Home / Romansa / PENGAKUAN ANAKKU / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of PENGAKUAN ANAKKU: Chapter 181 - Chapter 190

196 Chapters

Bab 47 - Tersiksa.

Tuhan ... sembuhkan aku.Haruskah aku menularkan penyakit ini pada Diana, agar dia selalu setia disisiku?"Kamu kenapa, Mahes?" Mamah menatap lekat.Aku meringis, menatap kosong keluar jendela. Hati rasanya perih. Aku merasa hampa tak bertujuan."Takdir hidupku, kenapa sepedih ini ya Mah. Mahes rasanya tidak berarti. Perasaan saat ini takut dan marah entah pada siapa ..." sahutku diiringi dengan nafas panjang."Takdir memang sudah digariskan oleh Tuhan, tapi kembali pada diri sendiri. Mampukah menahan godaan? Jangan menyalahkan orang lain dengan derita yang kamu alami saat ini. Semua tidak akan terjadi kalau kamu bisa berpikir dengan jernih," sahut Mamah pasrah, wajahnya begitu lelah, lingkar hitam dibawah mata terlihat meski samar."Mamah pun, terluka melihatmu seperti ini, Mahes. Diusiamu yang tidak lagi muda, kamu harus menganggung aib sehina ini. Bagaimana kalau rekan-rekanmu tahu tentang penyakitmu, mereka pasti berasumsi keluarga kita, keluarga yang rusak moralnya.Penyakitmu it
Read more

Bab 48 - Semakin Lemah.

"Aargh!" Aku memekik keras, kali ini tendangan Diah mengenai bawah perutku. "Mampus lo!" umpat seseorang. Perut terasa keram, cairan bening mengalir begitu saja dari mataku akibat rasa sakit yang tiada terkira. Nafas ini tersenggal, aku mengulurkan tangan memohon bantuan pada Dini. "Aaaa ..." Aku kembali menjerit. Jemariku diinjak oleh Diah, dengan bertubi-tubi. "To--long," suaraku tercekat dikerongkongan, pandanganku menghitam seiring dengan bentakkan keras suara laki-laki. ***Ofd Mata mengejrap pelan, mengedarkan pandang kesetiap sudut ruangan. Memijit kening yang terasa berdenyut ngilu, perlahan beringsut bangun dan duduk bersandar diatas bangkar. Sepertinya aku ada didalam klinik penjara. "Aiisshh ...." Aku meringis nyeuri, saat tak sengaja menarik selang jarum yang menempel dikulitku. Tubuh begitu ngilu, setiap menggerakkan dibagian mana pun akan terasa begitu sakit. Menaikan baju dengan pelan, bawah pusarku terlihat memar membiru. Aku memejamkan mata, perlakuan Diah ben
Read more

Bab 49 - Kalut.

"Halo, Di. Bisa kerumah sakit sekarang? Kondisi Mahesa menurun," jawab Mamah dengan suara panik.Aku dan Ibu saling berpandangan, rasa cemas langsung menyelusup dihatiku."Mas Mahesa kenapa, Mah?" tanyaku cepat."Nafasnya sesak, dia terus memanggil namamu," jawab Mamah dengan suara tersendat-sendat."Kamu datang ya, Nak. Mamah tunggu," Mamah langsung menutup sambungan."Mahesa kenapa, Di?" tanya Ibu."Tidak tahu, Buk. Mamah bilang nafasnya sesak," jawabku panik.Aku langsung beranjak dari kursi, Ibu menahan tanganku."Mau kerumah sakit?" "Iya Buk. Kasihan Mas Mahesa," jawabku cemas.Ibu menghela nafas, lalu melepas pegangan tangannya. "Sejujurnya Ibu tidak mau kamu repot-repot mengurus, Mahesa. Laki-laki itu sudah keterlaluan menyakitimu," desah Ibu dengan wajah prihatin."Tapi ... mau bagaimana lagi, kamu masih istrinya," sambung Ibu, pasrah."Diana tidak apa-apa kok, Buk. Mungkin saat ini Mas Mahesa sedang menerima apa yang dia tuai," jawabku diiringi nafas panjang.Sejujurnya aku
Read more

Bab 50 - Tak Ada Pilihan.

