Usai mereka membersihkan diri, Aruna yang tengah memakai pakaian bercerita pada Lukman dengan sangat hati-hati mengenai Ridwan adiknya. Awalnya Aruna ingin membiarkan semua yang ia tahu tentang apa yang didengar, namun Aruna merasa kalau saat ini Ridwan adalah adiknya, maka sebelum semua terlambat maka ia pun berniat menceritakan kejadian disubuh tadi.“Bang.., maunya sih Runa nggak cerita ke Abang. Tapi karena merasa ini juga tanggung jawab Run sebagai keluarga maka mau nggak mau, Runa mau cerita apa yang di dengar tadi subuh,” ungkap Aruna panjang lebar untuk mencari sela masuk untuk mengungkapnya.“Masalah apa sayang. Ngomong aja,” pinta Lukman yang juga masih menggunakan pakaiannya.Selesai memakai pakaian dan berhias Aruna duduk di sofa menunggu Lukman selesai berhias. Setelah itu mereka duduk di sofa dengan menggenggam tangan Aruna dan mencium jemarinya yang panjang dan lurus.“Bang.., tadi pagi aku dengar suara.., hmmm.., desahan dari kamar Ridwan,” bisik Aruna menatap waja
Sesampai di Bandara Ngurah Rai, pasangan pengantin baru itu disambut oleh seseorang yang mengangkat papan nama untuk mencari orang yang dijemput saat Lukman dan Aruna menuju pintu kedatangan. Dan mayoritas penjemput berdiri di depan pintu kedatangan dengan membawa papan nama dari orang yang di jemputnya. “Itu sayang.., kita sudah di jemput,” bisik Lukman di telinga Aruna menunjuk seseorang dan Lukman melambaikan tangan pada seseorang yang meletakan papan nama bertuliskan “Mr. Lukman”. “Dengan Pak Lukman..? Mari Pak,” ajak seorang sopir bersama seorang guide dari Villa Bintang Mas, tempat menginap Lukman dan Aruna. Mereka berjalan mengikuti langkah kaki dua orang yang menjemput mereka menuju parkir tempat mobil. Sesampai di mobil jemputan, sopir dan Lukman memasukkan koper pada bagasi, sedangkan guide hotel dan Aruna masuk ke dalam mobil. “Rencananya akan jalan kemana aja, Buu?” tanya seorang guide wanita yang masuk ke dalam mobil. “Saya hanya tahu pantai Kuta dan pantai Sanur sert
Malam ini mereka diantar oleh Putu ke jalan Legian. Tempat dimana terjadi Bom Bunuh diri yang mengagetkan seantero dunia dan banyak memakan korban turis asing juga warga Indoensia sendiri. Oleh Putu, kedua pasangan pengantin itu di turunkan persis di sisi samping berdirinya monumen peringatan Bom Bali 1. Mereka bergandengan tangan, membaca nama-nama yang menjadi korban. Ada perasaan sedih memandang nama-nama yang dibacanya dalam hati. “Kasihan ya Bang.., mereka sedang jalan-jalan seperti kita ini malah jadi korban,” ucap Aruna menitikkan air mata saat membaca 200 nama tertulis disana. “Inilah hidup sayang. Kita nggak akan tahu apa yang akan terjadi di hadapan kita. Yang perlu kita lakukan cuman berdoa dan menjalaninya aja. Hidup kita dan mati kita adalah rahasia dari sang pemberi kehidupan,” ucap Lukman diplomatis. “Ayo kita jalan-jalan. Lihat itu cewek cantik berambut pirang. Santai sekali jalan dengan teman-temannya," tunjuk Lukman pada seorang turis. Gadis cantik masih belia se
Selama satu minggu penuh Aruna menjalani bulan madu dengan bahagia dan tepat pada hari ketujuh pada saat mereka akan kembali ke Jakarta Aruna pun menstruasi. Hal itu dirasakannya kedatangannya saat ia keluar dari badan pesawat.“Bang.., sepertinya aku mens..,” bisik Aruna..., aku mau cari pembalut dulu ya.”“Yaa.., carilah dulu. Nanti abang tunggu di tempat pengambilan barang,” ucap Lukman tersenyum ke arah Aruna.Aruna pun berjalan menuju mini market sedangkan Lukman menuju bagian pengambilan barang. Sesampai di bagian pengambilan barang, Lukman menyalakan ponselnya. Terlihat Ridwan menghubunginya tiga kali. Kemudian Lukman pun menghubungi ulang adiknya.“Ya Wan.., Abang udah di tempat pengambilan barang. Sekarang kau ada dimana?” tanya Lukman.“Udah aku tunggu di depan pintu kedatangan. Pak Ahmad tak bisa jemput, karena mama ada pertemuan di group adat,” tutur Ridwan lalu menutup pembicaraan mereka.Setelah tiga puluh menit berlalu, Lukman pun mengambil koper yang berada pada
