Share

Part 31

Penulis: Ida Saidah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ting!

Sebuah notifikasi pesan masuk ke gawaiku. Dari Gus Azmi.

Ah, tapi sepertinya Raihan yang mengirim pesan menggunakan ponsel guru ngajinya. 

Raihan memang sering bercerita kalau Gus Azmi sudah menganggap dia sebagai putra kandungnya sendiri, karena dia sepantaran dengan putra angkat Gus Azmi yang meninggal karena sakit lupus. Raihan juga selalu mendapat perhatian lebih dari kyai Ma'arif ayah kandung Gus Azmi.

[Assalamualaikum, Mam. Maaf Raihan sedikit merepotkan. Kalau Mama lagi sempat dan ada uang lebih, tolong belikan Raihan baju koko sama sarung baru ya, Mam. Baju koko Raihan sudah mulai pada kekecilan. Mama juga jangan lupa jaga kesehatan. Jangan banyak-banyak melamun. Sholat yang rajin dan jangan lupa puasa sunah senin kamisnya ya.] Isi pesan dari putraku panjang lebar, dan membuat hatiku mencelos karenanya.

"Pasti WA dari Ibnu ya? Ketahuan soalnya, mukanya langsung

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 32

    Setelah selesai belanja kebutuhan Raihan, aku segera pergi ke salon untuk perawatan rutin lalu masuk me dalam mall membeli barang yang tidak dijual di pasar.Saat berjalan menuju tenant sepatu, aku mendengar ada sedikit keributan di sana. Dan ketika aku perhatikan, sepertinya aku mengenal siapa yang sedang teriak-teriak diantara beberapa orang yang sedang berdiri mengerubunginya.Ada apa dengan dia?Karena jiwa penasaranku meronta-ronta, aku menghampiri sumber kegaduhan serta menanyakan ada masalah apa dengan Mbak-mbak cantik nan glamor yang berdiri di hadapanku."Dia nyobain sepatu, sudah saya bilang nggak muat tapi dia maksa dan akhirnya sepatunya lecet. Giliran suruh bayar mbaknya marah-marah!" terang seorang sales profesional girl yang sedang melayani wanita itu."Dasar sepatunya saja yang jelek, masa cuma di jajalin doang

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 33

    "Ini aja aku pake duitnya Bram dulu, Mas. Kata dia nggak apa-apa pake saja, dia juga bilang kalau dirinya sudah menganggap Raihan seperti anaknya sendiri!""Kamu kan bisa minta sama aku, Mayla. Aku masih mampu membelikan baju buat anakku, nggak perlu ngemis-ngemis sama orang lain!" dengkusnya kesal."Ya sudah, Mas. Kita ngobrolnya di cafe depan mal saja. sepertinya mal ini sudah mau tutup. Lagian aku capek nenteng belanjaan banyak banget begini!" ajakku seraya menunjuk sebuah cafe di seberang jalan."Ya sudah, sini, biar belanjaannya Mas bawain." Dia Mengambil alih semua barang yang ada di tanganku dan berjalan mendahuluiku menuju cafe tersebut.Aku menyeringai puas karena Mas Ibnu masuk ke dalam perangkapku, dan sepertinya dia melupakan si rambut keemasan itu.Ponsel Mas Ibnu terus saja menjerit-jerit ketika kami sudah berada di dalam cafe. Gegas aku mengambil ponsel terse

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 34

    "Maaf, Mas. Aku sudah ngantuk." Segera ku putuskan sambung telepon, menonaktifkan ponsel karena takut Mas Ibnu kembali menghubungi dan memaksa untuk membuka pintu.Aku kembali mencoba memejamkan mata. Membiarkan jiwa ini berlayar ke samudera mimpi, walaupun aku tahu akan sulit bagiku untuk terlelap kembali setelah tahu ada Mas Ibnu di depan kios. Aku takut dia nekat menerobos masuk dan kembali melecehkanku.Karena rasa kantuk tidak kunjung menyapa, gegas diri ini mengambil wudhu dan bertilawah hingga akhirnya rasa kantuk mulai terasa. Aku meletakkan mushaf di atas meja lalu kembali berlayar ke pulau mimpi.Tiba-tiba aku merasa ruangan yang aku tempati menjadi panas juga gelap. Sepertinya mati lampu.Ya Allah, ada-ada saja sih. Kalau aku keluar, aku takut Mas Ibnu masih ada di halaman toko dan kembali mengganggu. Tapi kalau bertahan di dalam tanpa penerangan dan pendingin udara, aku tidak bisa melanjutkan tidur karena gelap dan juga panas.Aku memutuskan untuk mengaktifkan ponsel dan

