Beranda / Romansa / Nafkah Batin Basi / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab Nafkah Batin Basi: Bab 91 - Bab 100

200 Bab

Bab 91. Vito Menebus Kesalahan Masa lalu

Bab 91. Vito Menebus Kesalahan Masa lalu Hari ini Anwar sudah boleh pulang. Tetapi dari hasil kesepakatan, dia tak akan pulang ke rumah. Dr. Vito sudah mengurus cuti. Sesuai janjinya pada Amelia, dia akan membawa Anwar ke desanya. Desa Telagah, lebih kurang 120 KM dari kota Medan. Pengobatan secara tradisional aka dia upayakan, untuk kesembuhan stroke yang diderita oleh Papa Amelia. Itu adalah cara Dr. Vito untuk menebus kesalahan di masa lalu. Meskipun berulangkali Amelia menolak, tetapi pria itu tak surut. Kegagalan pernikahannya adalah karma. Begitu pikirnya. Karma karena dulu dia dan mantan istrinya pernah mengolok-olok bahkan mempermalukan Amelia. Kasus bulliying itu bahkan sempat membuat Amelia trauma parah, dan memilih keluar dari sekolah mereka. Tak ada hubungan kasus masa remaja itu dengan nasip pernikahan Dr. Vito. Tetapi, sang dokter tetap merasa dikejar-kejar rasa berdosa. Itu sebab dia meminta maaf dengan segala cara. Termasuk kesembuhan Papa Amelia. “Mama juga ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-14
Baca selengkapnya

Bab 92. Mantan Madu Mengamuk

Bab 92. Mantan Madu Mengamuk ====== “Eh, lifnya terbuka, Non. Ayok, Non ke ruang administrasi, saya langsung ke parkiran, ya! Pak Dadang masih nunggu di sana, kok. Bilang sama Bapak, yang semangat berobatnya! Saya akan doakan semoga serasi berobatnya, cepat sembuh, udah, ya, Non! Saya langsung pulang! Hati-hati nanti di jalan, dan pulangnya, ya, Non! Assalamualaikum!” Bik Jum berjalan cepat menyusuri koridor rumah sakit, lalu berbelok menuju parkiran. Sementara Amelia masih terpaku di depan lif, hingga sosok ART kebanggannya itu lenyap dari pandangan mata, gadis itu belum juga mampu bergerak dari sana. Ada ngilu yang menusuk kalbu Amelia. Wanita baik hati itu sukses membuat sudut matanya mengembun. Kecewa yang dibalut dengan senyum di bibir Bik Jum justru lebih tajam daripada mata pisau. Mata pisau yang serasa mengiris halus hatinya. “Maafkan aku, Bik!” bisiknya pelan. “Papa menginginkan Tante Regina, bukan Bibik. Maafkan aku yang tak bisa mengalihkan rasa di hati Papa kepa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-14
Baca selengkapnya

Bab 93. Om Nurdin Meninggal

Bab 93. Om Nurdin Meninggal “Mau dibawa ke mana Papa saya!” Yati kembali histeris saat dua orang perawat mendorong kursi roda Nurdin kembali menuju ruang rawat. Dia berusaha menahan kursi roda itu sekuat tenaga. “Maaf, Bu! Pasien akan kembali kita rawat. Lepasin, Bu! Selang infus akan kembali kita pasang dan suntikan obat kembali kita berikan. Tolong jangan dihalangi, pasien semakin lemah, Bu!” jawab perawat menerangkan. “Aku udah gak sanggup bayar! Sekarang aja aku udah terutang! Liat rincian biayanya sana! Aku gak bisa bayar!” “Maaf, Bu! Kata bagian Adm, ada seseorang yang udah menangungjawabi mengenai biaya. Maaf, Bu! Kita harus cepat! Tolong lepasin! Pasien makin lemah!” “Siapa? siapa yang mau menolong kami, ha? Gak mungkin ada? Kalian pasti salah!” “Yang tadi, Bu. Yang sempat berbicara dengan Ibu juga. Ibu itu, hari ini papanya pulang karena sudah sembuh. Kalau tidak salah, namanya Bu Amelia.” “Apa? Si Kribo …. Dia mau membiayai pengobatan Papa?” lirih Yati tak percaya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-14
Baca selengkapnya

