Home / Romansa / PENGAKUAN ANAKKU / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of PENGAKUAN ANAKKU: Chapter 161 - Chapter 170

196 Chapters

Bab 27 - Special bertemu Larissa.

Tiba-tiba ucapan Papah terngiang dikepala, yang mengatakan perempuan penggoda seperti Hella hanya mengincar hartaku saja. Jika Hella tahu kebenaran tentang hidupku, apakah dia akan melepehku, seperti yang Papah katakan?Ahh ... kenapa kepalaku belakangan ini selalu berdenyut ngilu, rasanya sangat pening, benar-benar sakit dan mengganggu.Mata masih tertuju pada Hella yang memasuki loby apartement, dia terlihat berhenti dan berbincang dengan laki-laki yang bekerja sebagai keamanan di apartementnya.Ada rasa tak nyaman saat melihat mereka begitu dekat, Hella masih terus berbincang. Padahal sebelum dia turun dari mobil, dia mengeluh pusing kepala. Apakah saat ini, pusingnya sudah menghilang? Ada rasa kecewa yang terselip dihati ini melihat tingkah lakunya.Melajukan mobil dengan pelan, aku memutuskan untuk singgah kerumah orangtua Diana. Biar bagaimana pun masalah aku dan Ayahnya harus di selesaikan, aku tidak mau Ayah mertua benar-benar melaporkan tindakanku yang tidak disengaja itu.Mo
Read more

Bab 28 - Rencana Diana.

"Jordy adalah pengawal Diana, kalau begitu tunggu sebentar. Saya akan berbicara dengan Diana," ucapnya lalu masuk ke dalam ruangan.Aku menunggu dengan gelisah, semoga saja keputusanku ini memang tepat. Aku hanya ingin membantu, Nyonya Diana.Tak lama perempuan paruh baya itu keluar, dan mengizinkan masuk. Namun hanya aku yang boleh menemuinya, Mas Bagas harus menunggu diluar ruangan."Selamat siang?" ucapku setelah membuka pintu. Wanita dengan senyum hangat sudah menyambut kedatanganku."Siang, Nona." sahutnya dengan suara pelan."Nyonya, Diana?" tanyaku. Bibir itu melengkung, seirama dengan anggukan kepalanya."Silahkan duduk ..." ucapnya sambil menunjuk kursi di samping bangkar."Trimakasih, sudah mau meluangkan waktu datang kesini. Senang bisa bertemu denganmu, Nona." ucapnya sambil tersenyum tipis. Keadaan Diana benar-benar memprihatinkan. Kening kepalanya terbelit perban, serta kaki kirinya tergantung dengan alat bantu rumah sakit.Melihatnya saja membuat tubuhku ngilu, apalagi
Read more

Bab 29 - Murka Mamah.

Malam semakin larut, Hella belum juga menunjukan batang hidungnya. Aku tak ingin menghubunginya, biarkan saja jika memang dia mengurungkan niat untuk menjengukku dirumah sakit.Ingin menghubungi Mamah, namun logika menolak keras. Mamah pasti bertanya penyebab aku berada disini. Dia pasti akan tertawa, jika mendengar Ayah Diana yang sudah membuatku babak belur seperti ini.Mamah memang Ratu kejam, dari dulu dia seperti itu. Jika aku mempunyai kesalahan, dia akan menghukumku dengan keji. Tak peduli, aku ini anak laki-laki satu-satunya.Ahh ... malangnya nasibmu, Mahesa. Semua masalah terjadi secara beruntun, waktu seolah menjebak dan mempermainkanku.Meraih remot televisi yang ada diatas nakas, mencoba memecah kesunyian di dalam ruang yang sepi ini.Televisi menyala, aku menatap layar lebar itu dengan pikiran kosong.Diana ... Hanya dia yang ada di dalam ingatanku saat ini. Aku memang bersalah, dan aku sudah mengakui semuanya.Aku ingin memperbaiki semuanya dengan Diana, tapi dia begitu
Read more

Bab 30 - Datang Kerumah.