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 35

    Aku menarik nafas dalam-dalam, melonggarkan dada yang terasa sesak lalu membuang napas perlahan. Kepalaku terasa sakit karena terlalu lama menangis. Abraham beranjak dari duduknya dan tidak lama kemudian dia kembali membawa segelas teh hangat dan memberikannya kepadaku."Terima kasih, Bram," icapku seraya menyesap sedikit demi teh manis yang terlalu kemanisan itu."Habisin, jangan nyisa. Mubadzir!" perintahnya."Iya, Bram. Ini teh manisnya kaya kolak, manis banget!" Aku meneguk teh buatan Abraham hingga tandas."Karena yang minum orangnya manis, Mayla!" Aku menggigit bibir sambil melirik wajah Abraham yang sedang serius menatap layar laptop. Mungkin saat ini wajahku sudah bersemu merah karena pujiannya. Sebab sudah lama tidak ada orang memujiku."Jangan lirak-lirik, nanti naksir!" celetuknya tanpa menoleh.Dih, siapa juga yang bakalan naksir sama dia. Aku nggak mau saingan sama Andita, karena sudah pasti aku akan kalah. Andita masih muda, cantik, sedangkan aku sudah emak-emak, calon

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 36

    “Ngapain Ibnu ke poli KIA, May?” Abraham menatap penasaran.“Aku nggak tahu, Bram,” sahutku pelan, karena tubuh ini masih terasa lemas.Ragu-ragu aku berjalan perlahan menuju poli KIA, ingin mencari tahu apa yang sedang suamiku lakukan di dalam sana.“Pake kursi roda, May!” titah Abraham.Aku langsung duduk di atas kursi roda yang tersedia dan segera masuk ke poli tersebut.Dadaku bergemuruh hebat ketika melihat Lusi sedang duduk mengantre di depan ruang periksa kandungan, didampingi oleh Mas Ibnu yang terus saja mengusap lembut rambutnya.Apa dia sedang mengandung anak Mas Ibnu?Ya Allah, sakit sekali rasanya diri ini melihat pemandangan seperti itu. Ternyata cinta di hatiku masih ada, dan hati ini terbakar cemburu ketika melihat Lusi bergelayut manja di lengan pria yang masih berstatus sebagai suamiku itu.Aku pikir, setelah kejadian kemarin Mas Ibnu akan berpaling dari Lusi dan meninggalkan wanita ular tersebut. Ternyata dugaanku salah, dia masih saja lengket dengan si ulat bulu, b

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 37

    Aku hendak berlari menolongnya namun Abraham mencegahku dan segera menutup toko karena keadaan sudah terlihat sangat kacau."Kamu itu tidak berprikemanusiaan banget sih, Bram. Lihat Lusi kesakitan begitu. Dia lagi hamil, Bram. Aku takut terjadi sesuatu dengan calon bayinya." Aku berujar sambil menatap sinis mata Abraham."Biarkan saja, Mayla. Dia sudah berkali-kali menyakiti kamu, tapi kamu masih mau menolongnya!" sahut Abraham tidak kalah sengit.Lama-lama kita berdua bisa seperti Tom and Jerry yang tidak pernah akur."Dia memang sudah menyakitiku dan aku sangat membencinya, Bram. Tapi calon bayi Lusi tidak tahu apa-apa. Dia berhak ditolong. Aku berniat menyelamatkan calon jabang bayinya bukan si ulet bulu itu!""Lah, apa hubungannya dengan calon anaknya Lusi?" Abraham mengerutkan kening."Kamu lihat, Lusi perdarahan. Kalau tidak segera ditolong bayinya pasti tidak selamat!"Abraham akhirnya memberiku jalan dan membiarkanku menolong mantan tunangannya."Kamu nggak usah sok baik, Mayl

