Home / Romansa / Kehidupan Gelap CEO / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Kehidupan Gelap CEO: Chapter 71 - Chapter 80

131 Chapters

What I feel

Gerald terbangun dari tidurnya dengan perasaan bahagia. Suara kicauan burung yang bertengger di pagar teras kamarnya menambah kesan alam. Gerald menghirup udara di pagi hari dengan begitu rakusnya. Ia tidak sabar melakukan aktivitas weekendnya kali ini. Hari ini ia berencana membawa Ana untuk jalan-jalan ke mall."Apa dia sudah bangun?" gumam Gerald sambil melirik jam di atas nakas yang menunjukkan pukul setengah enam pagi.Gerald segera beranjak dari tempat tidurnya dan kemudian mencari keberadaan Ana. Sialnya semalam Gerald tidak berhasil untuk tidur di kamar perempuan itu. Ana seakan tahu jika dirinya akan menerobos masuk ke dalam kamar perempuan itu tengah malam dan alhasil perempuan itu mengunci pintu kamarnya agar Gerald tidak bisa masuk. "Selamat pagi tuan." sapa Asti sambil menundukkan kepalanya. Gerald melenggang begitu saja tanpa membalas sapaan Asti.Gerald mengetuk pintu kamar Ana beberapa kali tapi tak kunjung dibuka oleh Ana. Gerald yang melihat bahwa kamar Ana tidak te
Read more

Give You comfort

"Ini dapur, mulai sekarang kau harus melayani karyawan yang ada di lantai ini. Tidak terlalu banyak karyawan yang ada di lantai ini, tapi disini merupakan tempat para petinggi-petinggi perusahaan. Jadi jaga ucapan dan tingkah lakumu." ujar perempuan yang diketahui adalah seorang HRD perusahaan."Baik bu." "Baiklah, kau bisa mulai bekerja. Mungkin kau bisa mulai dengan membersihkan dapur ini." "Hai," sapa seorang perempuan dengan pakaian OG."Hai,""Kayaknya lo anak baru ya, soalnya gue baru lihat lo disini. Kenalin gue Dinda." ujar perempuan bernama Dinda sambil mengulurkan tangannya."Arabella, panggil aja Bella." balas Bella dengan senyum lebarnya."Oke Bella, mulai sekarang kita teman." Setelah saling berkenalan, Dinda ikut membantu Bella membersihkan dapur."Oh iya boleh tanya?" tanya Bella membuka kembali obrolan dengan Dinda."Boleh, mau tanya apa? Asal jangan tanya gue punya pacar atau enggak, gue sensitif kalau masalah itu hahahaha." ujar Dinda sambil diselingi dengan canda
Read more

Candle light dinber

"Kenapa kita kesini?" tanya Ana dengan pandangan bingung.Gerald membawa Ana ke sebuah restoran mewah yang hanya didatangi oleh orang-orang berkelas tinggi. Dan Ana tentu tahu seberapa mahalnya menu makanan di restoran ini. Bahkan untuk menginjakkan kakinya ke dalam restoran Ana merasa takut. Bagaimana jika ia tidak sengaja menggores lantai marmer restoran dengan sepatu heels yang ia pakai. Mana bisa ia membayar kerugiannya. "Tentu saja untuk makan." balas Gerald sambil memutar matanya dengan malas.Ana menghentikan langkahnya di depan pintu masuk restoran. Gerald menggeram dengan tingkah Ana hari ini yang menguras kesabarannya. Tidak bisakah Ana bersikap penurut untuk hari ini saja? Jangan sampai Ana mengacaukan rencana yang sudah Gerald buat."Apa lagi sekarang Ana!" lama-lama jika emosi Gerald sudah memuncak ia akan langsung menikahi perempuan itu sekarang juga.Ana menatap Gerald dengan pandangan seakan meminta Gerald membaca isi pikirannya. "Bagaimana jika nanti Gerald menyuruh
Read more

