All Chapters of Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang: Chapter 1 - Chapter 10

110 Chapters

Bab 1

Prang!! Aku beringsut mundur ketika gelas yang sedang aku cuci di wastafel jatuh dan hampir mengenai kakiku. Astaghfirullah. Ada apa? Kenapa tiba-tiba perasaanku jadi tidak enak. Kenapa tiba-tiba aku mengkhawatirkan Mas Ibnu? Gegas aku mengambil gawai yang sedang aku isi baterai di dalam kamar, mengusap layar benda pipih tersebut, memencet nomer suamiku ingin menanyakan keadaannya di Jakarta. Tersambung. Tapi tidak kunjung ada jawaban. 'Ya Allah, lindungilah suamiku dari segala mara bahaya juga godaan wanita.'  Kembali ku letakkan gawaiku, karena sudah sepuluh kali panggilan masih tetap belum ada jawaban.  [Kamu dimana sih, Mas. Apa kamu baik-baik saja? Tolong jangan bikin aku khawatir]  Lekas ku kirim pesan kepada laki-laki yang telah menikahiku selama dua belas tahun itu.  Ce
Read more

Bab 2

"A–aku melakukannya sendiri, May!" sahutnya sambil menundukkan kepala. "Ya Allah, Mas. Kamu tahukan kalau itu hukumnya dosa?!" Ada kelegaan sekaligus rasa bersalah karena suamiku sampai melakukan hal seperti itu. "Sudah jangan dibahas. Mas malu!"  Aku segera turun dari atas ranjang, mengambil seprai baru di dalam lemari dan lekas memasangnya dibantu oleh Mas Ibnu. Setelah itu kami tidur karena tubuhku terasa lelah setelah melakukan perjalanan dari kota asal Mas Ibnu ke Jakarta. *** Lamat-lamat terdengar suara adzan subuh berkumandang. Kubangunkan Mas Ibnu yang masih terlelap sambil memeluk guling, lalu segera ke kamar mandi membersihkan badan serta mengambil wudhu. "Loh, kok tidur lagi, Mas?" Kembali ku guncang tubuh suamiku dan menyuruhnya untuk segera melaksanakan shalat subuh. "Nanti nunggu jam setengah enam, May!" ucapnya t
Read more

Bab 3

Dengan langkah terseok aku berjalan ke rumah untuk mengambil ponsel dan menghubungi Abraham. Aku juga berniat merekam aksi bejat mereka, sebagai bukti jika mereka berkilah saat penggerebekan nanti. "Loh, Bu Mayla. Kenapa malam-malam berada di sini?" tanya Bang Ali–satpam komplek yang kebetulan sedang berjaga. "Bang, tolong panggil warga yang masih melek dan Pak Rt. Bawa mereka kesini!" titahku setengah berbisik. "Emangnya ada apa, Bu May?" Bang Ali menatapku heran. "Panggil saja. Nanti kumpul di depan rumah itu!" Menunjuk rumah yang di dalamnya terdapat dua manusia yang sedang berlayar di samudra dosa. "Tapi tolong jangan berisik. Saya tadi lihat ada laki-laki masuk ke dalam rumah itu dan sepertinya mereka sedang berbuat mesum!" Bang Ali langsung ke pos ronda memanggil teman-temannya dan juga Pak Rt, sedang aku sendiri langsung bergegas mengambil posel,
Read more

Bab 4

Pak Rt mengangguk setuju. Wajah pria berkumis tipis itu menatap prihatin kepadaku, lalu segera mohon diri karena hari sudah siang dan dia harus pergi mengajar.    Segera kukirim pesan kepada Mba Salamah–Kakak pertama Mas Ibnu sekaligus ibu kandung Lusi, menyuruh dia beserta suaminya untuk segera berangkat ke Jakarta dengan alasan Lusi tersandung kasus dan sekarang sedang ditahan oleh pak Rt.   Air mata Mba Salamah tumpah ketika dia sampai di kediamanku, dan mengetahui kalau Lusi telah berzina dengan suamiku bahkan sampai diarak keliling komplek oleh warga serta diviralkan.   Aku juga menunjukkan video yang berhasil aku rekam, supaya mereka semua percaya dan tidak menuduhku mengada-ada.   "Mbak minta maaf, May. Mbak sudah gagal mendidik Lusi!" ucap wanita yang usianya mungkin seumuran dengan ibuku sambil terus menggenggam jemariku.   Aku hanya diam membisu tanpa bisa berkata
Read more

Bab 5

Malam harinya, semua keluarga berkumpul membicarakan masalah perselingkuhan hingga berujung perzinaan itu. Aku lihat Mas Hansa–ayahnya Lusi hanya tertunduk malu, sambil sesekali menyeka air mata. Berbeda denganku yang berusaha tegar menghadapi semua pengkhianatan ini, berusaha dengan sekuat tenaga supaya tidak menitikkan air mata di depan mereka, walaupun sebenarnya hati ini hancur berkeping-keping. Remuk sudah tidak berbentuk. "Ini kelanjutannya bagaimana, Bu Mayla?" tanya Pak Rt memecah keheningan. "Maaf, Pak Rt. Bukannya saya tidak mengizinkan Mas Ibnu menikah dengan Lusi. Tapi, Mas Ibnu itu pamannya Lusi dan menurut hukum Islam, seorang paman tidak boleh menikahi keponakannya sendiri. Seperti disebutkan dalam Al-Qur'an; Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudar
Read more

