Semua Bab Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter: Bab 91 - Bab 100

220 Bab

BAB 101: Briliant

“Madam, apakah menjadi korban bully banyak orang adalah sebuah rumor yang buruk bagi korban bully? Apakah Anda menganggap orang yang pernah menjadi korban bully itu memiliki catatan hitam? Bagaimana dengan sang pelaku bully? Anda ingin menamainya apa?.” Pertanyaan balik Winter membuat madam Valleria langsung menjauhkan diri dari microfon dan mematikannya, madam Valleria langsung menekan tombol merah sebagai tanda penolakan atas audisi Winter. Semua orang cukup di buat kaget karena madam Valleria mengambil keputusan sebelum di minta. Akan tetapi keputusan tergesa madam Valleria membuat banyak orang berpikir bahwa tidak sepatutnya dia bersikap buruk padahal dia seorang guru attitude. Apa yang madam Valleria lakukan membuat banyak murid dan guru yang menonton menganggap jika madam Valleria tidak memiliki rasa belas kasih sayang yang adil pada muridnya dan tidak menghormati Winter sebagai sesama wanita. Sikap angkuh madam Valleria hanya membuat dia tidak mendapatkan rasa hormat lagi d
Baca selengkapnya

BAB 102: Perubahan Orang-orang

Brakk! Suara bantingan pintu terdengar cukup keras hingga meninggalkan dengingan di lorong. Paula memasuki sebuah ruangan kosong dengan mata memerah menahan tangisan yang begitu kuat mendesaknya. Suara pengumuman Winter lolos audisi terdengar di mana-mana seperti sebuah terror yang begitu menakutkan bagi Paula. “Arght!” erang Paula meledak-ledak begitu marah usai melihat apa yang terjadi beberapa saat yang lalu. Paula sangat marah karena Winter menjadi pusat perhatian banyak orang dan berhasil memutar balikan penilaian orang-orang hanya dengan satu kali tampil. Susah payah Paula membentuk karakter Winter menjadi buruk dan menjadi pusat kebencian semua orang, namun dengan mudahnya Winter menghancurkan itu semua. Hati Paula memanas, amarah yang tidak terkendali membuat dia mengambil bangku dan melemparnya dengan keras. “Winter sialan! Seharusnya aku yang ada di sana! Seharusnya tidak seperti ini. Ini tidak adil!” teriak Paula kian marah. Paula bernapas dengan cepat, gadis itu ter
Baca selengkapnya

BAB 103: Kehidupan Marius

Dalam lorong yang cerah, dinding-dinding kaca besar dan indah membuat sinar matahari menerangi setiap sudut ruangan. Marius menggerakan kursi rodanya dan berjalan sendirian. Pria itu mengenakan pakaian yang formal sore ini, namun ekspresi di wajahnya terlihat tegang terlihat tidak begitu terlepas seperti biasanya. Marius menegakan punggungnya begitu dia sampai di depan pintu besar yang langsung di sambut oleh dua orang sekretaris yang terlihat sangat mengenali dirinya. Kedua sekretaris itu langsung membungkuk memberi hormat melihat kedatangan Marius dan segera membantu membuka pintu. Marius tetap menunjukan ekspresi dinginnya yang tidak terbaca. Kursi roda yang di dudukinya bergerak melewati pintu, Marius masuk ke dalam sebuah ruang besar yang menjadi ruangan kerja. Kedatang Marius ke ruangan itu membuat Levon, ayahnya Marius yang semula sibuk berbicara dengan seseorang di handpone langsung mengakhiri perbincangannya. Tanpa memberi salam, Marius menggerakan kursi rodanya lagi dan
Baca selengkapnya

