Home / Pernikahan / Air Mata Maduku / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Air Mata Maduku: Chapter 61 - Chapter 70

105 Chapters

Saat Peresmian

Kami perlahan mengurai pelukan. "Kok Bunda juga nangis?" suaranya yang sedikit serak membuatku gemas dan lantas mencium pipi chubynya. "Clarissa kenapa nangis?" Aku balik bertanya. "Aku kangen sama Bunda, kemarin Bunda pergi nggak bilang sama Aku," ujarnya dengan memajukan bibirnya. "Loh kan kemarin itu ada mommy Kim, Sayang." Dia menggeleng cepat. "Aku maunya sama Bunda. Pokoknya bunda nggak boleh pergi lagi dari aku." Kami kembali saling memeluk. "Ya sudah. Yuk kita duduk. Sebentar lagi Daddy akan memimpin rapat," ajakku dan membawanya duduk di salah satu kursi sebelah Devan. Devan terus memperhatikan kami. Pria itu menatapku cukup lama. Kami saling melempar senyum. Pria berahang kokoh itu mengusap pelan rambut Clarissa. Sementara itu, Ivan sibuk dengan dua orang asistennya membahas beberapa hal tentang perusahaan. Sungguh sahabatku itu sangat jauh berbeda. Ivan kini lebih tegas dan berwibawa. "Siang, Pak Devan, Bapak panggil Saya?"Pak Jodi masuk ke ruang meeting dan me
Read more

Kau Masih Tanggung Jawabku

Mas Dewa terus bersikeras hendak mengantarku ke rumah dinas. Aku sudah menolak sebisaku, namun suamiku itu terus memaksa. "Zahra, Kamu itu masih tanggung jawabku. Aku harus tau kamu tinggal di mana. Jika terjadi sesuatu padamu aku bisa segera datang," bujuknya ketika kami berpapasan di lantai dasar menuju lobby, saat hendak melangkah pulang. Mas Dewa terus berusaha menyamai langkahku yang sebenarnya sejak tadi susah payah untuk menghindar darinya. "Tidak perlu, Mas. Ada supir kantor yang mengantarku." Aku terus menolak, namun Mas Dewa pantang menyerah. Laki-laki tinggi tegap di sampingku ini terus membujukku. Aku membaca ulang pesan dari Devan tadi sebelum pria blasteran itu pulang bersama Clarisa setelah makan siang tadi. [ Supir kantor siap mengantarmu sore nanti. Sebenarnya aku sangat ingin sekali mengantarmu ke rumah dinas hari ini. Namun, aku pikir sebaiknya kita menjaga jarak dulu sebelum kamu bercerai dengan Dewa. Aku ingin menjaga nama baikmu, Zahra. Aku pulang duluan,
Read more

Mengapa Tidak Sejak Dulu

Aku mengangguk dan duduk di salah satu kursi di ruang tunggu. Sambil membuka ponsel, Aku mengirim pesan singkat pada pengacaraku. [ Bagaimana proses perceraianku? Tolong urus secepatnya!] [ besok Pak Dewa akan menerima surat dari pengadilan, Bu. Semoga saja Pak Dewa mau bekerjasama] Aku menghempas napas panjang setelah membaca balasan pesan dari pengacaraku. Masalahnya sekarang adalah bagaimana caranya agar membuat Mas Dewa segera menyetujui gugatan ceraiku. [ Aku sudah di depan] Pesan masuk dari Mas Dewa membuatku segera beranjak menghampirinya. Mas Dewa membukakan pintu mobilnya untukku. Aku pun naik dan duduk bersandar pada kursi penumpang. "Di mana alamat rumah dinasmu?" Dewa mulai melajukan mobilnya. "Di komplek perumahan dekat kantor cabang." Mas Dewa sontak menoleh padaku. "Kenapa jauh sekali?" tanyanya dengan dahi yang mengerut. "Justru Devan memberiku rumah yang dekat dengan kantor. Agar aku tidak kelelahan pulang dan pergi nanti." "Aku bisa antar dan jemput kam
Read more