Pov Diana.Dokter menerobos masuk, berlari kecil kearahku."Sangga kepala pasien, Sus," titah Dokter saat melihat kondisi Mas Mahesa. Mata suamiku terbuka bola matanya terus berada disatu sisi, lidahnya terjulur keluar suara gemeletak giginya terdengar kuat.Aku bergidik ngeri, lidah Mas Mahesa mengucurkan darah. Sepertinya Mas Mahesa menggigit lidahnya sendiri."Pasang bantuan pernafasan, Sus," titah Dokter pada asistennya. Mas Mahesa mengerang, terdengar suara mengorok dari mulutnya.Mamah menangis histeris melihat Mas Mahesa, hatiku pun menjerit pilu melihat Mas Mahesa yang seperti sedang menghadapi sarakatulmaut.Ya Tuhan ... jika Mas Mahesa bisa bertahan, mungkin aku bisa memaafkan dan membersamai dirinya lagi.Dokter melepas kancing baju Mas Mahesa, juga memiringkan tubuhnya. Dua menit dalam keadaan tegang akhirnya tubuh Mas Mahesa berangsur tenang."Tolong selalu awasi pasien. Jangan ditinggal sendirian," ucap Dokter setelah memastikan keadaan Mas Mahesa baik-baik saja."Kenapa
Read more

Bab 51 - Kembali Pulang.

"Apapun bisa aku lakukan," sambungnya sambil menghembuskan nafas diwajah dan mencium pipiku dengan tatapan mesum dan senyum menyerigai.Aku beringsut sedikit menjauh, bau nafasnya membuat perutku bergejolak."Saya ingin bebas, tolong saya," ucapku dengan suara terbata."Nanti malam, datang kelorong disebelah kiri. Jam satu dini hari," sahutnya masih dengan senyum menjijikan."Makanlah, kau butuh tenaga extra untuk nanti malam ..." sambung laki-laki itu sebelum keluar dari pintu.Aku bergidik ngeri, menepis kasar wajah dan pipi bertubi-tubi. Rasanya menjijjkan sekali, tapi aku butuh bantuannya.Dengan tangan bergetar, aku mengambil plastik makanan itu. Mataku berbinar saat melihat banyaknya makanan favoritku di dalam plastik.Dengan cepat aku membuka bungkus makanan, lalu melahapnya dengan rakus. Aku benar-benar kelaparan. Aku benar-benar mengenaskan. Aku bertekad tak ingin hidup lebih lama di tempat suram ini. Pikiran melayang, wajah Hamdan melintas di ingatan. Aku benar-benar merind
Read more

Bab 52 - Tentram.

Pov Diana.Makan siang kami lewati dengan suka cita, meja makan kembali hangat, derai tawa yang dulu sempat hilang kini telah kembali lagi."Ingat ... kamu harus banyak istirahat, jangan banyak pikiran. Nanti kalau sudah benar-benar sembuh, kamu boleh memimpin lagi perusahaan," ucap Mamah sebelum pamit pulang."Iya, Mah. Makasih ya," sahut Mas Mahesa. Mamah tersenyum simpul."Kamu juga, Di. Jangan terlalu lelah, perhatikan kesehatanmu sendiri. Kalau perlu pakai jasa baby sister untuk menjaga Mahesa," ucap Mamah diselingi kekehan kecil."Iya, Mah." sahutku. "Mamah nginap saja disini, pasti capek bulak-balik. Besok baru pulang," tawarku."Tidak apa, Di. Dirumah lebih nyaman istirahatnya," sahut Mamah. Aku hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala."Makasih ya, Di. Mamah bersyukur punya menantu sebaik kamu," Mamah tersenyum hangat."Sama, Mah. Aku juga bersyukur punya mertua sebaik Mamah," balasku sambil memeluknya."Kenapa, Mah? Kok nangis?" tanyaku saat merasa tubuhnya bergetar."Tid
Read more

Bab 53 - Lolos.

Pov Hella."Gimana, Buk. Sudah terjual mobilnya?" tanyaku penuh harap. Hari ini adalah hari kesepuluh saat aku memintanya menjual mobil."Sudah ..." sahut Ibu diiringi nafas panjang. Aku menautkan alis dari gelagat dan raut Ibu, aku melihat ada kejanggalan disini."Mobil Ibu jual murah, yang penting bisa terjual cepat." sambungnya."Laku berapa?" tanyaku langsung."200.000.000, Laa." jawab Ibu dengan wajah lesu."Loh gimana ceritanya, mobil Pajero sport itu pasaran masih 400.000.000, Buk. Apa lagi masih mulus tanpa gores sedikit pun. Ibu jual sama siapa?" cecarku kesal. Yang benar saja, masa iya mobil kesayanganku laku setengah harga."Ya ... mau bagaimana lagi. Jual mobil itu susah, Laa, tidak seperti jual emas yang di bawa ketoko langsung jadi uang," suara Ibu naik satu oktaf. Aku mendengkus kesal, ini pasti ada apa-apa. Masa iya mobilku semurah itu."Sekarang uangnya mana?" tanyaku."Ada, aman di Atm." jawabnya."Ya sudah, mana Atmnya?" Aku menyodorkan tangan."Kamu buat apa di pen
Read more

Bab 54 - Sesak.