BAB 104: Dendam Lama

Dalam kesunyian Marius bergerak dengan kursi rodanya, sorot matanya yang dingin menyimpan segunung cerita yang hanya bisa dia simpan di dalam hatinya. Marius datang menemui Levon karena dia pikir hanya mereka berdua yang akan berbicara serius setelah sekian lama tidak saling menyapa, namun apa yang Marius harapkan tidak terjadi. Kehadiran Marius di perusahaan mencuri perhatian beberapa orang yang mengenalnya, namun pria itu tidak membiarkan siapapun berani mendekatinya. Marius sibuk dengan dunianya dan bergelut dengan kemarahan-kemaraan yang membuat dia semakin muak untuk berada di perusahaan, tempat yang dulu begitu sangat dia banggakan. Kini kebanggan itu sudah hilang seperti bayangan yang berada dalam kegelapan. “Marius” panggil Sean dengan cukup keras. Sean berjalan dengan cepat mengejar kepergian Marius yang tetap bergerak menjauh. “Marius, tunggu!” panggil Sean lagi. Marius langsung membalikan kursi rodanya dan melihat Sean yang berjalan dengan cepat kerahnya. Kedua pria i
Baca selengkapnya

BAB 105: Masalah Lama

Marius sedikit mengangkat wajahnya dan membalas senyuman Shanom. “Seperti yang kau harapkan. Masih lumpuh tidak bisa berjalan,” jawab Marius dengan kasar. Shanom sedikt tersentak kaget, wanita itu langsung membuang mukanya dan enggan untuk bersuara lagi karena Marius akan berbicara kurang ajar kepadanya. “Minggu depan adalah hari ulang tahun pernikahan ayah dan ibu. Kau harus datang,” Sean angkat bicara, pria itu sengaja membahasnya untuk menutupi rasa canggung ibunya yang di permalukan oleh Marius. “Datanglah sendiri karena mereka ayah dan ibumu. Ibuku ada di rumah,” jawab Marius terdengar datar. “Jaga bicaramu Marius, kita adalah keluarga,” geram Sean. “Aku tidak memiliki keluarga kelomok criminal,” jawab Marius yang menyiratkan sesuatu. “Marius. Hentikan.” Nasihat Levon terdengar lembut, Levon tidak ingin bertindak keras karena itu hanya akan membuat Marius pergi lagi. Semua orang langsung di buat diam, begitu pula dengan Marius yang menutup mulutnya dan masih memasang ekspr
Baca selengkapnya

BAB 106: Warisan

“Apa maksud Ayah? Kenapa berbicara seperti itu? Jelaskan semuanya dengan benar agar aku tidak kebingungan,” desak Sean. “Aku sudah membicarakan ini semua dengan beberapa orang sejak tiga minggu yang lalu. Sekarang, notariesku akan memberitahun warisan yang akan kalian dapatkan, warisan ini sudah sah di mata hukum dan tidak dapat di ganggu gugat lagi. Dua jam setelah ini, aku akan langsung melakukan konperensi pers di depan media untuk pengumumankannya resmi.” Mata Sean melebar, “Ayah kenapa terburu-buru? Ayah masih sehat. Kenapa terburu-buru mengumumkan pembagian warisan?.” “Ya, sekarang aku masih sehat. Namun, jika esok hari aku tiba-tiba meninggal, semua hartaku akan menjadi rebutan,” jawab Levon dengan suaranya yang serak. “Levon, berhenti berbicara sembarangan.” Shanom angkat bicara, sekilas wanita itu melihat Marius dengan tajam. “Kita tidak perlu membicarakan warisan.” “Jika kau tidak mau membicarakannya. Keluarlah. Aku tidak akan memaksa siapapun yang tidak mau menerima
Baca selengkapnya

BAB 107: Hitam Putih

Kedua pria itu saling diam dan merenung dalam kesunyian dalam waktu beberapa menit. “Mengapa kau terlihat tidak bahagia?” Tanya Levon dengan suara yang serak dan napas yang tersendat-sendat. Semua orang berlomba-lomba untuk mendapatkan bagian mereka, bahkan mereka tidak berhak mendapatkan, merasa memiliki hak untuk mendapatkannya. Terutama Sean dan Shanom. Levon sangat tahu apa yang sesungguhnya terjadi di belakangnya, Levon tahu seperti apa kelicikan Shanom dan Sean yang beberapa kali berusaha menyingkirkan Marius dan merebut apapun yang di miliki Marius, termasuk merebut Kimberly. Levon juga tahu ada berapa banyak rencana yang di buat Shanom dan Sean untuk mendapatkan harta Levon. Sean yang menduduki jabatan di dalam perusahaan selalu berusaha mengubah banyak hal dan diam-diam membuat orang-orang yang dulu setia kepada Levon mengkhianatinya. Karena itulah, dengan tergesa Levon membuat keputusan dari sekarang agar tidak terjadi sesuatu di masa depan. Levon memberikan begitu ban
Baca selengkapnya

