Home / Romansa / PENGAKUAN ANAKKU / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of PENGAKUAN ANAKKU: Chapter 51 - Chapter 60

196 Chapters

Bab 51 - Basah Bersama.

"Dek, lihat nih." Wisnu begitu semangat menyodorkan gawai pada Ika.Ika yang masih setengah hati menerima kehadiran Wisnu, hanya mendengkus, tak menanggapi.Wisnu menghela nafas sedikit kesal, lalu menaruh gawai tepat didepan wajah istrinya."Lihat dulu ..." paksanya."Kenapa sih." Ika merengut."Ini, Mas Rudi kan?" ujarnya. Ika menatap lurus kearahnya dengan pandangan tak suka, meraih gawai lalu melihat layar."Apaan sih, ganggu aja." cebik, Ika sambil melihat layar.Wisnu tersenyum miring, saat melihat Ika melebarkan mata melihat isi video didalam layar."Hot juga ya, Mas mu itu." cibir Wisnu. "Aku dengar saat ini dia dipenjara, dilaporkan sama istrinya sendiri, Mbak Rissa." cecar Wisnu dengan suara yang begitu ringan, menyudutkan Ika.Nafas Ika tercekat, dia memandang kearah, Wisnu dengan tatapan tak percaya."Pantas saja, sudah seminggu kamu melahirkan dia tak datang menjenguk anak kita. Mbak Rissa pun, hanya sekali datang itu pun di rumah sakit." ucap Wisnu dengan fikiran meneraw
Read more

Bab 52 - Butuh Bukti.

Pov Larissa."Dila, kenapa Bik?" tanyaku saat memasuki rumah, alis menaut saat melihat Dila yang terduduk dengan wajah lesu."Tidak tahu, Neng. Sejak pulang sekolah sudah murung begitu. Ditanyain, cuma geleng kepala saja." jawab Bik Narti, tangannya sibuk menaruh segelas es jeruk dan cemilan diatas meja.Aku hela nafas panjang, pandangan masih tertuju pada gadis kesayanganku."Kamu kenapa sayang?" tanyaku pelan, sambil menaruh bobot diatas sofa, tepat disampingnya.Dila menghembuskan nafas panjang, pandangannya perlahan menoleh kearahku."Hemm?" aku membelai rambutnya penuh kasih, menunggunya berbicara."Mah ... emang benar ya. Ayah sekarang ada di penjara?"Nyeees!Hatiku langsung berdenyut ngilu mendengarnya.Aku dan Bik Narti saling beradu tatap, wajahku tegang dengan perasaan yang begitu was-was."Ayah, lagi kerja." kilahku berusaha tersenyum. Dila menunduk tak bersemangat, hatiku menjadi ketar-ketir dibuatnya."Kerja di penjara?" ulangnya menatap sedih."Dila tahu, penjara itu ap
Read more

Bab 53. bohong.

Hati begitu perih, melihat perlakuannya padaku. Namun aku mencoba tegar, dan meyakinkan hati untuk memenangkan kasus ini.Mas Rudi ... dia harus bertanggung jawab bukan?"Tenang, tarik nafas ..." Ryan berbicara saat aku menoleh kearahnya, aku tersenyum tipis sambil mengatur nafas mencoba untuk tenang.Pak Hakim, dan jajarannya sudah mulai berdatangan menduduki kursinya masing-masing. Hatiku kembali gundah, menengok kearah pintu berharap Buk Yuyus dan tetangga yang lain muncul dari sana."Bisa kita mulai?" wakil Hakim bersuara, semua orang mengangguk pun dengan diriku."Siap, Pak." serempak suara memenuhi ruangan.Pak Hakim dan jajarannya mulai membuka mapnya masing-masing, tubuhku sudah menegang dengan keringat dingin yang bercucuran di kening hingga wajah."Saudara, Rudi Sanjaya. Benarkah anda sudah melakukan kekerasan pada saudari, Larissa. Istri anda sendiri?"Mas Rudi menegakan badan, raut tegang tergambar jelas diwajahnya."Tidak, benar Pak Hakim." sahut Mas Rudi dengan suara lan
Read more

Bab 54 - Tegang.

