“Eehh.., kamu itu sebentar lagi kos sendiri di Semarang..! Kalau kamu cuman mau pacaran bebas.., lebih baik nggak usah kamu kuliah!” teriak Aruna pada Arimbi saat dilihat ada foto Arimbi berciuman dengan seorang lelaki.“Apa-apa sih kak..! Orang itu nggak sengaja. Itu looh teman-teman jorokin aku ke cowok itu jadinya seperti itu fotonya,” sangkal Arimbi saat memunguti fotonya.Arumi pun masuk ke dalam kamar Arimbi lalu berkata pada kedua kakaknya, “Kak.., jangan keras-keras berantemnya. Tadi ayah tanya.., apa kakak berdua lagi berantem..”Seketika Aruna terdiam, begitu juga dengan Arimbi. Dan tampak Arimbi masih merapikan photo yang lepas dari albumnya. Setelah itu, Aruna keluar dari dalam kamar adiknya berjalan menuju kamar Arumi.Di dalam kamar Arumi itu Aruna menangis karena kesal dan kecewa pada adiknya. Namun dia tidak berani mengatakan apa pun pada adiknya. Dan Arumi yang melihat kakaknya menutup wajahnya langsung memeluk tubuh kakaknya.“Kak Runa.. jangan sedih seperti i
Akhirnya, Aditya dapat membujuk Arimbi untuk makan bersama. Dan dengan sengaja Aruna tidak mengajak ayahnya untuk ikut dalam acara makan bersama itu, karena ia ingin menuntaskan masalah dengan adiknya. Lalu Aruna ke kamar ayahnya dengan memberikan alasan.“Ayah.., maaf tunggu rumah dulu yaa.., soalnya Runa takut waktu abang datang, semuanya pagi nggak di rumah. Makanya Runa minta tolong Ayah tunggu abang yaa,” pinta Aruna.“Iyaa.., nggak apa-apa. Juga ayah memang lagi malas keluar,” ucap Darmawan.“Tapi nanti ayah jangan makan dulu yaa.., nanti Runa kirim suruh orang ke rumah. Biar Ayah juga makan makanan kesukaan ayah. Tunggu yaa Yah..,” ucap Aruna berpamitan pada Darmawan.Setelah itu, taxi yang di pesan Aruna pun datang. Hanya Aditya aja yang ikut di taxi sedangkan Andika memakai motor. Sampai akhirnya sekitar tiga puluh menit kemudian mereka pun sampai di restoran seafood.“Ayoo.. kita masuk barengan,” ajak Aruna pada adiknya Arimbi dan Arumi, tetapi Arumi menolak, dan tampa
Usai Aruna membawa makanan untuk ayahnya, ia pun berpamitan pada Darmawan dengan alasan kalau ia akan merapikan pakaian yang kemarin belum ia keluarkan dalam koper usai jalan-jalan ke Bali. “Ayah.., Runa pulang dulu. Bentar aja adik-adik juga pada balik ke rumah. Tadi Runa sengaja duluan..,” ucap Aruna pada Darmawan. “Yaa.., Runa. Terima kasih kamu masih perhatian sama adik-adikmu. Sampaikan salam ayah untuk mertuamu dan Lukman ya,” ucap Darmawan pada putrinya. Aruna pun mencium punggung tangan ayahnya. Lalu, ia pun keluar rumah itu saat dilihat pesanan taxi Online nya telah datang. Di dalam taxi, Aruna menghubungi Lukman yang saat ini sedang berada di tokonya. “Bang.., masih lama di toko?” tanya Aruna dalam sambungan telepon. “Sore baru aku pulang, sayang..., Tumben nanya kapan pulang. Memang lagi pengen yaa?” tanya Lukman menggoda Aruna. “Bang.., Runa lagi kesel banget liat kelakuan Arimbi. Makanya maunya Abang cepet pulang,” ungkap keresahan hati Aruna. “Baiklah sayang.., se
Usai mereka melakukan hubungan intim, Aruna pun membersihkan diri dan keluar dari kamarnya. Tampak, Latifah sang mertua tersenyum memandang menantunya yang baru keluar dari dalam kamar, usai putranya kembali dari toko emas miliknya.Dalam hati Latifah pun bergumam, ‘Semoga saja.., menantuku cepat hamil. Semoga saja Lukman setiap hari pulang sore jadi staminanya lebih bagus untuk membuat menantuku hamil.’“Maa.., mama kok melamun.., ada apa Maa?” tanya Aruna memandang ke arah Latifah di ruang keluarga.“Kemari sayang..,” pinta Latifah begitu menyangyangi Aruna. Dan Aruna yang sudah lama tidak mempunyai seorang ibu pun merasa sangat bahagia karena memiliki seorang ibu mertua yang sangat perhatian.Aruna pun duduk di sisi Latifah. Lalu, sang mertua memegang tangan menantunya dan berkata, “Aruna.., apakah pekerjaan kamu di Bank nggak buat kamu kelelahan? Mama takut kamu kecapean.”“Nggak kok Maa.., Runa kan kerjanya duduk aja,” jawabnya tersenyum memandang ke arah sang mertua.“Baga