Keesokan harinya pada hari minggu sekitar jam sebelas siang, usai Aruna membantu masak ia meminta izin pada mertuanya untuk berkunjung ke rumah ayahnya.“Mama.., Runa minta izin ke rumah Ayah..,” izin Aruna pada Latifah saat mereka ada di ruang keluarga.“Iyaa.., Runa sesekali tengoklah ayahmu.., pasti adik-adikmu juga kangen kamu,” tutur Latifah memberikan izin menantunya.“Lukman.., antarlah istrimu. Setelah itu kamu harus cek semua barang yang kau punya. Karena kejahatan terjadi kalau kita kasih kesempatan. Besok waktu kamu udah mulai aktif, biar tidak repot lagi urus barang-barang yang hilang,” perintah Papanya.“Iyaa.. Paa.., Maa.., sekarang kami jalan,” pamit Lukman dan Aruna keluar rumah.Di perjalanan menuju rumahnya Aruna berkata pada Lukman, “Bang.., boleh aku bantu biaya untuk adikku yang mau ke Semarang. Soalnya Arimbi kan perlu biaya untuk kos dan isi dari kosnya. Inginnya Runa sih.., biar deket kampusnya. Jadikan menghemat biaya transportasi, lalu di kos itu juga Ru
“Eehh.., kamu itu sebentar lagi kos sendiri di Semarang..! Kalau kamu cuman mau pacaran bebas.., lebih baik nggak usah kamu kuliah!” teriak Aruna pada Arimbi saat dilihat ada foto Arimbi berciuman dengan seorang lelaki.“Apa-apa sih kak..! Orang itu nggak sengaja. Itu looh teman-teman jorokin aku ke cowok itu jadinya seperti itu fotonya,” sangkal Arimbi saat memunguti fotonya.Arumi pun masuk ke dalam kamar Arimbi lalu berkata pada kedua kakaknya, “Kak.., jangan keras-keras berantemnya. Tadi ayah tanya.., apa kakak berdua lagi berantem..”Seketika Aruna terdiam, begitu juga dengan Arimbi. Dan tampak Arimbi masih merapikan photo yang lepas dari albumnya. Setelah itu, Aruna keluar dari dalam kamar adiknya berjalan menuju kamar Arumi.Di dalam kamar Arumi itu Aruna menangis karena kesal dan kecewa pada adiknya. Namun dia tidak berani mengatakan apa pun pada adiknya. Dan Arumi yang melihat kakaknya menutup wajahnya langsung memeluk tubuh kakaknya.“Kak Runa.. jangan sedih seperti i
Akhirnya, Aditya dapat membujuk Arimbi untuk makan bersama. Dan dengan sengaja Aruna tidak mengajak ayahnya untuk ikut dalam acara makan bersama itu, karena ia ingin menuntaskan masalah dengan adiknya. Lalu Aruna ke kamar ayahnya dengan memberikan alasan.“Ayah.., maaf tunggu rumah dulu yaa.., soalnya Runa takut waktu abang datang, semuanya pagi nggak di rumah. Makanya Runa minta tolong Ayah tunggu abang yaa,” pinta Aruna.“Iyaa.., nggak apa-apa. Juga ayah memang lagi malas keluar,” ucap Darmawan.“Tapi nanti ayah jangan makan dulu yaa.., nanti Runa kirim suruh orang ke rumah. Biar Ayah juga makan makanan kesukaan ayah. Tunggu yaa Yah..,” ucap Aruna berpamitan pada Darmawan.Setelah itu, taxi yang di pesan Aruna pun datang. Hanya Aditya aja yang ikut di taxi sedangkan Andika memakai motor. Sampai akhirnya sekitar tiga puluh menit kemudian mereka pun sampai di restoran seafood.“Ayoo.. kita masuk barengan,” ajak Aruna pada adiknya Arimbi dan Arumi, tetapi Arumi menolak, dan tampa