Benarkah itu kamu, Mas. Bukankah, kamu selalu mengajariku kejujuran. Tapi mengapa sekarang ...Huhh ... nafas ini tersembur panjang. Aku semakin yakin, untuk mengakhiri pernikahan kami."Anda yakin, Pak Rudi?" tanya Hakim ketua."Iya, saya yakin," balas Mas Rudi."Astagfirulloh ..." lirih, aku mendengar suara panjang Ibu Yuyus. Pandangan kami bersibobrok, Bu Yuyus menatap nanar kearahku."Ehm ... saya tidak menyangka, anda senekat ini, Pak." Buk Yuyus bersuara. "Pak Rudi tahu, resiko bersumpah dengan alquran, sementara Pak Rudi dalam keadaan berbohong?" Buk Yuyus melontarkan tanya.Mas Rudi hanya diam, nafasnya terlihat berat."Saya hanya menyetujui permintaan, Ibu Yuyus." desah Mas Rudi.Aku tak sanggup berkata-kata, hanya meraba hati yang semakin bergemuruh."Iya, baik. Jika memang, Pak Rudi menyetujuinya. Saya harap anda tidak menyesali keputusan ini." jawab Buk Yuyus dengan senyum kecut.Kulihat wajah Ibu mertua sudah memucat, terlihat gelisah meremas-remas ujung hijabnya. Aku han
Read more

Bab 55 - Siapa Dalangnya.

Mengendarai mobil dengan hati was-was, dan kecepatan tinggi. Mulutku merapal, tak henti berdoa untuk keselamatan, Dila.Mata memanas, dada bergemuruh hebat tanpa terasa butiran bening mengalir hangat dipipiku.Jiwa dan raga begitu lelah, hati menjerit-jerit pilu. Namun aku seolah dipaksa untuk tidak boleh beristirahat.Cccccciiittttttt!!Deritan aspal dan ban berbunyi kencang, seirama dengan tubuh yang terdorong kuat kedepan stir mobil.Braaak!!"Arghhh, sssss." aku meringis, repleks memegangi kening yang berdenyut perih."Heh! gila lu. Bisa nyetir ga!!" teriak seorang laki-laki berkendara roda dua, sambil memukul wajah mobilku.Tangan yang masih bergetar bergegas membuka jendela mobil, menyembulkan kepala dengan kedua tangan menelekup didada."Ma-af, Mas." lirihku bersuara. Laki-laki itu mendengkus, memeriksa ban motornya lalu melaju begitu saja dengan wajah tak bersahabat.Akibat terlalu panik, aku jadi tidak memperhatikan jalan yang mulai dipadati pengendara. Menepikan mobil, tubuh
Read more

Bab 56 - Pindah.

"Maksudmu?" Mas Rudi balik bertanya, matanya sudah memerah dipenuhi genangan air.Aku tidak menjawab, namun mata ini menyorotnya dengan tatapan tajam mengintimidasi."Kau menuduhku?" ucapnya sambil menunjuk diri sendiri.Aku terdiam, semakin yakin dengan prasangka ini."Aku tidak mengatakan itu," jawabku cepat. Mas Rudi mengusap kasar wajah tegangnya, berdecis sinis, mencoba menutupi kegugupannya."Jangan berpikir macam-macam, Larissa. Aku sedang terkurung disini, mana mungkin aku melakukan hal gila seperti itu." ucapnya bernada sinis."Aku hanya berselingkuh, tidak dengan menyakiti darah dagingku." bantahnya lagi."Itu tidak mungkin!" tegasnya menatap lurus.Ya. Secara fisik, memang benar dia tidak menyakiti Dila. Tapi secara psikolog tentu saja dia sudah melakukannya."Ya," aku menganggukan kepala. "Ragamu memang terkurung di penjara ini, namun tidak dengan isi kepalamu!" ucapku tenang.Menghadapi makhluk astral sepertinya memang dibutuhkan ketenangan. Aku tidak ingin lepas kendali,
Read more

Bab 57 - Senjata Makan Tuan.

"Ck! Mau apa lagi sih, dedemit itu!" rutukku kesal sambil membuka pintu mobil."Ini dia orangnya!" keningku mengkerut, menatap heran, saat melihat tetangga depan rumah berkacak pinggang sambil menyorotku dengan tatapan sinis."Ada apa ini?" tanyaku sambil menutup pintu mobil. Jujur saja, aku merasa ada hal janggal saat melihat wajah nyinyir Hella dengan senyum mengejek kearahku.Hella seolah memamerkan, bahwa dia mempunyai banyak pembela saat ini."Mbak Rissa, saya kasih tau yah. Sama Adik itu jangan dzolim. Kasihan tuh, bawa-bawa anak kecil bolak-balik kerumah ini, tapi tidak pernah dikasih masuk, malah diusir terus!" ketus Mbak Wulan, sambil bersedakap dada. Wajahnya begitu sinis, seolah aku ini adalah musuhnya.Aku bergeming, menatap satu demi satu lima perempuan yang ada di depanku."Iya ... kalau ada masalah tuh, bok ya di bicarakan baik-baik. Saya sebagai tetangga saja tidak tega melihatnya. Dia dari kemarin siang datang kesini loh, panas-panasan. Anaknya sampai nangis menjerit-
Read more

Bab 58 - Malu Sangad.