Rejection

"Menikahlah denganku!" "Apa!" Ana menutup mulutnya yang tadi sempat berteriak karena saking terkejutnya. Ana mencubit lengannya untuk memastikan jika ini bukan mimpi. "Awwh." Ana meringis kesakitan dan ternyata ini bukan mimpi. Gerald benar-benar sedang melamarnya.Ana memutar otak bagaimana ia bisa menolak lamaran Gerald dengan alasan yang logis. "Akuu__." Ana meremas ujung baju yang ia pakai."Aku tidak bisa menerimanya." ujar Ana dengan suara cepat sampai membuat Gerald harus terdiam sebentar untuk mencerna kalimat Ana."Apa! Kau menolakku! Beraninya kau menolakku Ana!" Gerald dengan rasa malunya bangkit dari tempat berlututnya. Ia tersenyum tak percaya jika Ana akan menolak dan mempermalukannya di depan pelayan restoran. "Sepertinya aku harus pulang sekarang." Ana bangkit dari duduknya. Ia harus segera pergi dari tempat ini sebelum Gerald akan memakannya hidup-hidup.Belum sempat Ana melarikan diri, Gerald sudah terlebih dahulu mencekal tangannya dan menariknya dengan cukup k
Read more

Effort

Gerald mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan sinar matahari yang masuk ke dalam matanya. Tatapannya menyusuri sudut kamar. Tatapannya terpaku pada sosok yang ada di bingkai foto besar yang terpajang di depannya. Foto ibu dan adiknya yang diambil satu tahun sebelum kematian adiknya. Dan foto itu menjadi foto terakhir yang Gerald punya. Semalam Gerald benar-benar menginap di rumah ibunya. Ia bahkan tertidur di kamar milik ibunya. Gerald menatap jam dinding yang menggantung di dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Gerald segera beranjak dari tempat tidur. Tangannya meraih ponsel dan mengetikkan sesuatu disana. Setelah mengirimkan pesan kepada seseorang, Gerald beranjak masuk ke kamar mandi. Tok tok"Sir, saya membawa pakaian yang anda minta." ujar Jack dari balik pintu kamar."Letakkan diatas tempat tidur!" "Baik sir." Jack membuka pintu kamar dan meletakkan pakaian Gerald ke atas tempat tidur dan setelah itu kembali keluar.Gerald keluar dari kamar mandi dengan keadaan
Read more

Apology

"Sedang apa kau disana?" resepsionis di depan Ana berjalan mendekati seorang perempuan yang berdiri di depan ruangan Gerald. "Sa_ya seda_ng membersihkan kaca bu." dalih perempuan berseragam OG tersebut. Ana mengerutkan keningnya mendengar kebohongan perempuan OG tersebut. Jelas-jelas ia sudah ketahuan sedang mengintip ruangan Gerald. Bahkan Ana juga melihatnya sendiri. "Jelas-jelas saya melihat kamu mengintip ruangan CEO dengan mata kepala saya sendiri!" "Saya bersumpah bu! Saya tidak mengintip ruangan ini! Mana berani saya melakukannya." wajah perempuan itu terlihat pucat pasi seperti mayat. Mungkin karena ia ketahuan melakukan kejahatan."Kembali ke tempatmu! Awas saja jika sampai ketahuan lagi mengintip ruangan CEO! Saya nggak akan segan-segan laporkan kamu ke bos!" "Terimakasih bu." Entah hanya perasaan Ana atau memang perempuan berseragam OG itu menatapnya dengan tajam saat d
Read more

Effort (2)

Ana mengintip beberapa kali ke arah ruang kerja Gerald. Pintu ruang kerja Gerald memang sedikit terbuka sehingga ia bisa melihat kegiatan Gerald dari celah pintu tersebut. Sejak Gerald bertemu dengan ayahnya di kantor, Ana merasa jika perasaan laki-laki itu sedang buruk. "Non Ana kenapa cuman berdiri disana, lebih baik buatkan sesuatu untuk tuan agar mood tuan menjadi lebih baik." ujar bi Asri yang juga sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Ana. Bi Asri dibuat gemas dengan tingkah Ana yang terus mengintip gerald dari luar ruangan. Ana menggelengkan kepalanya. "Enggak ah bi, takut." Ana pun melangkah mendekati bi Asri. "Bi, boleh tanya?" "Boleh atuh non, mau tanya apa pasti bibi jawab." "Hubungan Gerald dan ayahnya memang enggak baik ya bi?" Wajah bi Asri tiba-tiba membeku mendengar pertanyaan Ana. Sebelumnya tidak ada yang berani membahas tentang masalah ini di rumah ini. Karena jika Gerald sam
Read more