Liana Membuatku Emosi

Pov Dewa Hari ini rasanya sangat malas untuk pulang kerumah. Sejak Zahra memutuskan untuk keluar dari rumah Ibu dan tinggal di rumah dinas, rasanya tidak ada lagi yang membuatku bersemangat untuk pulang ke rumah. Padahal dulu saat Zahra masih tinggal di rumah Ibu, aku kerap pulang larut malam bahkan sampai tidak pulang, karena merasa bosan dan jenuh. Justru aku lebih memilih berlama-lama bersama Liana dari pada dengan istriku sendiri. Sekarang, setelah Zahra benar-benar pergi dari rumah ini, baru aku sadar bahwa betapa merasa kehilangannya diriku. Rasanya sangat hampa dan kosong. Semangat hidupku seakan terbang dan menguap entah kemana. Sejak awal menikah, Zahra selalu mengurusku dengan baik. Apapun sudah dia siapkan. Semua sudah tersedia sebelum aku memintanya. Tidak seperti Liana. Setiap pagi aku harus berteriak-teriak padanya. Baju kerjaku, sarapan pagi dan lainnya, semua serba harus diingatkan. Mau tidak mau aku jadi membanding-bandingkan antara Zahra dan Liana. Ah, aku jadi
Read more

Aku Jatuh Cinta Padanya

Pov Dewa"Silahkan diminun tehnya, Pak Dewa!" Aku menoleh pada Siska- perawat Ibu yang sedang meletakkan segelas teh panas untukku di atas meja. "Terima kasih, Siska" "Sama-sama." Siska tersenyum padaku. Aku tersentak ketika wanita itu tiba-tiba saja mengedipkan sebelah matanya padaku ketika sedang berjalan melewatiku.Astaga! Perempuan ini berani sekali. Segera kupalingkan wajahku. Untunglah Liana tidak melihatnya tadi. "Seharusnya kamu yang menyediakan minum untukku setiap pulang kerja!" ketusku pada Liana seraya melangkah masuk ke dalam kamar. Ternyata Liana tidak menyerah. Dia terus mengikutiku hingga ke kamar. "Maaaas!" Liana memekik seraya menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. "Haduuh, apalagi, sih?" berangku dengan wajah menggelap. "Kamu harua menyetujui acara resepsi ini, Mas!" Astaga! Ternyata dia benar-benar serius dengan permintaannya ini. Perempuan ini akan terus merengek sebelum permintaannya dikabulkan. Bikin pusing saja! "Ya sudah! Kamu atur saja acaranya!
Read more

Undangan Resepsi

"Persiapkan diri kalian agar mancapai target penjualan bulan ini. Karena bulan depan Saya akan memilih satu manager pemasaran untuk kantor cabang ini. Dan tentunya salah satu dari kalianlah yang akan saya pilih." Keenam supervisor itu mengangguk pertanda paham setelah mendengar penjelasanku. Mereka tampak sangat bersemangat. "Berkompetisilah secara sehat dan profesional. Terus tingkatkan penjualan di wilayah kalian masing-masing! Jika tahun ini target penjualan perusahaan tercapai, kita semua akan mendapatkan bonus akhir tahun. Menyenangkan, bukan?" Wajah mereka tampak berseri-seri. Mas Dewa dan Devan memang tidak salah memilih mereka. Semangat kerja keenam supervisorku ini sangat tinggi. Setelah rapat selesai, Aku kembali ke ruanganku. Sudah hampir sebulan aku bekerja di kantor cabang ini. Sungguh banyak sekali yang harus kami persiapkan di awal-awal operasional dimulai. Beruntung Ivan memberiku seorang asisten. Tadinya aku menolak karena Ivan memlilih asisten laki-laki untukku
Read more

Gaun Untuk Pesta

Setelah Figo kembali ke ruangannya, mataku tertuju pada undangan yang diberikan Figo tadi di atas mejaku. Sejak tadi aku memang belum sempat membukanya. Setelah meraih, kemudian aku membukanya perlahan. Undangan cantik berwarna silver ini jelas tertulis nama Dewa Mahendra dan Liana Cantika. Semoga saja setelah ini Mas Dewa akan lebih mempermudah perceraian kami. Sejak dia mengantarku waktu itu, Mas dewa berkali-kali datang ke rumah dinasku. Namun aku hanya memperbolehkannya duduk di teras. Berkali-kali pula aku menolak kedatangannya. Aku melanjutkan membaca barisan tulisan yang ada pada undangan tersebut. Ternyata Liana berhasil membujuk Mas Dewa untuk mengadakan resepsi di salah satu hotel berbintang di kota ini. Tiba-tiba saja terlintas bayangan saat aku menikah dulu. Aku dan Mas Dewa menikah dan mengadakan acara resepsi di sebuah balai warga yang cukup luas. Walau tak semewah di hotel, saat itu aku sangat bahagia. "Pasti saat ini Liana pun sangat bahagia," gumamku seraya ter
Read more

Sekhawatir Itukah Dia ?