"Karna Hella ... sudah BERZINA dengan suami saya." ucapku tegas, penuh penekanan."Astagfirulloh ...."Kompak semua orang terperangah, mereka semua saling pandang, lalu menatap tak percaya kearah Hella yang wajahnya sudah berubah sepucat mayat.Mata Hella mengejrap berulang kali, mulutnya celengap-celengap seperti ikan emas yang kesulitan untuk bernafas.Sesak?Aah ... ini belum seberapa. Kartu matimu masih banyak ditanganku, La.Aku memamerkan senyum puas, saat sorot mata Hella bersibobrok dengan netraku."Benar begitu, Mbak?" tanya Mbak Rena."Beneran, Mbak?" Ibu muda menatap intens, menunggu jawaban, Hella.Hella tergagap, matanya mendelik kekiri dan kanan dengan seulas senyum yang dipaksakan."Ti--" belum sempat Hella bersuara, kalimatnya sudah terpotong oleh ucapan ketus Ibu gendut."Ya ampun! Pelakor ternyata ..." timpal Ibu gendut."Dih, pelakor!" sahut Ibu muda dengan ekpresi jijik."Dia yang jahat dong. Ketipu kita," sambung Ibu muda kesal.Hella semakin panik, keringat dingi
Read more

Bab 59 - Seseorang Dari Masalalu.

"Sudah beres, Neng?" tanya Bik Narti saat aku memasuki rumah."Sudah," jawabku lega."Bibik geregetan sekali sama, Hella. Benar-benar tidak tahu malu. Masih saja mengusik kehidupan, Neng Rissa. Maunya apa sih!" gerutu Bik Narti."Entahlah, yang jelas dia ingin aku memungutnya kembali." jawabku sambil menjatuhkan bobot diatas sofa.Hhh ... rasanya lelah sekali."Dasar pelakor. Pak Rudi dipenjara. Bingung dia, Neng. Mau numpang hidup sama siapa," balas Bik Narti dengan wajah kesal. Aku hanya tersenyum, dalam hati membenarkan ucapan Bik Narti."Dila aman, Bik?" tanyaku."Aman, Neng. Tadi pas lagi ramai didepan, Bibik kunci pintu kamar terus nonton film kartun kesukaan, Non Dila." jawab Bik Narti.Aku manggut-manggut, mendengar ucapan Bibik."Oh ... iya. Kemasi semua barang-barang, Bik. Kita akan pindah besok pagi." ucapku setelah menyesap teh hangat buatan Bik Narti."Pindah, Neng?" aku menganggukkan kepala."Oke, Neng." jawab Bik Narti penuh semangat.***Ofd."Loh, pamit kemana?" ucap M
Read more

Bab 60 - Rencana Rissa.

"Maaf, Riss. Si Bagas ini, kalau bicara memang ceplas-ceplos." Ryan terkekeh malu.Aku hanya menarik nafas, mengeleng kepala melihat kekonyolan mereka. Sepertinya mereka sangat dekat."Oke ..." Bagas menarik nafas, tubuhnya menegak, berwajah serius."Bisa kita lebih serius? Tolong kerja samanya. Saat ini aku sedang berada di dekat client." Bagas menatap lekat netra, Ryan."Hoo, oke!" ujar Ryan sambil mengangkat tangan, menyatukan jari telunjuk dan jempolnya."Ehm ... bisa kamu jelaskan masalah ini dengan jelas. Meski aku sudah mendengar berita ini dari, Ryan. Tapi aku ingin mendengar semuanya dari clientku sendiri." pinta Bagas, kali ini wajahnya lebih antusias dari sebelumnya.Mata itu menyorot tajam, aku menghela nafas menyungging senyum kecut mengingat harus membahas tentang kedua musang itu."Astaga ...." Mendengar kisahku, Bagas tak henti menggelengkan kepala. Wajah yang tadi serius kini berubah mendung dengan tatapan iba."Lalu Hella, dia berada dimana sekarang?" tanya Bagas. A
Read more
PREV
1
...
45678
...
20
DMCA.com Protection Status