Share

Part 23

Author: Ida Saidah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ekor mataku melirik ke arah Mas Ibnu yang sedang duduk diam di sebelah Abraham. Mata laki-laki yang sudah menikahiku selama dua belas tahun itu terus saja basah. Dia terlihat sangat terpukul dengan kepergian ibu yang secara mendadak ini.

***

Setelah menempuh perjalanan hampir lima jam, akhirnya rombongan pengantar jenazah sampai juga di pelataran rumah Ibu. Semua keluarga serta tetangga sudah menunggu, begitu juga Mbak Salamah–ibunya Lusi. Aku turun dari mobil dan langsung menggadeng tangan Mas Ibnu masuk ke dalam rumah.

"Kamu jangan gandeng-gandeng Mas Ibnu di depan umum, Mayla!" teriak Lusi membuat perhatian semua pelayat langsung tertuju kepadanya.

Mas Hansa menarik kasar tangan Lusi dan mengajaknya masuk. Wajah laki-laki berusia lebih dari setengah abad itu terlihat merah padam, mungkin dia merasa malu melihat kelakuan anaknya yang suul adab.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 24

    Dengan perasaan tidak karuan kuputar gagang pintu kamar itu, akan tetapi sepertinya mereka sengaja menguncinya dari dalam. Gegas mengambil gawai, menghubungi Abraham dan meminta pria bertubuh jangkung itu datang ke rumah almarhumah ibu."Ada apa, May?" tanya Abraham sembari mengatur nafas. Sepertinya dia kesini dengan berjalan kaki, karena jarak antara rumah ibu dan rumah orangtuanya tidak terlalu jauh."Ssstt!" Menautkan telunjuk di bibir."Kayaknya Lusi sama Mas Ibnu ada di dalam, Bram!" bisikku.Tanpa aba-aba dan menunggu perintah dariku, Abraham langsung mendobrak pintu tersebut, sehingga membuat mata dua sejoli yang sedang dimabuk cinta itu terbelalak kaget."Binatang kamu, Mas. Makam ibu saja masih basah. Dia baru sehari pergi meninggalkan dunia ini, kamu malah sudah mau berzina lagi sama perempuan ular ini. Di mana otak dan pikiran kamu, Mas. Apa kamu nggak mikir perasaan

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 25

    Lusi menghentakkan kaki, dengan raut wajah menahan emosi. Wanita berpakaian kurang bahan itu masuk ke dalam kamar, tidak lupa membanting pintu dengan kerasnya.***Pagi-pagi sekali Mbak Salamah sudah sampai di rumah ibu membawa sarapan untukku. Wanita yang usianya hampir sama dengan almarhumah ibu itu terus menunduk malu, ketika aku menghampirinya seraya mengulas senyum tipis. Wajah keriput Mbak Salamah terlihat sangat sendu. Ah, mungkin dia merasa sedih memiliki anak tidak beradab seperti Lusi."May," panggilnya pelan sambil melihat wajahku sekilas lalu menunduk kembali."Iya, Mba. Ada apa?" sahutku sebisa mungkin berusaha untuk santai, seolah antara aku dengan anaknya tidak sedang terjadi apa-apa."Maafkan saya karena tidak berhasil mendidik anak. Saya sudah menasihati Lusi panjang lebar, tapi dia selalu melawan saya, bahkan berani memukul saya."Aku

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 26

    "Ya sudah, Mam. Raihan ke depan dulu nemenin Abi. Kasihan jauh-jauh datang dari pesantren malah dicuekin!" Raihan berjalan melewati Papanya, tanpa berucap sepatah katapun atau hanya sekedar menoleh ke arah Mas Ibnu. Mungkin dia merasa kecewa dengan kelakuan sang ayah."Kamu denger sendiri kan, Mas. Anak kamu dibully gara-gara kelakuan amoral kamu!" sungutku, menatap bengis wajah laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi mantan suamiku."Aku minta maaf, Mayla. Aku juga nggak mau kehilangan Raihan. Tolong jangan bawa dia jauh-jauh dari aku, May. Aku mohon!" sahutnya seraya menunduk."Dia sendiri yang bilang, kalau dia tidak mau hidup sama kamu, Mas. Dia maunya hidup sama aku. Lagian, bisa rusak masa depan anakku jika dia hidup sama kamu dan Lusi!" cicitku kesal.Aku segera memasukkan beberapa makanan ringan ke dalam toples dan membawanya keluar, menghidangkan makanan kecil serta teh hanga