Bab 94. Dendam Membakar Istri Pertama

Bab 94. Dendam Membakar Istri Pertama Segera Amelia menghubungi Bahrum, orang kepercayaan yang mengurusi keuangan peternakan milik papanya. Tanpa meminta persetujuan Yati, gadis itu memerintahkan Bahrum agar datang ke rumah sakit mengurus segala sesuatunya, membantu Yati hingga penguburan jenazah. Rumah Nurdin sudah tak ada, ke mana jenazah akan disemayamkan? Itu semua tak luput dari pemikiran gadis itu. “Kamu memang gadis yang baik, Mel!” ucap Regina dengan mata berkaca-kaca. “Om Nurdin sahabat Papa, Tante. Papa pernah menganggapnya sebagai saudara di kota ini. Sebab Papa tak tak punya siapa-siapa di sini. Seburuk-buruknya Almarhum, dia pernah berjasa bagi Papa.” Regina mengangguk, wanita itu kini bertambah yakin akan pilihan putranya ini. Semoga Andre tak pernah berubah. Tidak akan berubah meski banyak pilihan yang lain. Wanita itu mendesah gundah. Entah mengapa, ada resah yang tiba-tiba menyeruak di dalam dadanya. Sejak dia menangkap tatapan takjub Andre saat melihat Vera. T
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-14
Baca selengkapnya

Bab 95. Kerikil Percintaan Amelia dan Andre

Bab 95. Kerikil Percintaan Amelia dan Andre “Gak perlu! Aku gak butuh bantuan kamu! Aku bisa selesaikan sendiri! Dan mengenai balas dendamku pada si Kribo, kau tak perlu ajari aku! Aku bisa membuat perempuan itu menangis darah dengan caraku. meskipun dia telah membantuku.” “Kau gak bisa sendirian, Sayang! Kau butuh aku! Kau butuh pendukung!” “Tidak! Aku tidak butuh dirimi, Mas! Justru aku ingin memperingatkanmu untuk bersiap-siap! Karena setelah membalas si Kribo, giliranmu juga akan tiba!” “Apa maksudmu?” “Kau telah mempermainkanku, Mas! Kau telah membunuh Papaku dengan membujukku mencuri surat perjanjian pra nikah itu! Asal kau tahu, Papaku meninggal karena kehilangan surat itu! dan itu, kau pencurinya. Kau harus bertanggung jawab! Tunggu pembalasan dariku!” “Yati! Yat …! Yati …!” Yati tersenyum tipis. Lebih tepatnya menyeringai. Api dendam tiba-tiba membakar hati dan pikiran. Berbagai rencana keji berseliweran di otak. Setelah pemakaman sang Papa, akan segera dilaksanaka
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-14
Baca selengkapnya

Bab 96. Kerikil Kian Tajam

Bab 96. Kerikil Kian Tajam “Jangan seperti anak kecil, dong!” Deva masih berusaha membujuk. “Ya.” Amelia tetap acuh. “Kamu tahu, Sayang? Apa yang paling dibutuhkan dalam membina satu hubungan? Kepercayaan. Kita harus saling percaya. Gak boleh ada salah paham. Hubungan ini, teramat sulit kita bina awalnya, bukan? Begitu sulit aku mendapatkan pengkuan dari kamu. Aku gak mau tiba-tiba rusak hanya karena sebuah kesalah pahaman. Kau sependapat, bukan?” Andre menatap lembut wajah Amelia. “Ya.” Hanya itu tetap yang keluar dari mulut gadis itu. “Kenapa hanya ‘ya’ terus?” gerutu Andre mulai putus asa. Amelia tak menjawab lagi. “Ngomong, dong, Mel! Kalau mau marah, ya, marah aja! Aku siap menerima marah kamu! Jangan diam saja seperti ini!” “Aku gak marah, Mas! Aku juga gak diam. Tadi aku jawab ‘ya’ salah. Aku gak jawab, kamu bilang aku diam saja. Lalu, aku harus bagaimana?” sergah Amelia mematikan ponselnya. “Iya, aku yang salah. Aku tadi itu spontan aja, Sayang. Gak ada maksud yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-15
Baca selengkapnya

Bab 97. Tekat Vera Untuk Menaklukkan Andre

Bab 97. Tekat Vera Untuk Menaklukkan Andre “Iqis mau sama Papa aja! naik mobin Papa …,” rengek Bilqis memeluk kaki Dr. Vito. Vera berusaha membujuk, tetapi sia-sia. Gadis kecil itu malah makin melengkingkan suara tangisannya. Dr. Vito tampak kebingungan. Segera Amelia bertindak untuk membantunya. “Iya, Bilqis ikut di mobil Papa aja! Ayo, Sayang, sama Tante juga. Kita duduk di depan, ya! Tante yang pangku Bilqis biar gak ganggu Papa saat nyetir!” bujuknya menggendong tubuh mungil itu masuk ke dalam mobil Dr. Vito. Tangis Bilqis langsung reda. “Mel, lebih baik kamu ikut mobilku aja. Biar Vera yang di mobil Dr. Vito!” Andre mengusulkan. “Tidak usah, Mas! Aku bisa jagain Bilqis sambil jagain Papa di sini,” tolak gadis itu seraya menutup pintu mobil. Andre menghela napas panjang, lalu masuk ke dalam mobilnya dengan langkah lesu. Vera mengikutinya dengan rasa lega yang membuncah. Gadis itu bahkan memilih duduk di samping Andre sekarang. Itu membuat Andre makin gelisah. “Suster Ayu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-15
Baca selengkapnya