Part 6

Samar-samar terdengar sang muadzin mengumandangkan adzan. Gegas aku membuka mata, turun dari tempat peraduan lalu segera mengambil wudhu dan melaksanakan shalat wajib dua rakaat. Setelah selesai melaksanakan shalat subuh, lekas diri ini pergi ke dapur, menyalakan kompor untuk menjerang air. Biasanya setiap bangun tidur Mas Ibnu selalu meminta dibuatkan teh hangat. "Kamu ngapain, May?" tanya Ibu sambil mematikan kompor. "Loh, Bu. Kenapa kompornya dimatikan?" Aku menatap wajah ibu mertuaku. "Sekarang ini pekerjaan di dapur sudah menjadi tugasnya Lusi. Kamu ingat kata Ibu kemarin? Kita harus jadi tim yang kompak dan kuat untuk melawan perempuan nggak tahu diri itu!"  Ibu mengajakku ke kamar utama, membangunkan Lusi karena jarum jam sudah menunjuk ke angka 05:30. Sebelum Lusi benar-benar membuka mata, aku mengambil semua skin care milik dia yang tergeletak d
Read more

Part 7

"Mendingan jadi wanita kampung daripada jadi wanita perusak rumah tangga orang!" bisikku, dekat sekali di telinganya. Lusi menghentakkan kakinya lalu berusaha menarik rambutku. Untung saja aku sudah antisipasi hingga bisa menghindari serangan harimau betina tersebut. Selepas shalat subuh, sesuai instruksi Ibu, aku tidak keluar dari kamar.  Aku hanya berguling-guling di atas kasur, sambil memainkan ponsel berkirim pesan dengan Raihan putraku. Ya Allah, andai anak semata wayangku tahu kelakuan bapaknya di sini, pasti dia akan merasa sangat kecewa. Mudah-mudahan anakku tidak sampai melihat video bapak serta kakak sepupunya yang sempat viral di sosial media.  Aku melirik jam di layar ponsel dan ternyata sudah pukul enam pagi. Gegas aku keluar, karena tenggorokan ini terasa kering juga cacing-cacing di perut sudah berdemonstrasi. Mungkin Lusi sudah selesai menyiapkan sarapan
Read more

Part 8

Aku beranjak dari duduk dan lekas keluar mencari sarapan, dan sengaja tidak memberhentikan tukang makanan yang lewat depan rumah, supaya Mas Ibnu tetap menghabiskan masakan yang sudah ia puji-puji tadi. "May, bagi nasi uduknya sedikit. Kalau nggak itu buat aku. Kamu kan bisa beli lagi. Nasi gorengnya rasanya nggak enak banget!" ucap Mas Ibnu setengah berbisik. "Di sananya sudah habis, Mas. Lagian kamu kan sudah ada nasi goreng spesial buatan bidadari. Kamu makan saja masakan bidadari tak berakhlak itu. Jangan malah minta nasi uduk aku!" jawabku sengaja meninggikan nada bicara, supaya Lusi mendengar percakapan kami. "Memangnya masakan aku kenapa, Mas?!" Lusi mendelik menatap suamiku. "E–enggak, Lus. Masakan kamu itu enak banget. Kaya masakan chief restoran bintang lima!" puji Mas Ibnu berlebihan. Padahal jelas-jelas tadi dia bilang masakan Lusi tidak enak. 
Read more

Part 9

"Saya masih istrinya, Mas. Omong-omong, Mas ini siapa ya? Soalnya saya merasa kaya pernah mengenal Mas?" Aku memberanikan diri untuk bertanya. "Saya bosnya Ibnu," jawab pria itu. "Oh, jadi Mba masih istrinya? Saya minta maaf, soalnya waktu itu dia memperkenalkan istri barunya yang bernama Lusiana, dan dia bilang sudah berpisah sama Mba. Sekali lagi saya minta maaf!" Lelaki bermata sipit itu menangkupkan tangan. "Perempuan yang dia bawa itu bukan istrinya, Bar. Itu selingkuhannya. Dan elo tahu nggak? Selingkuhannya itu tunangan gue. Jadi gue sama Mayla itu sama-sama korban!" sambung Abraham sambil mengepalkan tangan. Kilat kemarahan tergambar jelas di mata coklatnya. "Sorry, gua benar-benar nggak tahu. Parah juga si Ibnu ya. Terus, sekarang apa Mba Mayla masih bertahan sama suami seperti dia?" tanya Akbar lagi. "Entahlah, Mas. Saya ingin mempertahankan hak saya. Kalau saya maen tinggalin dia aja kan k
Read more

Part 10

"Maaf, Mas. Aku jalan sendiri aja. Nggak usah repot-repot!" tolakku secara halus. Tin! Tin! Terdengar suara orang menekan klakson di depan pagar rumah. Abraham menurunkan kaca mobilnya, melambaikan tangan sambil tersenyum manis. Ekor mataku melirik ke Mas Ibnu yang terlihat sudah mengepalkan tangan di samping badan. Sepertinya dia cemburu. Atau, entahlah. Yang pasti wajah pria bertubuh jangkung itu terlihat marah. "Ayo May. Sudah siang. Nanti rejekinya dipatok ayam!" teriak Abraham dari dalam kendaraannya. "Mending dipatok ayam dari pada dibagi dua sama pelakor!" celetukku sembari melenggang pergi melewati Mas Ibnu. Aku masuk ke dalam mobil dan tidak kusangka pria berjambang tipis tersebut mengekor di belakangku, dan langsung menarik kasar kerah baju Abraham. "Kamu nggak usah keganjenan sama Mayla, Bram. Dia itu istri
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status