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 27

    "Hati-hati, Bram. Jangan ngerem mendadak seperti ini. Bahaya, loh!" rutukku sembari mengusap dahiku yang sedikit benjol karena membentur dasboard."Kamu nggak apa-apa, May?" Dia hendak menyentuh dahiku, namun mengurungkan niatnya.Yah, biar bagaimanapun Abraham pernah mondok selama enam tahun di sebuah pesantren terkenal di Jombang. Jadi dia tidak mau menyentuh wanita yang bukan mahramnya."Aku nggak apa-apa, Bram. Hanya sedikit pusing!" Terus mengusap-usap benjolan yang ada di keningku sambil meringis sakit.Abraham kembali menyalakan mesin mobilku, melaju membelah jalanan Pantura yang penuh dengan lubang. Kali ini dia lebih hati-hati berkedara, sambil sesekali ekor matanya melirik ke arahku yang masih saja mengelus-elus jidat."Apa perlu ke klinik, May?" tanyanya memecah keheningan."Dih, lebay. Benjol dikit doang ke klinik!" Aku tertawa. 

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 28

    Aku mengangkat satu ujung bibir. Dasar tukang selingkuh, lihat ada Abraham tidur di dalam rumahku saja sudah marah-marah dan langsung menuduhku main serong. Padahalkan ada Andita juga di rumah ini. Kalau tidak ada dia, mana berani aku mengizinkan Abraham tidur seatap denganku."Kamu itu ya, Mas. Selalu menganggap semua orang itu kaya kamu. Aku sama Bram nggak ngapa-ngapain. Dia cuma numpang istirahat, dan....""Dan apa?" potongnya. " Istirahat di rumah istri orang. Berduaan pula!""Istri orang? Ingat, Mas. Kamu sudah mentalakku. Jadi kita sudah bukan suami istri lagi!" rutukku kesal."Baru talak dua, Mayla. Aku masih bisa merujukmu, dengan atau tanpa persetujuan kamu. Bisa saja sekarang ini aku menarikmu ke kamar, menyuruh kamu melakukan kewajiban sebagai seorang istri dan kamu kembali sah menjadi istriku lagi. Toh, masa Iddah kamu juga belum selesai!"Enak sekali dia berbi

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 29

    Laki-laki dengan rahang tegas itu sudah berdiri di balik pintu yang tertutup, sambil menyilang tangan di depan dada dan menatap nyalang ke arahku."Ka–kamu mau ngapain, Mas?!" tanyaku setengah takut."Mau ngapain aja terserah aku dong. Ini rumahku dan kamu masih istriku!" jawabnya seraya mendekat."Mantan, Mas. Kamu lupa ya, kalau kamu sudah mentalakku?!""Masih bisa rujuk kan, Mayla?!" Mas Ibnu mencengkram rahangku keras dengan sorot mata penuh amarah.Ekor mataku terus melirik ke kanan dan ke kiri, mencari ponselku ingin menghubungi Abraham."Apa, kamu nyariin ini?!" Menunjukan gawai milikku.Astaghfirullah, kenapa handphoneku ada sama Mas Ibnu. Perasaan tadi aku meletakkannya di atas kasur. Apa dia memang sudah berada di sini sejak aku masuk ke dalam kamar."Kamu pasti ingin menghubungi selingkuha

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 30

    "Kamu tidak apa-apa kan, May?" tanya Abraham memecah keheningan panjang.Aku hanya menjawab dengan menggelengkan kepala."Alhamdulillah kalau begitu. Maaf tadi aku sudah memegang tangan kamu. Tolong jangan marah!" ucapnya lagi, sembari menepikan mobilnya dan membantu mengeluarkan barang-barangku."Terima kasih, Bram." Pelan aku berujar, tapi mungkin masih tertangkap oleh indra pendengarannya Abraham, sebab dia merespon dengan senyuman dan langsung pergi begitu saja.Aku duduk di atas kasur sambil berusaha melupakan apa yang baru saja menimpaku.Mas Ibnu, kenapa kamu begitu tega menyakiti perasaanku berkali-kali seperti ini. Salah aku di mana, Mas. Perasaan, selama aku hidup menjalani biduk rumah tangga dengannya, aku tidak pernah berbuat macam-macam yang memancing amarahnya. Aku selalu menuruti semua perintahnya, menjadi istri yang berbakti kepada suami juga berusaha menjad

