Semua Bab Air Mata Aruna: Bab 21 - Bab 30

83 Bab

BAB 21 : Melepas Hasrat Usai Resepsi

Resepsi pernikahan yang diadakan pada sebuah gedung pernikahan pun berlangsung dengan meriah dan hampir seluruh teman kerja Aruna di Bank hadir. Begitu juga teman baiknya yang bernama Sari. Dan Sari pun hadir bersama pacarnya lalu berkenalan dengan Aruna dan Lukman. Kini dalam pandangan sebagian rekan kerja Aruna, mereka memandangnya sebagai gadis yang beruntung, karena dinikahi oleh nasabahnya yang tajir seperti Lukman, terlebih mereka tahu kalau Aruna punya empat orang adik dan tiga orang adiknya masih memerlukan biaya pendidikan dan semua didengar saat Aruna bercerita tentang keluarganya. Dalam acara photo bersama pengantin itu, Sari sahabat Aruna berbisik padanya, “Gimana udah jebol keperawanan elo?” “Udah.., kemaren malam abis Ijab,” bisik Aruna tersenyum semeringah. “Gue tunggu ceritanya kalau elo udah masuk kantor,” pinta Sari tertawa lebar seraya menyalami kedua mempelai pada saat acara resepsi di gedung itu selesai. Acara yang di hadiri teman-teman kuliah Lukman dan Aruna
Baca selengkapnya

BAB 22 : Dicukur Suami

Aruna dan Lukman pun berjalan menuju halaman parkir gedung resepsi tersebut, menuju mobil yang dikendarai oleh Ahmad. Setelah itu, mereka pun masuk ke dalam mobil dan mobil pun keluar dari dalam gedung bergabung dengan kepadatan jalan di malam minggu ini. Di dalam mobil itu, Aruna menyandarkan kepalanya pada bahu Lukman yang merengkuhnya dengan mesra. Sesekali pucuk kepala Aruna dikecupnya. Terlihat Lukman berbisik di telinga Aruna, “Sayang.., aku lelah sekali. Sampai di rumah boleh aku minta tolong?” “Minta tolong apa Bang?” tanya Aruna mendongak menatap wajah Lukman yang terlihat tampan walau dengan kepala plontos. “Apa bisa nanti kamu buatkan aku telur ayam kampung setengah matang, lalu kamu isi merica bubuk seujung sendok teh.” “Apa bahannya ada di rumah?” tanya Aruna meragukan bahan yang diminta oleh Lukman. “Pak Ahmad, apa ada warung dekat kompleks rumah?” tanya Lukman yang ikut ragu pada bahan yang akan dibuat penambah stamina. “Ada Pak, apa ada yang mau dibeli?” tanya Ahm
Baca selengkapnya

BAB 23 : Kenakalan sang Ipar

Aruna tak dapat menolak keinginan Lukman, untuk menciumi bagian ternikmat miliknya yang baru saja di cukur habis. Dan Lukman yang melihat bentuk polos bagian ternikmat milik Aruna pun tidak bosan-bosannya menciuminya.Dalam hati Lukman pun berbisik, ‘Kenapa punya Aruna aromanya sangat enak.., nggak bau amis atau ada bau yang menyengat yaa? Aromanya enak.’Dijilatinya bagian terluar dan seluruh selangkangan Aruna dengan sesekali mengecup biji kacang merah yang mulai menguncup.“Aarrgh..., Ouwwhh..., Bang..., stop...! Runa haus mau minum dulu.., dan itu juga telur setengah matangnya gimana?” desah Aruna seraya meraih wajah Lukman, saat ia rasa kering pada tenggorokan karena terus mendesah.“Ooh.., aku sampai lupa. Yaa.., sini sayang.. kita main di sofa aja,” Lukman pun menyudahi jilatannya dan mengecup bagian kacang merah Aruna. Lalu beranjak dari tempat tidur dan mengajak Aruna ke sofa yang ada di depan tempat tidurnya.Mereka pun beranjak ke sofa, lalu Aruna meminum susu cair ras
Baca selengkapnya