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 38

    'Lagian kamu sih, May. Kepedean banget!' Aku bergumam sendiri dalam hati."Aku itu kebetulan lewat sini, terus liat kamu berdiri di pinggir jalan dan sebagai tertangga kampung ya aku menyapa." Pria beralis tebal itu melengkungkan bibir, seperti mengejek diriku yang terlalu percaya diri."Oh, maaf. Kirain mau jemput aku." Membuka sabuk pengaman yang sudah terpasang, akan tetapi ketika aku hendak membuka pintu Abraham malah menyalakan mesin kendaraannya, melaju meninggalkan tempat dimana Lusi sedang dirawat dan terbaring sendirian.Aku menggigit bibir sambil membuang pandang ke luar jendela. Ucapan Abraham barusan bener-bener menyentil hatiku.Tapi bener kata Abraham, emang aku siapanya dia?Ya Allah, ternyata aku tidak punya siapa-siapa selain anak serta orang tua nun jauh di daerah sana.Tanpa terasa dua bulir air bening lolos begitu saja dari sudut mataku, disusul butiran-butiran lainnya yang membuat pipi ini kian basah. Aku mengusapnya perlahan takut Abraham melihat aku menangis dan

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 39

    “Percaya sama aku, May. Aku tidak akan lagi menduakan kamu.” Mas Ibnu melonggarkan pelukannya, mengusap pipi ini dengan punggung tangan seraya menatapku penuh nafsu.Aku beringsut menjauh darinya karena takut. Walaupun masih halal untuknya, tetapi rasanya sudah terlalu sakit jika harus kembali melayani buaya darat itu.Aku bukan boneka yang bisa ia permainkan sesuka hati, yang bisa dipungut dan dibuang kapan pun dia mau.“Mayla, ayo kita pulang,” pintanya lagi dengan suara bergetar.“Nggak, Mas. Aku nggak mau!” Aku menggeleng takut.“Kenapa? Karena sudah ada Bram yang menghangatkan malam kamu. Karena posisiku sudah digantikan olehnya. Aku nggak masalah jika harus berbagi dengan Bram, Mayla!” racau lelaki berjambang tipis tersebut seperti orang sedang mabuk.Plak!Panas perih menjalar di telapak tanganku. Begitu juga dengan Mas Ibnu yang terus saja memegangi pipinya, seraya menatapku dengan sorot mata penuh amarah.“Aku bukan wanita murahan, Mas. Jangan samakan aku dengan gundikmu yang

Bab terbaru

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 110 (Ending)

    Abraham terkekeh mendengar jawaban dari istrinya. “Kamu itu sekarang istrinya Mas, An. Nggak apa-apa kali Mas liat aurat kamu!” “Tapi, Mas. Aku malu.” Lagi. Pria bertubuh tegap serta berambut panjang itu tertawa nyaring. “Udah, buruan keluar. Mas kebelet!” Menggedor-gedor pintu. Pelan-pelan Andita membuka pintu, menyilang tangan di depan dada kemudian berjalan gemetar melewati suaminya. “Lama!” Abraham menjawil pipi sang istri lalu masuk ke dalam kamar mandi. Belum juga mengenakan pakaian, Andita kembali dibuat kaget oleh suaminya yang tiba-tiba sudah terlihat dalam pantulan cermin. Wajah wanita itu bersemu merah ketika merasa sedang diperhatikan oleh Abraham, sebab ini kali pertamanya berada dalam satu kamar dengan laki-laki, dengan keadaan seperti ini pula. Buru-buru Andita membuka tasnya, mengambil sepotong gamis dan segera mengenakannya. “Di lemari banyak baju, An. Ibu sengaja beliin buat menantu kesayangannya. Kamu pakai baju pemberian Ibu saja!” titah Abraham seraya mend

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 109

    “Saya terima nikah dan kawinnya Andita Putri binti Bapak Yusuf, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!” Dengan sekali tarikan napas Abraham mengucap janji suci di hadapan Allah, mengambil alih tanggung jawab serta dosa Andita ke pundaknya.Semua hadirin ramai gemuruh mengucap ‘sah’ diiringi lelehan air mata Yusuf—ayah Andita. Laki-laki berusia empat puluh enam tahun itu merasa begitu bersyukur karena akhirnya sang anak dipersunting oleh seorang laki-laki yang paham agama, baik, mapan pula. Rasanya bagaikan mimpi bisa menikahkan anaknya dengan orang yang kastanya lebih tinggi darinya, tetapi mau menerima Andita apa adanya.Tidak lama kemudian Andita keluar menemui laki-laki yang kini sudah menyandang gelar sebagai suami, menyalami serta mencium punggung tangannya dengan khidmat.Tangan Abraham terlihat begitu gemetar ketika untuk pertama kalinya bersentuhan begitu lama dengan seorang wanita. Dia terus menatap Andita yang terlihat begitu cantik memesona dengan kebaya putih melekat di