Pov : MahesaTiga hari setelah dirawat dirumah sakit, aku di perbolehkan pulang. Hella benar-benar menjagaku sepenuh hati.Diana? Jangan ditanyakan, dia mungkin tidak peduli, jika aku mati sekalipun. Benar-benar tak berperasaan, hati ini sungguh sakit. Seseorang yang aku harap bisa menemaniku hingga akhir hayat, ternyata tak ubah bagai serigala. Menyakitkan!Aku memilih untuk pulang ke apartement Hella, karna pulang kerumah pun tak ada yang mengurus."Kamu ga kerja, Mas?" tanya Hella. Hari ini adalah hari ketujuh, aku menginap dikediamannya. Keadaanku sudah kembali pulih, dan sehat bugar."Tidak, Mas malas bertemu Mamah," kilahku. Padahal, memang sudah di copot jabatanku. Untuk saat ini, biarlah. Hella tak perlu tahu masalahku yang sesungguhnya."Mas, coba bujuk Mamah. Aku tidak mau hubungan ini terus-terusan tidak jelas," ucap Hella sambil menaruh segelas kopi diatas meja."Ya, kita memang tidak seharusnya seperti ini. Akupun tak ingin terlalu lama berkabung dalam dosa," sahutku samb
Read more

Bab 31 - Mahesa Taubat.

"Loh kamu yang mau apa! Aku ini calon istri, Mas Mahesa. Kamu lupa?" suara Hella tak kalah kencang dari Diana.Dengan terpogoh aku berlari menuju pintu, mata terbuka lebar. Diana benar-benar ada didepan mataku."Diana ... kamu pulang sayang?" ucapku dengan senyum haru. Diana tersenyum hangat, menubruk pundak Hella yang menghalangi langkahnya lalu melewatinya."Iya, kamu sehat, Pih?" Diana berkata dengan senyum yang begitu manis, membuat kepala ini mengangguk dengan cepat."Sudah makan?" Diana menaruh telapak tangan dikeningku, lalu mencium pipi ini dengan lembut."Sudah, ayo masuk ke dalam ..." ucapku sambil menuntun masuk tangannya. Diana tersenyum manis, berjalan sambil bergelayut mesra dipundakku.Ada apa ini? Mengapa Diana begitu manis. Sudah sudikah kiranya dia memaafkan aku?Tak sengaja mata melirik Hella, yang menatap sinis tak suka. Tapi aku tak peduli, bagiku saat ini Diana sudah pulang, itu sudah lebih dari cukup."Nyonya ..." Bik Emi menatap tak percaya, lalu terpogoh mengh
Read more

Bab 32 - Kembali Bersama.

Silau mentari menerpa wajah, tubuh bergeliat melemaskan otot. Meraba samping ranjang, mata menyipit saat tak kutemukan Diana disamping tidurku. Perlahan bangun, duduk bersandar dipunggung kasur, mengumpulkan segenap kesadaran.Waktu menunjukan pukul 06:00 pagi, suara aktifitas didalam kamar mandi terdengar membuat hati yang tadinya gundah menjadi tenang.Sambil menguap aku meraih gawai yang tergeletak diatas nakas, pesan dari Hella berjejer memenuhi layar. Kembali aku meredupkan layar, malas untuk membaca segala rentetetan keluh kesahnya."Sayang ... mandinya sudah?" ucapku setelah mengetuk pintu dua kali."Iya, tunggu sebentar!" teriak Diana dari dalam."Buka pintunya, kita mandi sama-sama." tak ada balasan suara dari dalam, tak lama pintu toilet terbuka pelan."Aku sudah selesai," ucapnya seraya melilitkan handuk dikepala. Aroma sabun mengeruak, saat Diana melewatiku.Ada yang menghangat dihatiku, melihat Diana berada disini gairah hidupku kembali menyala setelah padam beberapa wakt
Read more

Bab 33 - Hella.

"Sama-sama, Pih. Semoga keluarga kita selalu dilindungi oleh Tuhan, dari orang-orang jahat yang mau merusak kebahagiaan kita," sahut Diana tegas. Namun senyum dibibirnya menciptakan kehangatan di dalam dada.***Ofd.Setiap hari Hella terus saja meneror, aku sampai mengnonaktifkan gawai untuk sementara waktu.Tepat hari ini, dimana seharusnya kami melakukan pernikahan. Tapi aku mangkir, tak menanggapi semua rentetannya.Menikah dengan, Hella? Entah mengapa hati merasa kurang yakin, aku takut pikiran buruk tentangnya menjadi kenyataan.Setelah dipikir-pikir, uangku memang habis terkuras untuk memenuhi gaya hidupnya. Dan aku tidak mau terus-terusan seperti itu. Uang yang seharusnya bermanfaat kini lenyap karna kesenangan sesaat. Hella tentu saja, tak mau tahu saat aku mengeluh kekurangan uang.Sibuk menata hati bersama Diana, menyusun rencana untuk membuka usaha sendiri. Cukup sudah aku mengemis di hadapan Mamah, penolakan mereka membuat hatiku sakit. Aku bertekad akan membuka usaha send
Read more

Bab 34 - Diizinka.