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 31

    Ting!Sebuah notifikasi pesan masuk ke gawaiku. Dari Gus Azmi.Ah, tapi sepertinya Raihan yang mengirim pesan menggunakan ponsel guru ngajinya.Raihan memang sering bercerita kalau Gus Azmi sudah menganggap dia sebagai putra kandungnya sendiri, karena dia sepantaran dengan putra angkat Gus Azmi yang meninggal karena sakit lupus. Raihan juga selalu mendapat perhatian lebih dari kyai Ma'arif ayah kandung Gus Azmi.[Assalamualaikum, Mam. Maaf Raihan sedikit merepotkan. Kalau Mama lagi sempat dan ada uang lebih, tolong belikan Raihan baju koko sama sarung baru ya, Mam. Baju koko Raihan sudah mulai pada kekecilan. Mama juga jangan lupa jaga kesehatan. Jangan banyak-banyak melamun. Sholat yang rajin dan jangan lupa puasa sunah senin kamisnya ya.] Isi pesan dari putraku panjang lebar, dan membuat hatiku mencelos karenanya."Pasti WA dari Ibnu ya? Ketahuan soalnya, mukanya langsung

Latest chapter

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 110 (Ending)

    Abraham terkekeh mendengar jawaban dari istrinya. “Kamu itu sekarang istrinya Mas, An. Nggak apa-apa kali Mas liat aurat kamu!” “Tapi, Mas. Aku malu.” Lagi. Pria bertubuh tegap serta berambut panjang itu tertawa nyaring. “Udah, buruan keluar. Mas kebelet!” Menggedor-gedor pintu. Pelan-pelan Andita membuka pintu, menyilang tangan di depan dada kemudian berjalan gemetar melewati suaminya. “Lama!” Abraham menjawil pipi sang istri lalu masuk ke dalam kamar mandi. Belum juga mengenakan pakaian, Andita kembali dibuat kaget oleh suaminya yang tiba-tiba sudah terlihat dalam pantulan cermin. Wajah wanita itu bersemu merah ketika merasa sedang diperhatikan oleh Abraham, sebab ini kali pertamanya berada dalam satu kamar dengan laki-laki, dengan keadaan seperti ini pula. Buru-buru Andita membuka tasnya, mengambil sepotong gamis dan segera mengenakannya. “Di lemari banyak baju, An. Ibu sengaja beliin buat menantu kesayangannya. Kamu pakai baju pemberian Ibu saja!” titah Abraham seraya mend

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 109

    “Saya terima nikah dan kawinnya Andita Putri binti Bapak Yusuf, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!” Dengan sekali tarikan napas Abraham mengucap janji suci di hadapan Allah, mengambil alih tanggung jawab serta dosa Andita ke pundaknya.Semua hadirin ramai gemuruh mengucap ‘sah’ diiringi lelehan air mata Yusuf—ayah Andita. Laki-laki berusia empat puluh enam tahun itu merasa begitu bersyukur karena akhirnya sang anak dipersunting oleh seorang laki-laki yang paham agama, baik, mapan pula. Rasanya bagaikan mimpi bisa menikahkan anaknya dengan orang yang kastanya lebih tinggi darinya, tetapi mau menerima Andita apa adanya.Tidak lama kemudian Andita keluar menemui laki-laki yang kini sudah menyandang gelar sebagai suami, menyalami serta mencium punggung tangannya dengan khidmat.Tangan Abraham terlihat begitu gemetar ketika untuk pertama kalinya bersentuhan begitu lama dengan seorang wanita. Dia terus menatap Andita yang terlihat begitu cantik memesona dengan kebaya putih melekat di

