Beranda / Romansa / PENGAKUAN ANAKKU / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab PENGAKUAN ANAKKU: Bab 21 - Bab 30

196 Bab

Bab 21 - Kecewa.

Pov Larissa.Keluar dari kantor Polisi dengan langkah sempoyongan dan tubuh menggigil. Gegas membuka pintu mobil dengan tangan yang bergetar hebat.Hati ini nelangsa, aku menangis meratapi nasib yang begitu menyedihkan.Menghirup dengan rakus oksigen yang mengelilingi, menginjak pedal gas secara perlahan meninggalkan tempat yang penuh dengan rasa sakit ini.Melihat Mas Rudi di dalam sana, hati ini sedikit puas. Namun mengingat kejadian memalukan tadi entah mengapa dada terasa ngilu luar biasa.Bapak ... aku sangat kecewa padamu.***Ofd.Semilir angin malam yang menerpa wajah tak membuat sejuk pikiran, duduk termangu di depan teras rumah sambil menikmati segelas susu coklat hangat buatan Bik Narti.Menyesap pelan gelas yang ada di genggaman, rasa manis pahit langsung menyentuh ujung lidah."Aah!" aku meringis memegangi bibir, rasa ngilu dan perih menerjang gusi. Sepertinya tamparan itu membuat luka didalam mulut.Sakit!Sakit sekali mendapatkan perlakuan sekasar itu. Hati menjerit tida
Baca selengkapnya

Bab 22 - Menyesal.

Pov Author.Nafas Hanum {Ibu Rudi_red} menderu, diremasnya dengan erat gawai yang tergenggam didelam tangan. Gambaran wajah kecewa Rissa yang menari-nari dikepala membuat hatinya panas bercampur perih. Perlahan kepalanya menoleh pelan dengan sorot tajam kearah kamar perempuan yang menjadi biang masalah."Buk, istigfar ..." Ika mengusap lembut punggung Ibunya, Hanum bergerming sesaat lalu melangkah lebar menuju kamar Hella."Heh jal*ng! Keluar kau dari sini. Lihat gara-gara ulah gatalmu, keluarga anakku jadi kacau berantakan!" maki Hanum pada Hella. Kakinya menendang pintu kamar dengan kuat, membuat Hamdan yang sedang asik memainkan mobil-mobilan menjerit karna ketakutan."Sabar, Buk. Sabar ..." bujuk Ika sambil memegangi tubuh Ibunya yang ingin meringsek masuk kedalam kamar."Gara-gara kamu, rumah tangga anakku hancur. Gara-gara kamu juga, Rudi yang biasa sayang anak istri tega bermain kasar dan menelantarkan keluarganya!!" gelegar suara Ibu Hanum. Hella merunduk takut, badannya berge
Baca selengkapnya

Bab 23 - Masa Kelam.

Hanum beranjak keluar rumah untuk menghirup udara pagi, berdebat dengan Jaya hanya akan menambah kesal didada."Ika buatkan teh hangat dulu, Ibu duduk saja." ucap Ika sebelum beranjak masuk kerumah.Semilir angin menerjang wajah cantik yang sudah dipenuhi oleh kerutan, matanya menerawang jauh mengingat bayangan masalalu yang menyedihkan.Hati berdesir ngilu, nafasnya tersenggal mengingat pengkhianatan suaminya."Huh ... benar, memang. Buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya," lirih Hanum perih.Jaya melengos saat keluar rumah, mengeluarkan kendaraan roda dua dari garasi lalu melajukan kuda besi itu tanpa pamit pada Hanum.Hanum hanya bisa menarik nafas, semakin tua tabiat suaminya tidak juga pernah berubah.Egois, maunya menang sendiri. Dan tidak mau disalahkan."Ini, Buk. Diminum mumpung masih hangat," Ika menaruh dua gelas teh diatas meja, tak lupa membawa biskuit kelapa sebagai teman minum teh hangat."Wisnu sudah ngasih kabar?" tanya Hanum."Sudah, tadi wa. Pamit mau jalan kerja,
Baca selengkapnya

Bab 24 - Keras Kepala.