BAB 24 : Desahan di Kamar Ridwan

Hubungan terlarang yang terjadi pada Ridwan adik Lukman dengan pembantunya yang bernama Tuti, wanita yang lebih tua sepuluh tahun darinya, telah berlangsung cukup lama, kala itu Ridwan berusia tujuh belas tahun masih duduk dikelas dua SMA dan berlanjut sampai ia kuliah. Tuti janda tanpa anak itu, telah dua kali menggugurkan kandungannya dari hubungan terlarang dengan Ridwan. Semua dikarenakan Tuti kasihan pada Ridwan yang pada saat kehamilan pertamanya, Ridwan masih berusia tujuh belas tahun.Terlebih, saat ia katakan pada Ridwan, remaja itu mengancam akan bunuh diri bila Tuti mengatakan pada Mamanya. Maka Tuti pun ke bidan yang bisa menggugurkan kandungannya. Sejak kejadian itu Tuti menolak untuk melayaninya.Sampai akhirnya Tuti yang telah lama tidak merasakan kenikmatan, sengaja masuk ke kamar Ridwan dan kala itu Ridwan kelas tiga SMA, dan Tuti pun mengalami kehamilan kedua karena intensitas hubungan intim yang terus dilakukan oleh mereka. Kembali ia menggugurkan kandungannya.
Baca selengkapnya

BAB 25 : Pagi Indah Pengantin Baru

Sekitar jam empat pagi Aruna telah bangun dari tidurnya dan langsung menuju dapur. Saat itu seluruh penghuni rumah masih terlelap dalam tidurnya. Usai menanak nasi dan menyiangi sayuran dan membumbui ayam dengan merebusnya, Aruna pun berjalan menuju ruang yang berisi jendela dan membukanya.Sementara itu di kamar Ridwan, Tuti yang juga terbiasa bangun pagi walau semalam ia terlambat tidur, bergegas turun dari tempat tidur Ridwan. Namun, saat ia mengambil pakaiannya yang tertindih badan Ridwan, lelaki itu pun terbangun.“Mau kemana Mbak..?” tanya Ridwan saat Tuti mengambil pakaiannya.“Ya mau bangun rapi-rapi rumah,” ungkap Tuti seraya memakai penyangga bagian kenyalnya.Baru saja Tuti mengaitkan penyangga bagian kenyalnya, Ridwan telah kembali menarik tubuhnya dan berkata dengan suara perlahan, “Mbak.., Ayoo sekali lagi. Nggak liat punyaku ikut bangun.”“Bang Ridwan.., ini udah pagi.., sebentar lagi orang-orang akan bangun,” tolak Tuti pada lelaki muda itu.“Mbak Tuti.., ini ken
Baca selengkapnya

BAB 26 : Bulan Madu

Usai mereka membersihkan diri, Aruna yang tengah memakai pakaian bercerita pada Lukman dengan sangat hati-hati mengenai Ridwan adiknya. Awalnya Aruna ingin membiarkan semua yang ia tahu tentang apa yang didengar, namun Aruna merasa kalau saat ini Ridwan adalah adiknya, maka sebelum semua terlambat maka ia pun berniat menceritakan kejadian disubuh tadi.“Bang.., maunya sih Runa nggak cerita ke Abang. Tapi karena merasa ini juga tanggung jawab Run sebagai keluarga maka mau nggak mau, Runa mau cerita apa yang di dengar tadi subuh,” ungkap Aruna panjang lebar untuk mencari sela masuk untuk mengungkapnya.“Masalah apa sayang. Ngomong aja,” pinta Lukman yang juga masih menggunakan pakaiannya.Selesai memakai pakaian dan berhias Aruna duduk di sofa menunggu Lukman selesai berhias. Setelah itu mereka duduk di sofa dengan menggenggam tangan Aruna dan mencium jemarinya yang panjang dan lurus.“Bang.., tadi pagi aku dengar suara.., hmmm.., desahan dari kamar Ridwan,” bisik Aruna menatap waja
Baca selengkapnya

BAB 27 : Hari Pertama Bulan madu

Sesampai di Bandara Ngurah Rai, pasangan pengantin baru itu disambut oleh seseorang yang mengangkat papan nama untuk mencari orang yang dijemput saat Lukman dan Aruna menuju pintu kedatangan. Dan mayoritas penjemput berdiri di depan pintu kedatangan dengan membawa papan nama dari orang yang di jemputnya. “Itu sayang.., kita sudah di jemput,” bisik Lukman di telinga Aruna menunjuk seseorang dan Lukman melambaikan tangan pada seseorang yang meletakan papan nama bertuliskan “Mr. Lukman”. “Dengan Pak Lukman..? Mari Pak,” ajak seorang sopir bersama seorang guide dari Villa Bintang Mas, tempat menginap Lukman dan Aruna. Mereka berjalan mengikuti langkah kaki dua orang yang menjemput mereka menuju parkir tempat mobil. Sesampai di mobil jemputan, sopir dan Lukman memasukkan koper pada bagasi, sedangkan guide hotel dan Aruna masuk ke dalam mobil. “Rencananya akan jalan kemana aja, Buu?” tanya seorang guide wanita yang masuk ke dalam mobil. “Saya hanya tahu pantai Kuta dan pantai Sanur sert
Baca selengkapnya