Stupid news

Ana meregangkan tubuhnya yang terasa sakit semua. Kejadian itu kembali terulang. Semalam Ana benar-benar melakukannya lagi bersama Gerald. Jika ingat benar-benar membuatnya hampir gila. "Kau sudah bangun?" Gerald memiringkan tubuhnya menghadap Ana. Satu tangannya menumpu kepalanya. Senyum tipis tercetak jelas di bibirnya.Ana menarik selimutnya dan memastikan Gerald tidak bisa melihat tubuhnya yang terbuka. Wajah Ana terasa panas disuguhkan pemandangan seperti ini. Bayangkan saja, Gerald menghadap ke arahnya dengan dada shirtless Gerald yang terpampang nyata di depan matanya. Dan jangan lupakan senyum tipis yang laki-laki itu perlihatkan. Ana seperti melihat sebuah pelangi saat Gerald tersenyum tipis ke arahnya. Ya itu karena Gerald memang jarang tersenyum ataupun tertawa. Tapi jika diingat akhir-akhir ini ia sering melihat Gerald menunjukkan senyumnya. "Mmm." Ana melirikkan matanya kesana kemari, yang terpenting ia tidak bertatapan langsung dengan Gerald.Gerald memajukkan tubuhnya
Read more

Gerald's wish

"Kau sudah menyiapkan semuanya?" "Sudah sir, saya sudah menyiapkan semuanya. Anda hanya tinggal datang ke butik hari ini dengan nona." Gerald melepaskan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya. Menjadi CEO di sebuah perusahaan besar bukanlah perkara yang mudah. Semakin besar perusahaan yang ia miliki, semakin besar juga tanggung jawab yang harus ia jalani."Bagus, bagaimana dengan pencuri itu? Kau sudah berhasil menemukan siapa orangnya?" sudah sepuluh hari berlalu dan Gerald belum berhasil mendapatkan pencuri itu. Pencuri itu benar-benar sangat licik. "Saya akan segera mencari perempuan yang mencuri dokumen tersebut sir.""Hmm, kau handel rapat hari ini, aku ada urusan lain." Gerald bangkit dari duduknya dan mengambil jas yang tersampir di kursi kerjanya. Gerald mengendarai mobilnya sendiri sekarang. Dengan kecepatan sedang Gerald mengendarai mobilnya menuju rumah. Ia tidak tahu bagaimana
Read more

Wedding dress

"Sesuai kesepakatan, berikan aku dua ratus juta." perempuan itu mengulurkan tangannya ke hadapan laki-laki berjas hitam di depannya.Laki-laki berjas itu tersenyum tipis menatap perempuan angkuh di depannya. Kemudian tangannya mengambil sebuah koper berisi uang yang sudah disiapkan. Ia membuka isi koper tersebut di depan perempuan itu. Mata perempuan itu berbinar melihat koper berisi uang di depannya. Tangannya terulur untuk meraih uang di depannya. Cepat-cepat laki-laki itu menarik koper menjauh dari hadapan si wanita."Berikan dulu dokumennya baru kau bisa mendapatkan uangmu." ujar si pria mengingatkan perempuan di depannya.Tanpa berpikir panjang perempuan itu langsung memberikan dokumen yang ia bawa dan segera merampas koper berisi uang dari tangan laki-laki di depannya. Ia memeluk koper itu dengan sangat erat seakan takut jika koper itu kembali diambil lagi darinya."Kau yakin tidak akan menyesalinya? Kau me
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status