"Kalau itu rencana kalian, kenapa tidak dilaksanakan? Menikahlah, aku merestui hubungan kalian." ucap Mamah tegas, sorot matanya menatap Hella yang terbelalak kaget mendengar ucapan orangtua perempuanku.Hella menoleh kearahku, gurat wajahnya menyimpan sejuta pertanyaan. Hella terlihat bingung, alisnya menaut dengan kencang lalu menoleh pada Mamah dan menatapnya lurus-lurus."Apa saya tidak salah dengar?" wajah Hella terlihat antusias, tak berkedip menatap Mamah."Ya, dari pada kalian terus berbuat dosa?" Mamah mengangkat bahu dan kedua tangannya."Lebih baik diresmikan, bukan? Toh ... kalian juga sepertinya tidak ada niat untuk saling menjauh," sambung Mamah, membalas tatapan mata, Hella.Hella menatapku, kepalanya terangkat mengisyaratkan agar aku buka suara."Tapi, Diana? Dia tidak akan setuju, Mah." sahutku. Mamah menghela nafas, menatap aku dan Hella bergantian."Ya ... tentu saja, dia pasti akan menolak mentah-mentah," jawab Mamah santai.Aku tersenyum kecut, untuk apa Mamah men
Read more

Bab 35 - Pov Diana.

Pov Diana.Bibir melengkung tipis, otakku berputar mencerna setiap kalimat yang terlontar dari bibir Mamah mertuaku.Bisa saja, saat ini aku berada dihadapannya. Tapi pikiranku berada ditempat dimana aku dan Larissa sedang terlibat dalam di perbincangan yang sangat serius."Saat Mbak Lariss tahu, suami berkhianat. Apa langkah yang, Mbak ambil saat itu?" tanyaku setelah menyesap minuman berasa jeruk. Asam kecutnya langsung menerjang lidah, saat air berwarna sedikit kuning itu mengalir melewati sedotan dan mengenai indra pengecapku.Bibir ranum Larissa berjinggat sebelah, lalu nafas panjang berhembus setelahnya. Mata itu menerawang jauh, gurat kepedihan sekilas tergambar dari manik coklatnya. Lalu dia mengembangkan senyum."Hmm ... apa ya? Saat itu ... rasanya Duniaku berhenti berputar. Ingin sekali membunuh keduanya, namun aku tahan mengingat anak." sahut Larissa sambil menganggukkan kepala."Aku mencoba bersabar, dan mencari bukti untuk membongkar kebusukan mereka di depan semua orang
Read more

Bab 36 - Berubah.

Pov Mahesa"Mas ... tidak bisakah aku tinggal dirumah megahmu? Diana terlalu serakah, rumah sebesar itu ditinggali hanya dengan beberapa orang saja," cibir Hella, tangannya membelai lembut wajahku.Sudah satu minggu aku berada di apartementnya. Hari ini sudah waktunya aku kembali kerumah untuk menemui Diana."Mas, aku ikut ya," pinta Hella dengan wajah penuh harap."Untuk apa? Mas sudah bayar uang sewa apartement ini. Sayang kan, jika tidak ada yang mengisi," tukasku sambil memasang kancing kemeja yang melekat ditubuhku."Huh ... Bilang saja Mas tidak mau aku ada dirumah itu. Lagi pula, rumah itu bukan hak milik Diana kan? Sudah seharusnya, aku juga tinggal dirumah itu, aku ini istri kamu. Ingat itu, Mas." balas Hella, tak mau kalah."Sudahlah, Laa. Permintaanmu lama-lama aneh. Aku sudah menuruti keinginanmu untuk menikah, sekarang tolong jangan mengusik Diana. Dia sudah cukup terluka dengan pernikahan ini," bantahku, mencoba memberi pengertian.Hella memutar bola matanya dengan malas
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status