BAB 28 : Suasana Malam di Legian

Malam ini mereka diantar oleh Putu ke jalan Legian. Tempat dimana terjadi Bom Bunuh diri yang mengagetkan seantero dunia dan banyak memakan korban turis asing juga warga Indoensia sendiri. Oleh Putu, kedua pasangan pengantin itu di turunkan persis di sisi samping berdirinya monumen peringatan Bom Bali 1. Mereka bergandengan tangan, membaca nama-nama yang menjadi korban. Ada perasaan sedih memandang nama-nama yang dibacanya dalam hati. “Kasihan ya Bang.., mereka sedang jalan-jalan seperti kita ini malah jadi korban,” ucap Aruna menitikkan air mata saat membaca 200 nama tertulis disana. “Inilah hidup sayang. Kita nggak akan tahu apa yang akan terjadi di hadapan kita. Yang perlu kita lakukan cuman berdoa dan menjalaninya aja. Hidup kita dan mati kita adalah rahasia dari sang pemberi kehidupan,” ucap Lukman diplomatis. “Ayo kita jalan-jalan. Lihat itu cewek cantik berambut pirang. Santai sekali jalan dengan teman-temannya," tunjuk Lukman pada seorang turis. Gadis cantik masih belia se
Baca selengkapnya

BAB 29 : Selepas Bulan Madu

Selama satu minggu penuh Aruna menjalani bulan madu dengan bahagia dan tepat pada hari ketujuh pada saat mereka akan kembali ke Jakarta Aruna pun menstruasi. Hal itu dirasakannya kedatangannya saat ia keluar dari badan pesawat.“Bang.., sepertinya aku mens..,” bisik Aruna..., aku mau cari pembalut dulu ya.”“Yaa.., carilah dulu. Nanti abang tunggu di tempat pengambilan barang,” ucap Lukman tersenyum ke arah Aruna.Aruna pun berjalan menuju mini market sedangkan Lukman menuju bagian pengambilan barang. Sesampai di bagian pengambilan barang, Lukman menyalakan ponselnya. Terlihat Ridwan menghubunginya tiga kali. Kemudian Lukman pun menghubungi ulang adiknya.“Ya Wan.., Abang udah di tempat pengambilan barang. Sekarang kau ada dimana?” tanya Lukman.“Udah aku tunggu di depan pintu kedatangan. Pak Ahmad tak bisa jemput, karena mama ada pertemuan di group adat,” tutur Ridwan lalu menutup pembicaraan mereka.Setelah tiga puluh menit berlalu, Lukman pun mengambil koper yang berada pada
Baca selengkapnya

BAB 30 : Emosi Aruna

Keesokan harinya pada hari minggu sekitar jam sebelas siang, usai Aruna membantu masak ia meminta izin pada mertuanya untuk berkunjung ke rumah ayahnya.“Mama.., Runa minta izin ke rumah Ayah..,” izin Aruna pada Latifah saat mereka ada di ruang keluarga.“Iyaa.., Runa sesekali tengoklah ayahmu.., pasti adik-adikmu juga kangen kamu,” tutur Latifah memberikan izin menantunya.“Lukman.., antarlah istrimu. Setelah itu kamu harus cek semua barang yang kau punya. Karena kejahatan terjadi kalau kita kasih kesempatan. Besok waktu kamu udah mulai aktif, biar tidak repot lagi urus barang-barang yang hilang,” perintah Papanya.“Iyaa.. Paa.., Maa.., sekarang kami jalan,” pamit Lukman dan Aruna keluar rumah.Di perjalanan menuju rumahnya Aruna berkata pada Lukman, “Bang.., boleh aku bantu biaya untuk adikku yang mau ke Semarang. Soalnya Arimbi kan perlu biaya untuk kos dan isi dari kosnya. Inginnya Runa sih.., biar deket kampusnya. Jadikan menghemat biaya transportasi, lalu di kos itu juga Ru
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status