Hanum mengurai pelukan, berbalik badan matanya melotot tajam pada suaminya. Jaya mendengkus kesal, menghempaskan bokong dengan kasar diatas kursi.'Dasar tua keladi! Semakin tua, semakin jadi.' geram batin Hanum."Kamu sudah berobat, Nak?" tanya Hanum basa-basi. Sungguh pertanyaan yang sangat bodoh."Sudah, Buk." jawab Rissa sopan.Hanum menghela nafas kasar, canggung berdekatan dengan menantunya. Sesekali dia melirik kearah Rissa, meringis ngilu saat melihat lebam di wajahnya."Pak ..." ucap Hanum dengan suara tertahan, matanya melirik kearah Jaya dan Rissa bergantian. "Cepat minta maaf," sambungnya dengan suara pelan namun ditekan.Jaya berpura pilon, menatap acuh pada istrinya.Berkali Hanum mengatur nafas, menahan letupan emosi yang mulai bersarang didadanya."Laporan di terima, kami akan segera melakukan proses penyelidikan." ucap Polisi muda di balik meja."Makasih, Pak." jawab Rissa dengan senyum tipis, lalu bangkit dari kursi."Dengan saudara Jaya?" ucap Polisi. Jaya menoleh m
Baca selengkapnya

Bab 25 - Tertekan.

Mata Jaya melotot, menatap Hanum dengan tatapan meyalang. Panas hati yang sejak tadi dia pendam kini meletup-letup, tangannya mengepal dengan kuat. Andai tidak berada didalam jeruji, sudah pasti Jaya akan melayangkan tamparan keras dimulut Hanum."Kenapa?" sentak Hanum, di balas tatapan Jaya dengan tatapan tajam pula.Jaya menarik nafas, mencoba menahan amarah."Tolonglah, Buk. Masa kamu tega lihat aku tidur disini," suara Jaya melemah, wajahnya memelas. Kali ini dia berusaha untuk menekan imagenya di depan Hanum.Toh nanti Hanum yang akan memohon pada Rissa, bukan dirinya."Kamu yang bikin masalah, aku juga yang repot. Coba saja dari awal kamu dengar omonganku. Pasti ... kamu tidak akan ada didalam penjara saat ini. Apa susahnya sih, berlaku baik didepan Rissa. Sekarang bisanya menyusahkan aku." cecoros Hanum dengan nafas kembang-kempis. Rasa kesal masih saja bergelayut dibenaknya, mengingat tingkah Jaya didepan Rissa.Jaya kembali menarik nafas, cerocosan Hanum membuat kepalanya sem
Baca selengkapnya

Bab 26 - Kritis.

Hanum menggedor pintu rumah tetangganya, tubuhnya bergetar hebat membayangkan hal buruk yang menimpa pada Ika."Ada apa, Buk?" tanya Naya saat membuka pintu rumah."Neng, tolong pinjami Ibu mobil. Si Ika, pingsan Neng." cerocos Hanum sambil memegangi tangan Naya, wajahnya benar-benar cemas membuat Naya langsung menganggukkan kepalanya."Mas Ferdi ada dirumah?" cicit Hanum."Ada, Buk." jawab perempuan manis berusia 27 tahun itu."Tolong antar Ika kerumah sakit, Ibu takut Ika kenapa-napa." tangis Hanum pecah, Hanum benar-benar ketakutan.Naya langsung masuk kedalam rumah, membangunkan Ferdi yang baru saja memejamkan mata.Gegas Ferdi mencuci muka mendengar ucapan sang istri, dia langsung menyambar kunci mobilnya."Kamu ikut, Bun?" tanya Ferdi."Kamu saja, Mas. Yayat baru saja tidur, kasihan kalau dibangunkan." jawab Naya.Hanum langsung berlari kerumahnya, sementara Ferdi masuk kedalam mobil dan melajukannya keluar halaman."Mas, tolong bantu angkat Ika." titah Hanum dengan suara berget
Baca selengkapnya

Bab 27 - Perih.

Belum sempat Hanum melanjutkan ucapan, tiba-tiba gawainya mati. Rissa yang sedang dilanda kecemasan langsung bangkit dari tempatnya dan meninggalkan meja makan."Mau kemana, Neng?" sela Bik Narti terpogoh mengikuti langkah Larissa."Mau kerumah sakit, Bik. Ika sudah melahirkan, kata Ibu saat ini keadaannya kritis." jawab Rissa cemas. Bik Narti terkejut, mengusap dada sambil menyerukan nama Tuhan."Ya sudah, Neng. Hati-hati ya," sahut Bik Narti dengan wajah cemas."Iya, Bik. Titip Dila ya," Rissa langsung menuju mobilnya, memanaskan mesin sebentar lalu melajukannya menuju rumah sakit.Sepanjang perjalanan Rissa tak henti beristigfar, dan berdoa berharap keadaan Ika baik-baik saja.Ditengah perjalanan gawainya kembali berdering, kali ini nama Pak Bowo tertera di dalam layar. Rissa melambatkan laju kendaraan, memasang earphone bluetooth di telinga."Ehm ..." Rissa melonggarkan tenggorokan sebelum menjawab panggilan Bossnya."Pagi, Pak?" sapa Rissa."Iya, pagi. Kamu sudah mulai masuk har
Baca selengkapnya

Bab 28 - Sakit.

