitu pintu terbuka. Tubuh penjaga dia lemparkan ke arah anak buah yang setia mengikuti. Puluhan pria sangar berlompatan untuk menghadang. Namun, langkah Daffin sama sekali tak terhadang. Para bodyguard menghalau semuanya dengan sempurna. Hingga Daffin tiba di ruangan di man
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-01
Baca selengkapnya

Bab 178. Ada Jebakan Maksiat

Bab 178. Ada Jebakan Maksiat “Kamu nunggu apa, hehehehe …. Aku hanya membersihkan noda darah Pak Andre di pipi dan dagu kamu!” ledek Daffin sengaja mempermainkan perasaan sang kekasih. “Eeemh! Gak ada! Aku gak nunggu apa-apa! Btw, makasih noda darahnya sudah dibersihkan!” ketus Amelia menegakkan tubuh, lalu memalingkan wajah ke samping menyembunyikan rasa malu yang makin menyerang. Gadis itu tak henti mengutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia mengharapkan ciuman dari Daffin. Sedang pria dingin dan super cuek itu sama sekali tak pernah melakukan sebelumnya. “Maaf, aku tidak bermaksud membuat kamu kecewa.” Daffin merasa bersalah. “Aku gak kecewa, ngapain juga kecewa, memangnya aku mengharapkan apa?” sergah Amelia makin ketus melindungi harga dirinya. “Hem, baik. Ya, sudah, kita pulang sekarang.” “Hem!” Daffin menyalakan mesin mobil, lalu melajukannya perlahan. Amelia mengeluarkan ponsel, dan menelepon Regina. Dengan hati-hati Amelia menyampaikan kalau Andre masuk rumah s
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-01
Baca selengkapnya

Bab 179. Hampir Terjebak Maksiat

Bab 179. Hampir Terjebak Maksiat “Masuk, Pak! Ya, di sini! Bapak baring aja, ya! Biar sakit kepalanya hilang!” Dinda membantu membaringkan tubuh Daffin di kasur yang biasa ditiduri oleh Ruminah. Tubuh Daffin sudah berbring dengan sempurna di sana. Tetapi pelukannya di bahu Dinda tak hendak dia lepas. Pria itu bahkan mengeratkan pelukannya di sana. Seperti anak kecil yang takut kehilangan mainannya, Daffin memeluk bahu Dinda semakin kencang. “Bapak tidak mau melepas saya?” bisik Dinda tepat di telinga pria itu. Sengaja lidahnya menyentuh daun telinga Daffin. Beberapa detik lidah wanita itu bermain di sana, menjilat-jilat hingga membuat Daffin menggelinjang. “Apa yang kamu lakukan?” desahnya di antara napas yang mulai memburu. “Bapak tidak mau melepas saya, jadi saya lakukan saja apa yang Bapak minta,” jawab Dinda menegrling nakal, seraya memainkan bibir tipisnya. “Aku tidak tahu, kenapa ini. Tolong … bantu saya!” Daffin menghiba. Seperti seorang yang tengah tersesat di pada
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-01
Baca selengkapnya

Bab 180. Amelia Jijik Pada Daffin?

Bab 180. Amelia Jijik Pada Daffin? Amelia tersentak. Seorang pengawal Daffin datang dari pos depan. Pria itu berlari mengejarnya ke arah teras. “Pak Daffin, sudah selesai? Biar mobilnya saya siapkan,” tanya pria itu setelah jarak mereka dekat. “Justru saya sedang mencari Mas Daffin, ke mana dia?” Amelia balik bertanya. “Lho, bukannya kalian tadi bersama? Bahkan setelah sarapan Pak Daffin sempat limbung, lalu Mbak membawanya masuk ke kamar pembatu.” “Apa? Mas Daffin limbung dan saya membawanya masuk kamar pembantu?” pekik Amelia kaget. “Lho kenapa Mbak Amelia kaget? Ini … ada apa sebenarnya? Bos kami kenapa? Jangan-jangan Anda melakukan sesuatu padanya! Katakan di mana Pak Daffin?” Tiba-tiba pria sangar itu mencengkram lengan Amelia. Sebuah peluit dia bunyikan, seketika enam pria tegap berlarian ke arah mereka. “Ada apa ini?” seru mereka panik. “Perempuan ini berpura-pura mencari Pak Daffin. Padahal jelas saya lihat melalui CCTV dia membawa Pak Daffin masuk ke kamar pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
151617181920
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status