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 108

    Dia kemudian kembali membawa istrinya ke rumah sakit menuruti saran bidan, walaupun ada sedikit rasa kesal dalam hati. Tapi mau bagaimana lagi. Demi anak yang ada dalam rahim Lusi, supaya dia selamat dan mendapatkan kesempatan menatap dunia ini.***Sesampainya di rumah sakit. Lusi segera mendapatkan penanganan dan segera dibawa masuk ke ruangan khusus sebelum menjalani operasi sectio caesarea.Wajah Ibnu mulai menegang serta ketakutan. Dia berdoa dalam hati, semoga Tuhan menyelamatkan istri serta calon anaknya.Lampu indikator menyala. Pertanda tindak operasi sudah dimulai dan beberapa menit lagi bisa melihat calon anak yang sudah ditunggu selama tujuh bulan lebih ini.Tidak lama kemudian, seorang dokter anak keluar mendorong sebuah boks bayi dengan raut wajah mendung. Dia menghampiri Ibnu yang sedang duduk terpekur di kursi tunggu dan menyuruh ayah dari bayi yang baru saja dilahirkan untuk segera mangazani anaknya.“Astaghfirullahaladzim!” Ibnu beringsut mundur saat melihat keadaan

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 107

    POV Author.Ibnu duduk sambil meremas rambutnya frustrasi. Berkali-kali dia mencoba membuka usaha, akan tetapi hingga uang yang dia pinta kepada Mayla, uang hak Raihan putranya habis tapi tidak ada satu usahanya pun yang berkembang. Semuanya bangkrut tidak menyisakan apa-apa selain hutang yang kian menumpuk di bank.“Mas, bagi duit dong!” Lusi—istrinya menghampiri seraya menodongkan tangan.Ya. Ibnu dan Lusi sudah menikah. Mereka sengaja pindah tempat tinggal jauh dari orang-orang yang mengenali mereka dan kemudian melangsungkan pernikahan secara siri. Sebab di kota kelahiran mereka, tidak ada satu ustaz pun yang mau menikahkan karena mereka masih ada hubungan darah.Pun ketika di Jakarta dan di komplek tempat tinggal mereka. Pak RT serta ustaz yang diminta untuk menikahkan selalu saja menolak. Mereka tidak berani melanggar peraturan agama sebab Lusi adalah keponakan Ibnu sendiri dan masih ada garis keturunan nasab di antara mereka berdua.“Kamu itu minta duit melulu, Lus. Nggak tahu

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 106

    “Kalau sakit bilang ya, Bu.” Dokter berujar lagi sambil terus menatap teman sejawatnya yang berada di balik tirai.Suara dentingan alat medis saling beradu mendominasi ruangan. Para dokter dan perawat asyik berbincang entah apa yang sedang mereka bicarakan aku kurang paham. Sementara diriku, masih saja dalam suasana ketegangan, walaupun tidak setakut saat baru masuk ke ruangan ini.Aku menghela napas panjang, menepis rasa itu jauh-jauh sambil membaca semua doa yang aku bisa. Hingga akhirnya merasa dada ini seperti sedang diimpit benda berat, sesak, hampir tidak bisa bernapas kemudian ucapan hamdalah diserukan oleh para dokter di ruang operasi.“Baby boy sudah keluar satu ya, Bu.” Dokter anestesi yang sedang memperhatikan teman-temannya berkata.“Alhamdulillah ....” responsku sembari menitikkan air mata yang sudah tidak bisa lagi dibendung. Bahagia karena akhirnya salah satu anak kembarku sudah lahir ke dunia ini.Suara tangis jagoan kecilku bagai menyulap rasa yang sedang bertengger d

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 105

    “Sayang, lagi ngapain?” Menoleh ke sumber suara sambil menerbitkan senyuman di bibir.“Nggak ngapa-ngapain, Mas. Cuma lagi kepanasan saja!” jawabku singkat.“Oh, istrinya Mas gerah?” Dia melenggang ke ruang tengah dan tidak lama kemudian kembali lagi dengan kipas anyaman bambu di tangannya. Orang Tegal biasa menyebutnya ilir.“Sini Mas kipasin biar nggak kegerahan!” Gus Azmi segera duduk di sebelahku, membiarkan tubuh gemukku bersandar di tubuhnya lalu dengan cekatan mengipasi tubuh ini yang sudah basah oleh keringat.“Pinggang Adek juga sakit, Mas. Kaki rasanya ngilu semua. Pokoke nikmat.....banget rasanya, Mas.” Bukannya mengeluh kepada Tuhan, tapi hanya ingin suami tahu apa yang sedang aku rasa saat ini. Supaya dia tambah sayang dan perhatian kepada diriku.“Sabar ya, Sayang. Dua bulan lagi dedeknya lahir. Terima kasih ya, Dek, karena sudah mau menjadi Ibu dari anak-anaknya Mas.” Dia mendaratkan ciuman singkat di pipi.Segera kurebahkan tubuh di atas sofa, dengan paha suami sebagai