BAB 108: Mengembalikan Perbuatan Paula

Dua orang wanita berseragam pakaian pegawai butik berdiri di belakang Paula, mereka diam dan hanya memperhatikan bagaimana Paula mencoba dan mengambil pakaian manapun yang dia mau tanpa melihat sedikitpun harganya. Sudah banyak barang yang Paula jual demi menunjang gaya hidupnya selama dia kehilangan pemasukan dan jauh dari Winter hingga kehilangan rumah mewahnya. Kini, begitu Winter kembali mengajaknya berbelanja, Paula kehilangan kendali dengan kesenangan yang membuncah di hatinya. Loona, manager butik itu tersenyum formal di samping Winter yang kini berdiri jauh dari Paula karena Paula tidak memberikan izin Winter berdiri dekat-dekat dengannya. Paula tidak peduli, meski Winter yang membayar semua yang Paula ambil, Paula tetap tidak ingin Winter lebih mencolok darinya, apalagi kini Winter sudah semakin kurus dan pandai berdandan. Paula tidak suka jika Winter berpakaian lebih mahal dan modis darinya. Paula marah jika Winter terlihat lebih cantik darinya. Paula tetap ingin, saat s
Baca selengkapnya

BAB 109: Bersenang-senang

Paula mengambil sendok dan memulai makan dengan lahap. “Winter, kak Vincent sudah kembali ke Manchester. Apakah sekarang kita bisa pergi bersama lagi dan aku bisa bermain ke rumahmu?” “Aku minta maaf Paula. Kak Vincent masih belum mengizinkannya, dia malah menambahkan pengawal untukku, Nai selalu melaporkan setiap delapan jam sekali. Meski begitu, kita bisa bertemu di sekolah, dan aku masih bisa mengajakmu sesekali untuk keluar seperti ini. Ku harap kau tidak marah, aku akan berusaha meyakinkan kak Vincent jika kau bukanlah sahabat yang buruk untukku. Aku juga berusaha membujuk ayahku untuk kembali memberikanmu uang jajan di setiap minggunya. Ku harap kau mau bersabar menunggu.” Kali ini Paula mengangguk setuju dan tidak marah seperti sebelumnya. Hal itu di karenakan Paula yakin dengan apa yang di lakukan Winter hari ini kepadanya sudah cukup membuat dia percaya bahwa Winter memang tidak berubah kepadanya. “Winter. Kontesmu tadi siang terlihat buruk dan kacau,” komentar Paula sam
Baca selengkapnya

BAB 110: Masa Lalu yang Tertinggal

Malam yang indah memanjakan mata, setelah sekian lama tidak menyetir, kini Winter bisa merasakan bagaimana bepergian dengan begitu tenang tanpa bersembunyi. Mobil yang di kendarai Winter bergerak semakin cepat membelah jalan kota Loor yang indah dan tidak pernah sepi. Dua buah mobil pengawalan tidak pernah lepas memantau dan mengikuti. Winter melihat ke sekitar, menikmati pemandangan di sekitarnya sambil menyetir. Perlahan sudut Winter terangkat membentuk senyuman puas karena suasana hatinya menjadi semakin baik dengan jalan-jalan di malam hari. Hari-hari yang Kimberly jalani sebagai Winter Benjamin mulai membuat jiwa Kimberly nyaman meski belum sepenuhnya dia berdamai dengan masa lalunya. Kini timbul rasa penasaran di dalam jiwa Kimberly mengenai kehidupan orang-orang yang dulu mengkhianati Kimberly. Apakah Tuhan sudah memberikan mereka karmanya? Ataukah Tuhan membiarkan mereka tetap bahagia? Jika mereka masih baik-baik saja, maka Winterlah yang akan membuat perhitungan. Wint
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
22
DMCA.com Protection Status