Suster menyerahkan gawai milik Hanum yang sebelumnya dititipkan untuk mengisi daya batrai. Dia langsung menghubungi Rissa saat gawai ditangannya kembali menyala."Astagfirulloh ... maaf, Buk." pekik Rissa saat Hanum bertanya mengapa dia tak kunjung datang."Pulang kerja, Rissa langsung kerumah sakit." jelas Rissa dengan wajah sungkan. Meski tak melihat langsung wajah mertua, Rissa yakin Hanum sangat kecewa menunggunya."Keadaan Ika gimana, Buk?" tanya Rissa.Hanum menghela nafas, terhitung sudah 16 jam Ika belum juga sadarkan diri."Keadaan Ika belum ada perkembangan, dia masih kritis." jawab Hanum sambil meremas ujung bajunya dengan gusar."Ya Alloh ..." Rissa diujung telepon menghela nafas panjang, memejamkan mata merasakan perih di dalam sanubari."Keadaan Ibu sendiri gimana?" tanya Rissa."Semalam Ibu pingsan, terus di pasang infusan. Ibu sendiri masih lemas, Riss. Belum lagi kepikiran Rudi dan Bapakmu," jawab Hanum dengan suara memelas.Rissa tersenyum tipis, kembali mengingat su
Baca selengkapnya

Bab 29 - Bimbang.

Pov Larissa."Pergi saya bilang!"Aku bergeming melihat tatapan tajam Ika pada Wisnu. Jujur saja aku sedikit kaget, mengingat Ika dan Wisnu selalu mesra tiap kali kami bertemu.Ada apa sebenarnya?Alisku menaut, memperhatikan Ika yang memandang Wisnu dengan tatapan penuh kebencian."Ada apa ini, Nu. Ika?" Ibu Asih menatap bingung kearah anak dan menantunya. Sorot matanya meminta penjelasan."Bu ... tolong. Aku tidak mau dia ada disini," ucap Ika dengan suara tertahan sambil menoleh pada Ibu Hanum, wajahnya memelas dengan mata berkaca-kaca."Ini ada apa, besan?" Ibu Asih nampak semakin bingung."Nu ..." kali ini tatapan matanya beralih pada Wisnu. Wisnu hanya diam, menatap Ika dengan sorot penuh penyesalan."Dek ..."Ika bahkan memalingkan wajah, seolah tak sudi melihat suaminya."Wisnu, Ibu harap kamu keluar. Kasihan Ika," ucap Bu Hanum dengan tatapan sedih.Wisnu menghela nafas berat, sebelum beranjak dari tempatnya dia masih menatap Ika dengan mata merah berkaca-kaca."Dek, maaf. Ak
Baca selengkapnya

Bab 30 - Memohon.

Setahuku Hella disini tidak ada sanak saudara selain Rissa, apa iya Rissa mau menampungnya kembali?Aaargghh!Meremas rambut dengan kuat, kepalaku kini berdenyut-denyut memikirkan nasib Hella.Gusar ... kakiku melangkah mengelilingi ruangan pengap dan lembab ini, kegelisahan dihati membuat aku ingin melempar apa pun yang ada didalam ruangan."Bisa diam ga sih, Rud. Bapak pusing denger kakimu, berisik!" gerutu Bapak.Membuang nafas dengan kasar melalui mulut, mencengkram jeruji besi dengan erat.Pikiran benar-benar kacau, sungguh aku tak ingin terlalu lama tinggal didalam neraka ini."Ibu kemana sih, ga kasih kabar sama sekali!" geramku. Kepala benar-benar terasa panas, hati semeraut tak tentu arah.Rissa ... kau benar-benar membuatku gila!Bapak yang sedang tiduran beringsut duduk, menyenderkan tubuh ditembok kusam yang penuh dengan coretan."Rud ..." panggil Bapak, membuat aku sedikit menoleh."Apa?" jawabku acuh."Sini, duduk!" Bapak menepuk sisi tikar disampingnya. Dengan malas aku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
20
DMCA.com Protection Status