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 108

    Dia kemudian kembali membawa istrinya ke rumah sakit menuruti saran bidan, walaupun ada sedikit rasa kesal dalam hati. Tapi mau bagaimana lagi. Demi anak yang ada dalam rahim Lusi, supaya dia selamat dan mendapatkan kesempatan menatap dunia ini.***Sesampainya di rumah sakit. Lusi segera mendapatkan penanganan dan segera dibawa masuk ke ruangan khusus sebelum menjalani operasi sectio caesarea.Wajah Ibnu mulai menegang serta ketakutan. Dia berdoa dalam hati, semoga Tuhan menyelamatkan istri serta calon anaknya.Lampu indikator menyala. Pertanda tindak operasi sudah dimulai dan beberapa menit lagi bisa melihat calon anak yang sudah ditunggu selama tujuh bulan lebih ini.Tidak lama kemudian, seorang dokter anak keluar mendorong sebuah boks bayi dengan raut wajah mendung. Dia menghampiri Ibnu yang sedang duduk terpekur di kursi tunggu dan menyuruh ayah dari bayi yang baru saja dilahirkan untuk segera mangazani anaknya.“Astaghfirullahaladzim!” Ibnu beringsut mundur saat melihat keadaan

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 107

    POV Author.Ibnu duduk sambil meremas rambutnya frustrasi. Berkali-kali dia mencoba membuka usaha, akan tetapi hingga uang yang dia pinta kepada Mayla, uang hak Raihan putranya habis tapi tidak ada satu usahanya pun yang berkembang. Semuanya bangkrut tidak menyisakan apa-apa selain hutang yang kian menumpuk di bank.“Mas, bagi duit dong!” Lusi—istrinya menghampiri seraya menodongkan tangan.Ya. Ibnu dan Lusi sudah menikah. Mereka sengaja pindah tempat tinggal jauh dari orang-orang yang mengenali mereka dan kemudian melangsungkan pernikahan secara siri. Sebab di kota kelahiran mereka, tidak ada satu ustaz pun yang mau menikahkan karena mereka masih ada hubungan darah.Pun ketika di Jakarta dan di komplek tempat tinggal mereka. Pak RT serta ustaz yang diminta untuk menikahkan selalu saja menolak. Mereka tidak berani melanggar peraturan agama sebab Lusi adalah keponakan Ibnu sendiri dan masih ada garis keturunan nasab di antara mereka berdua.“Kamu itu minta duit melulu, Lus. Nggak tahu

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 106

    “Kalau sakit bilang ya, Bu.” Dokter berujar lagi sambil terus menatap teman sejawatnya yang berada di balik tirai.Suara dentingan alat medis saling beradu mendominasi ruangan. Para dokter dan perawat asyik berbincang entah apa yang sedang mereka bicarakan aku kurang paham. Sementara diriku, masih saja dalam suasana ketegangan, walaupun tidak setakut saat baru masuk ke ruangan ini.Aku menghela napas panjang, menepis rasa itu jauh-jauh sambil membaca semua doa yang aku bisa. Hingga akhirnya merasa dada ini seperti sedang diimpit benda berat, sesak, hampir tidak bisa bernapas kemudian ucapan hamdalah diserukan oleh para dokter di ruang operasi.“Baby boy sudah keluar satu ya, Bu.” Dokter anestesi yang sedang memperhatikan teman-temannya berkata.“Alhamdulillah ....” responsku sembari menitikkan air mata yang sudah tidak bisa lagi dibendung. Bahagia karena akhirnya salah satu anak kembarku sudah lahir ke dunia ini.Suara tangis jagoan kecilku bagai menyulap rasa yang sedang bertengger d

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 105

    “Sayang, lagi ngapain?” Menoleh ke sumber suara sambil menerbitkan senyuman di bibir.“Nggak ngapa-ngapain, Mas. Cuma lagi kepanasan saja!” jawabku singkat.“Oh, istrinya Mas gerah?” Dia melenggang ke ruang tengah dan tidak lama kemudian kembali lagi dengan kipas anyaman bambu di tangannya. Orang Tegal biasa menyebutnya ilir.“Sini Mas kipasin biar nggak kegerahan!” Gus Azmi segera duduk di sebelahku, membiarkan tubuh gemukku bersandar di tubuhnya lalu dengan cekatan mengipasi tubuh ini yang sudah basah oleh keringat.“Pinggang Adek juga sakit, Mas. Kaki rasanya ngilu semua. Pokoke nikmat.....banget rasanya, Mas.” Bukannya mengeluh kepada Tuhan, tapi hanya ingin suami tahu apa yang sedang aku rasa saat ini. Supaya dia tambah sayang dan perhatian kepada diriku.“Sabar ya, Sayang. Dua bulan lagi dedeknya lahir. Terima kasih ya, Dek, karena sudah mau menjadi Ibu dari anak-anaknya Mas.” Dia mendaratkan ciuman singkat di pipi.Segera kurebahkan tubuh di atas sofa, dengan paha suami sebagai