Aku memandang puas tampilanku di cermin. Menggelung rapi rambutku dengan hiasan sirkam berbatu swarovsky berwarna silver. Sangat cocok dengan hiasan wajah dengan warna-warna natural namun berkesan elegan. Setelah semua terasa pas dan sempurna, kulangkahkan kaki menuju pintu keluar. Hari ini aku memang telah memutuskan untuk pergi sendiri ke acara resepsi Mas Dewa. Figo sempat membantah saat aku mengatakan akan menyetir mobil sendiri. Namun Aku berhasil meyakinkan asistenku itu, dan akhirnya menyerah tidak lagi membantahku. Devan pun sempat meragukanku. Sejak pagi tadi sudah dua kali pria itu membujukku agar naik taksi online saja. Pasti Figo yang memberitahukan hal ini pada Devan. Konon Figo telah lama mengenal Devan. Jadi aku tidak heran jika Figo memang dekat dengan Devan. Namun aku pun berhasil meyakinkan pria blasteran itu. Diam-diam hatiku menghangat menerima perhatian darinya. Sebenarnya tanpa sepengetahuan Figo, sudah beberapa kali aku menyetir mobil sendiri, walau hanya jar
Read more

Lepaskan Istri Saya

Persis seperti di novel-novel, yang menceritakan bahwa si wanita akan sedih dan merasa terpuruk melihat suaminya bersanding dengan wanita lain, dan disaksikan oleh banyak tamu undangan. Cih, aku bukan wanita lemah seperti itu. Dulu aku memang pernah mencintai ķbahkan memuja laki-laki tampan yang saat ini berdiri gagah di atas pelaminan itu. Namun kini semuanya telah berbeda. Rasa itu telah menguap dan hilang tak berbekas. Liana dan Mas Dewa ternganga dengan mata melebar memandang kami yang semakin dekat ke pelaminan. Liana nampak lebih shock melihat aku bergandengan dengan Devan, CEO idaman hampir semua karyawan wanita. Bahkan konon ada yang bilang, Liana sempat memuja mantan CEOnya itu. Sementara Mas Dewa terlihat jakunnya turun naik memandangku. Namun aura kemarahan terpancar jelas dari sorot matanya. Kedua0ptangannya mengepal kuat hingga terlihat buku-buku jarinya yang memutih. Devan semakin merapatkan tubuhnya padaku. Satu tangannya meraih jemariku dan menggenggamnya. Dad
Read more

Saya Akan Membuatnya Bahagia

"PAK DEVAN! TOLONG LEPASKAN ISTRI SAYA! " Sontak langkah kami terhenti. Perlahan aku melepaskan diri dari genggaman tangan Devan. Suasana mendadak menjadi hening karena suara Mas Dewa yang menggelegar hingga ke seluruh sudut ruangan yang luas ini. Saat ini kami sukses menjadi pusat perhatian semua tamu undangan di ballroom hotel ini. Perlahan para tamu mulai mendekat karena ingin tahu apa yang sedang terjadi. Bisikan- bisikan dari para undangan mulai terdengar dari segala penjuru. Aku tercengang melihat Mas Dewa dengan langkah panjang berjalan menuruni pelaminan. Wajahnya merah padam. Kilatan amarah terpancar dari kedua matanya. Dadanya turun naik dan napasnya memburu. Emosi Mas Dewa seakan ingin meledak. Kedua tangannya mengepal begitu kuat, rahangnya mengetat memperlihatkan urat-urat lehernya yang membiru. "Mas Dewa ...! Apa-apan kamu, Mas? Mas Dewa jangan bikin malu, dong! Mas Dewaaaa...!" Mas Dewa tak menghiraukan lagi teriakan Liana memanggil namanya berkali-kali agar kemba
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status