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 104

    Aku mengusap wajah Gus Azmi yang semakin terlihat tampan memesona, mengunci matanya dengan pandangan, melebur rindu yang sudah menggunung di dalam kalbu.“Kalau njenengan kerso, ya lakukan saja, Mas. Kan aku ini istri njenengan!” bisikku dekat sekali di telinga.“Jangan, sayang. ‘Kan nggak boleh sama dokter. Mas nggak kepengen begituan, kok. Mas Cuma kepengen meluk Adek doang!” Dia kembali mendaratkan ciuman singkat di kening.Aku menarik tangan suaminya dan menjadikannya sebagai bantal. Sudah kangen tidur di lengan kekarnya.“Kembarnya Abi lagi ngapain? Kangen ya sama Abi?” Gus Azmi mengelus perut gendutku dengan gemas, sembari terus mengulas senyum kepadaku.“Adek bobok lagi ya, Mas. Masih ngantuk.”“Iya, Sayang. Jangan lupa baca do’a.”Aku menjawab dengan menganggukkan kepala, mempererat pelukan kemudian kembali memejamkan mata.Setelah beberapa menit tertidur dengan mode saling memeluk, aku mengubah posisi memunggungi suami karena pinggang sudah terasa panas jika terus menerus tid

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 103

    “Saya minta maaf, Gus!” lirihnya, bagai suara angin sedang berkesiur.“Saya juga minta maaf karena sudah membuat sampean kehilangan Dek Mayla. Tapi asal sampean tahu, Mas. Aku juga sudah lama memperjuangkan Dek Mayla, jauh sebelum sampean mengenal dia,” beberku lagi.“Ya sudah, Gus. Saya ke bengkel dulu. Ini orang bengkel sudah chat saya, katanya saya suruh ke sana.” Mas Abraham mengalihkan pembicaraan.“Apa saya boleh ikut sama sampean?”“Bo—boleh, Gus.” Terlihat sekali kalau dia keberatan kalau aku mengikuti dia pergi.Segera kuhabiskan teh manis buatan Ibu, mencuci cangkir kotornya di belakang kemudian meletakkannya di rak piring.“Loh, Gus. Kenapa njenengan malah nyuci piring sendiri? Aturan biarin aja, Gus. Biar saya yang cuci. Njenengan ini ‘kan tamu? Moso tamunya nyuci gelas sendiri?” kata Ibu seraya menghampiri.“Mboten nopo-nopo, Bu. (Nggak apa-apa, Bu) Saya sudah biasa mengerjakan pekerjaan dapur di rumah. Bantuin Ummi sama istri!” Menerbitkan senyum kepada wanita berhijab h

  • Suamiku Terjerat Hubungan Terlarang   Part 102

    “Kamu jangan terlalu memikirkan Raihan. Dia baik-baik saja. Mas pastikan Raihan akan kembali ke pelukan kita, sayang.”“Terima kasih, Mas. Pokoknya aku ikhlas tidak mendapatkan apa-apa dari Mas Ibnu, asalkan dia tidak mengambil anakku. Aku rela kehilangan semua asalkan jangan kehilangan putraku.”“Iya, sayang.”Segera kuakhiri panggilan, meminta Mas Abraham menyerahkan anjungan tunai mandiri milik Dek Mayla kepada Mas Ibnu.“Oke. Saya akan menyerahkan ATM ini, asalkan Mas Ibnu mau tanda tangan di atas materai. Aku ingin dia membuat pernyataan kalau dia tidak akan mengganggu kehidupan Mayla dan putranya!” usul Mas Abraham dan langsung kami sepakati.Gegas kami berjalan menuju tempat foto copy, menyuruh si empunya toko membuatkan surat perjanjian, menyuruh Mas Ibnu tanda tangan di atas materai dan setelah itu membawa Raihan pulang ke rumah Mas Abraham.Sebenarnya sudah tidak sabar membawa pulang putraku ke pesantren, karena hati sudah teramat merindukan Dek Mayla dan juga calon bayi kem

DMCA.com Protection Status