Pov Diana.Suara bel rumah mengusik ketenanganku dengan Mas Mahesa. Aku segera beranjak dari sofa berjalan untu membuka pintu utama."Mah ..." Aku tersenyum tipis saat melihat kedatangan Mamah Hana."Kurang ajar sekali perempuan liar itu, bukti sudah di depan mata. Masih saja berkelit-kelit," gerutunya sambil berjalan melewatiku. Aku yang mengerti maksud ucapannya, hanya bisa mengekori dari belakang."Nasib Mamah buruk sekali bisa bertemu dengan orang seperti itu, Di." Keluhnya sambil menjatuhkan tubuh diatas sofa."Gimana, Mah. Sidangnya?" tanya Mas Mahesa sambil melipat koran yang tadi dia baca, lalu menaruhnya dibawah meja."Nyebelin!" sembur Mamah. "Ngeles saja kaya belut. Kesel banget Mamah," gerutunya."Ngeles gimana, Mah?" tanyaku penasaran."Dia masih tidak mau ngaku. Padahal ada saksi mata, Dokter yang kemarin itu, dia sudah meluangkan waktu untuk datang di persidangan pagi tadi." jawab Mamah panjang lebar.Mas Mahesa menyimak dengan antusias, sesekali dia mimijat pelipisnya.
Read more

Bab 55 - Bertemu Mas Rudi.

ByurrrLimpahan air menerjang wajah, aku tergelagap dengan nafas terengah-engah."Hm ... saya bilang apa? Dia terlalu manja, dikit-dikit pingsan!" cibir seorang petugas wanita sambil berkacang pinggang.Dengan kasar, aku menyeka sisa air yang menempel diwajah. Hatiku pilu diperlakukan serendah ini."Bersihin sisa airnya! Jangan manja. Atau saya pindahkan ketahanan yang penghuninya sapleng semua." ketusnya dengan senyum miring menyerigai.Tubuhku benar-benar lemas, mata berkunang saat mencoba bangkit dari atas lantai."Cepeeet. Lelet banget!" Petugas bermana Mira itu menarik kasar, lalu mendorong keras tubuhku hingga mendarat kencang disudut tembok."Lelet!!" cebiknya sembul meninggalkan ruang tahananku."Dia emang terkenal brutal. Ga punya perasaan. Kalau dia lagi kontrol, jangan sesekali memasang wajah sakit. Dia ga suka," jelas Ira tanpa aku minta.Aku hanya diam, mata memanas menahan bulir air mata."Sana ganti baju, nanti masuk angin." titahnya, sok perhatian.Aku mengangguk pelan
Read more

Bab 56 - Tak Tahan.

"Mas ...."Langkah Mas Mahesa terhenti mendengar panggilanku.Mamah menatap jengah, Diana menampilkan wajah datar berpura tak melihat kehadiranku.Sombong sekali, perempuan tua itu. Merasa menang dariku? Tak tahu malu.Mas Mahesa mengangguk kecil pada dua perempuan busuk itu, Mamah menatap khawatir, tapi akhirnya pergi juga bersama Diana."Ada apa?" tanyanya datar, tanpa melihat wajahku. Tangannya sibuk merapihkan dasi yang menjerat dilehernya."Aku ..." mata ini memanas, melihat perubahannya. Mas Mahesa melirik sekilas, menghela nafas panjang."Katakanlah, aku tidak punya banyak waktu. Mamah dan istriku sudah menunggu diluar," ucapnya sambil menatap lurus kearah pintu, dimana berdiri Mamah Hana juga Diana."Aku juga istrimu ..," sahutku dengan suara parau. Mas Mahesa terkekeh, lalu menatapku tajam."Istriku?" tanyanya dengan tatapan mengejek. "Oh ya ... kau benar. Aku belum mengucap talak untukmu," sambungnya dengan senyum tipis."Mas ..." selaku dengan wajah memelas."Aku minta maaf
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status