"Ya sudah, Mam. Raihan ke depan dulu nemenin Abi. Kasihan jauh-jauh datang dari pesantren malah dicuekin!" Raihan berjalan melewati Papanya, tanpa berucap sepatah katapun atau hanya sekedar menoleh ke arah Mas Ibnu. Mungkin dia merasa kecewa dengan kelakuan sang ayah. "Kamu denger sendiri kan, Mas. Anak kamu dibully gara-gara kelakuan amoral kamu!" sungutku, menatap bengis wajah laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi mantan suamiku. "Aku minta maaf, Mayla. Aku juga nggak mau kehilangan Raihan. Tolong jangan bawa dia jauh-jauh dari aku, May. Aku mohon!" sahutnya seraya menunduk. "Dia sendiri yang bilang, kalau dia tidak mau hidup sama kamu, Mas. Dia maunya hidup sama aku. Lagian, bisa rusak masa depan anakku jika dia hidup sama kamu dan Lusi!" cicitku kesal. Aku segera memasukkan beberapa makanan ringan ke dalam toples dan membawanya keluar, menghidangkan makanan kecil serta teh hanga
Read more