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 104

    Aku mengusap wajah Gus Azmi yang semakin terlihat tampan memesona, mengunci matanya dengan pandangan, melebur rindu yang sudah menggunung di dalam kalbu.“Kalau njenengan kerso, ya lakukan saja, Mas. Kan aku ini istri njenengan!” bisikku dekat sekali di telinga.“Jangan, sayang. ‘Kan nggak boleh sama dokter. Mas nggak kepengen begituan, kok. Mas Cuma kepengen meluk Adek doang!” Dia kembali mendaratkan ciuman singkat di kening.Aku menarik tangan suaminya dan menjadikannya sebagai bantal. Sudah kangen tidur di lengan kekarnya.“Kembarnya Abi lagi ngapain? Kangen ya sama Abi?” Gus Azmi mengelus perut gendutku dengan gemas, sembari terus mengulas senyum kepadaku.“Adek bobok lagi ya, Mas. Masih ngantuk.”“Iya, Sayang. Jangan lupa baca do’a.”Aku menjawab dengan menganggukkan kepala, mempererat pelukan kemudian kembali memejamkan mata.Setelah beberapa menit tertidur dengan mode saling memeluk, aku mengubah posisi memunggungi suami karena pinggang sudah terasa panas jika terus menerus tid

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 103

    “Saya minta maaf, Gus!” lirihnya, bagai suara angin sedang berkesiur.“Saya juga minta maaf karena sudah membuat sampean kehilangan Dek Mayla. Tapi asal sampean tahu, Mas. Aku juga sudah lama memperjuangkan Dek Mayla, jauh sebelum sampean mengenal dia,” beberku lagi.“Ya sudah, Gus. Saya ke bengkel dulu. Ini orang bengkel sudah chat saya, katanya saya suruh ke sana.” Mas Abraham mengalihkan pembicaraan.“Apa saya boleh ikut sama sampean?”“Bo—boleh, Gus.” Terlihat sekali kalau dia keberatan kalau aku mengikuti dia pergi.Segera kuhabiskan teh manis buatan Ibu, mencuci cangkir kotornya di belakang kemudian meletakkannya di rak piring.“Loh, Gus. Kenapa njenengan malah nyuci piring sendiri? Aturan biarin aja, Gus. Biar saya yang cuci. Njenengan ini ‘kan tamu? Moso tamunya nyuci gelas sendiri?” kata Ibu seraya menghampiri.“Mboten nopo-nopo, Bu. (Nggak apa-apa, Bu) Saya sudah biasa mengerjakan pekerjaan dapur di rumah. Bantuin Ummi sama istri!” Menerbitkan senyum kepada wanita berhijab h

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 102

    “Kamu jangan terlalu memikirkan Raihan. Dia baik-baik saja. Mas pastikan Raihan akan kembali ke pelukan kita, sayang.”“Terima kasih, Mas. Pokoknya aku ikhlas tidak mendapatkan apa-apa dari Mas Ibnu, asalkan dia tidak mengambil anakku. Aku rela kehilangan semua asalkan jangan kehilangan putraku.”“Iya, sayang.”Segera kuakhiri panggilan, meminta Mas Abraham menyerahkan anjungan tunai mandiri milik Dek Mayla kepada Mas Ibnu.“Oke. Saya akan menyerahkan ATM ini, asalkan Mas Ibnu mau tanda tangan di atas materai. Aku ingin dia membuat pernyataan kalau dia tidak akan mengganggu kehidupan Mayla dan putranya!” usul Mas Abraham dan langsung kami sepakati.Gegas kami berjalan menuju tempat foto copy, menyuruh si empunya toko membuatkan surat perjanjian, menyuruh Mas Ibnu tanda tangan di atas materai dan setelah itu membawa Raihan pulang ke rumah Mas Abraham.Sebenarnya sudah tidak sabar membawa pulang putraku ke pesantren, karena hati sudah teramat merindukan Dek Mayla dan juga calon bayi kem

DMCA.com Protection Status