Pagi dini hari, sekitar pukul satu pagi Tuti sang pembantu yang telah mendapat teguran langsung dari Aruna, kembali melakukan ulah dengan mendatangi kamar Ridwan dini hari. Dan saat ia keluar dari kamarnya, Iyem sesama pekerja di rumah itu telah pula mengingatkannya.“Mbak.., jangan ke kamar bang Ridwan. Nanti kak Runa tahu.., Mbak Tuti bisa di pecat,” ucap Iyem perlahan kala Tuti beranjak dari tempat tidurnya.“Yem.., jangan berisik. Ini yang terakhir kata bang Ridwan.., aku udah janji akan ke kamarnya. Kasian kalau bang Ridwan menunggu terlalu lama. Setelah itu, aku akan balik lagi. Nggak mungkin sampai pagi,” janji Tuti seraya keluar dari kamarnya menuju kamar Ridwan.Dengan mengendap-endap, Tuti berjalan perlahan menuju lantai satu tempat kamar Ridwan berada. Dan Ridwan sendiri telah menunggu Tuti dengan tidak mengunci pintu kamarnya, hingga Tuti pun dengan mudah masuk ke dalam kamar Ridwan.Sesampai di kamar itu, tampak Ridwan telah menunggu dengan tubuh polos tanpa selembar
Tuti yang diminta berpamitan dengan Latifah pun melakukan permintaan Aruna. Dan saat Aruna tengah membangunkan Lukman dari tidurnya, Ridwan bergegas menemui Tuti yang telah bersiap keluar dari rumah keluar Latifah. “Mbak.., ini ada uang sedikit untuk kamu cari kos-kos’an. Inget kamu hubungi aku kalau udah dapat kos-kos’an,” pinta Ridwan yang masuk ke dalam kamar Tuti. “Bang Ridwan, makasih. Tapi saya mau cari kerja di tempat lain aja. Soalnya saya masih punya adik yang sekolah dan orang tua saya juga udah tua. Kalau bisa tolong carikan kerjaan untuk saya di rumah teman Abang,” pinta Tuti saat menerima uang sebesar dua juta dari Ridwan. Mendengar permintaan dari Tuti, Ridwan pun berkata, “Gini aja.., kamu tunggu aku di mini market. Nanti aku jemput di sana. Inget, kamu tunggu di mini market,” pinta Ridwan dengan mengecup pipi Tuti. Setelah itu, lelaki muda itu pun keluar dari kamar Tuti sebelum Aruna memergokinya. Sementara itu, Aruna yang membangunkan Lukman justru mendapatkan ser
Usai mengantar Tuti ke mini market tempat ia akan berjumpa dengan temannya, mobil yang dikendarai oleh Lukman pun meninggalkan area parkir mini market tersebut menuju kantor Aruna. Melihat Aruna terdiam selama di dalam mobil, membuat Lukman pun bertanya padanya. “Sayang.., ada apa lagi kok mukanya cemberut seperti itu? Bukannya tadi Abang udah minta maaf..?” tanya Lukman beberapa kali menoleh kearah Aruna. Terlihat tarikan napas dalam Aruna dan pandangan matanya menyapu beberapa kendaraan yang lalu lalang dari kaca bagian depan tanpa menoleh ke arah Lukman. Mobil pun berhenti saat berada di depan lampu merah lalu lintas. Lukman dengan sabar kembali menanyakan Aruna atas kerisauan hatinya saat dilihat dari raut wajahnya yang masam. “Nggak ada apa-apa Bang. Lagi males aja ngomong sama bermuka Mobil yang di kendarai oleh Lukman pun sampai di halaman kantor Aruna. Lalu, Aruna mencium tangan suaminya. Lukman sendiri, mencium kedua pipi Aruna seraya berkata, “Ingat.., kamu sekarang istri
Aruna berjalan bersama ketiga temannya menuju mobil Lukman yang telah menunggu di parkir. Lukman yang melihat kedatangan dari ketiga wanita lain menuju ke mobilnya mengikuti langkah Aruna dari kaca spion segera keluar dari kursi pengemudi dan menyambut mereka dengan senyum yang merekah.Ketiga teman Aruna menyalami Lukman dan mengucapkan terima kasih atas oleh-oleh yang diberikan Lukman, lewat Aruna saat mereka berbasa-basi satu dan lainnya. Terlebih, Lukman juga termasuk nasabah prioritas di Bank tempat mereka bekerja.“Gimana nih, kabar pengantin baru.., kata Arun, ditunda dulu yaa punya momongannya.., biar puas pacaran dulu..,” ucap Yeni tersenyum memandang ke arah Aruna yang terlihat masih malu-malu kala ada di depan Lukman.“Nggak ditunda kok, Bu Yeni.., langsung aja biar di rumah ramai,” sahut Lukman cengengesan menanggapi pertanyaan Yeni yang ikut menyapa Lukman.“Wah.., nggak kompak dong yaa.., pasti Runa takut gemuk tuh, Pak Lukman,” sambung Sari menanggapi perbedaan kein