Bab 98. Pengorbanan Para Pencinta

Bab 98. Pengorbanan Para Pencinta “Kecuali aku,” sergah Andre cepat. Nada suaranya begitu tegas dan lugas. “Hehehehe … semoga! Sekarang pulanglah! Kasihan Tante terlihat begitu kelelahan!” “Ya, Sayang. Aku pulang, ya!” “Ya, hati ha ….” Belum selesai kalimat Amelia, ponsel Andre tiba-tiba berdering. Gegas pria itu merogoh saku celana panjangnya, lalu mengeluarkan benda pipih itu dari dalamnya. “Siapa?” tanya Amelia penasaran saat melihat perubahan di wajah Andre setelah melihat siapa yang memanggilnya. Andre tak menyahut, melainkan langsung menggeser warna merah di layar ponselnya. Tetapi, tak sampai lima detik, ponselnya kembali menyala. Wajah cantik seorang wanita menari-nari di layar itu. “Jawab aja, Mas! Siapa tau penting! Dari Vera, kan?” terka Amelia sambil memaksa kedua sudut bibirnya untuk membentuk lengkungan. Senyum terulas indah, tetapi hati berdesir perih. Tak ingin bersikap kekanakan. Amelia tak mau menjadikan Vera sebagai musuh. Papanya sedang dirawat di desa s
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-15
Baca selengkapnya

Bab 99. Ujian Cinta Belum Berakhir

Bab 99. Ujian Cinta Belum Berakhir Dengan lesu dia menatap layar. Foto profil Vera kembali menari-nari di layar benda pipih itu.Andre menghentak napas dengan kasar. “Vera lagi, ya?” tebak Amelia penuh keyakinan. Andre tak menyahut, hanya bahu kekar miliknya yang terangkat sedikit. “Angkat aja, Mas! Ayolah! Mas udah janji, kan?” tuntut Amelia Andre mengangguk lesu. “Hallo, Mas! Ini Vera, tadi udah save nomor aku, kan?” Suara manja Vera dari seberang sana. Andre sengaja mengaktifkan pengeras suara di ponselnya, tak ingin Amelia curiga. Lagi pula, bukankah dia yang meminta agar Andre menjawab telepon dari Vera. “Mas … kamu pasti baru sampai, ya? Buktinya baru bisa angkat telponku. Dari tadi udah aku telpon, lho. Atau tadi kamu sengaja gak mau angkat karena ada Mbak Amel di samping kamu? Iiih … penakut banget, sih! Udah aku bilang, jadi cowok jangan mau dibawa ketek cewek! Belum juga jadi istri udah ngatur-ngatur, amit-amit, deh, Mas!” cerocos Vera lagi. Andre menoleh ke arah Amel
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-15
Baca selengkapnya

Bab 100. Bahaya Di Depan Begitu Nyata

Bab 100. Bahaya Di Depan Begitu Nyata “Tapi, Bik. Ini penting! Papa saya baru saja meninggal, saya mau ucapin rasa terima kasih kepada Amelia secara langsung. Tolong, Bik! Ini pentiiing banget! Papa saya baru kemarin sore dimakamkan. Gak mungkin saya menjahati Amel. Bahkan dia telah berbuat begitu baik pada Papa saya, mmebiayai dan mengurus semuanya hingga fardu kipayahnya. Saya cuma mau ucapin terima kasih, Bik!” “Hem, begitu! Baiklah, aku turut berduka cita. Ayo, ikut!” Kedua wanita itu berjalan masuk, langsung ke ruang makan. Sempat Amelia terkejut melihat kedatangan Yati. Sontak gadis itu ingin mengusir dengan kasar. Tapi, demi melihat wajah murung dan menyedihkan perempuan itu, Amelia mengurungkannya. Padahal itu hanya akting busuk Yati. Dia sengaja untuk menyembunyikan tujuan utama. “Mel, aku minta maaf, ya, hu hu hu … Papa aku udah di makamkan. Karena berkat kamu, semua bisa berjalan lancar. Aku gak bisa bayangin kalau gak ada kamu, Mel! Mungkin Papa udah aku hanyutka
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
20
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status