Usai Aruna membawa makanan untuk ayahnya, ia pun berpamitan pada Darmawan dengan alasan kalau ia akan merapikan pakaian yang kemarin belum ia keluarkan dalam koper usai jalan-jalan ke Bali. “Ayah.., Runa pulang dulu. Bentar aja adik-adik juga pada balik ke rumah. Tadi Runa sengaja duluan..,” ucap Aruna pada Darmawan. “Yaa.., Runa. Terima kasih kamu masih perhatian sama adik-adikmu. Sampaikan salam ayah untuk mertuamu dan Lukman ya,” ucap Darmawan pada putrinya. Aruna pun mencium punggung tangan ayahnya. Lalu, ia pun keluar rumah itu saat dilihat pesanan taxi Online nya telah datang. Di dalam taxi, Aruna menghubungi Lukman yang saat ini sedang berada di tokonya. “Bang.., masih lama di toko?” tanya Aruna dalam sambungan telepon. “Sore baru aku pulang, sayang..., Tumben nanya kapan pulang. Memang lagi pengen yaa?” tanya Lukman menggoda Aruna. “Bang.., Runa lagi kesel banget liat kelakuan Arimbi. Makanya maunya Abang cepet pulang,” ungkap keresahan hati Aruna. “Baiklah sayang.., se
Tepat pada saat kehamilan Aruna yang di prediksi oleh Lukman dan anggota keluarga mereka berusia 7 bulan. Aruna telah mengalami kontraksi dua minggu setelah Lukman mengunjungi Arimbi. Sekitar pukul 2 malam, Aruna merasakan sakit pada perutnya, hingga ia pun meminta pada Lukman untuk mengantarnya ke Rumah Sakit.“Bang, sakit sekali perutku,” keluh Aruna dengan keringat yang membasahi baju dasternya kala menahan rasa sakit teramat sangat pada perutnya.“Apa kamu akan melahirkan? Bukankah, baru kita membuat selamat 7 bulan seminggu lalu,” ungkap Lukman saat Aruna pucat pasi menahan sakit pada perutnya.Latifah yang mendengar rasa sakit pada perut Aruna pun terbangun di tengah malam buta. Wanita yang sangat berbahagia dengan kehamilan Aruna justru meminta Lukman untuk bersiap-siap membawa Aruna ke Rumah Sakit seraya berkata, “Cepat! Kau siapkan mobil. Bisa jadi Aruna melahirkan prematur. Seminggu lalu kan, dia 7 bulan. Bisa jadi dia melahirkan saat kandungannya 7 bulan.”Setelah itu, deng
Enam bulan kemudian di saat Aruna tengah hamil tujuh setengah bulan, saat Lukman mengendarai mobilnya ke toko perhiasan miliknya, terdengar panggilan telepon berulang kali. Hingga akhirnya, Lukman pun menjawab panggilan tersebut.“Hello dari mana?” Tanya Lukman.“Pagi Pak, saya perawat dari Rumah Sakit bersalin di Semarang. Saya ingin menyampaikan, kalau istri Bapak bernama Arimbi telah melahirkan dengan selamat, jenis kelamin laki-laki panjang 51 centi meter. Ini, istri bapak mau bicara,” ucap seorang wanita dari ujung telepon hingga membuat Lukman harus meminggirkan mobilnya ke sisi kiri karena begitu shock saat mendengar apa yang dikatakan perawat tersebut.“Halo, Abang..., maafkan Arim. Maafkan Arim yang nggak mengikuti saran Abang untuk menggugurkan bagi ini. Maafkan Arim, Bang..., hikss....,” tangis Arimbi dalam sambungan telepon perawat tersebut, karena Lukman telah memblokir telepon Arimbi, kala wanita itu menyatakan kehamilannya pada Lukman.“Kapan kamu melahirkan? Aku yang h
Satu bulan setengah, setelah keputusan Aruna berhenti bekerja yang disambut bahagia oleh Latifah dan anggota keluarga lainnya, membuat Aruna harus setiap hari berada di rumah. Terkadang, wanita cantik itu juga ikut Lukman ke tokonya, tetapi kegiatan yang membosankan itu, membuat Aruna memilih tinggal di rumah dengan menonton televisi ataupun membaca buku.Namun, saat Aruna mendengar kabar dari Sari yang telah melahirkan, Aruna pun minta diantar oleh pak Imam selaku sopir pribadi di rumah itu untuk mengantarkannya ke Rumah Sakit, usai ia meminta izin pada Lukman yang sedang sibuk mengurusi begitu banyak pesanan dan pada Latifah yang begitu sangat memperhatikan Aruna.“Pak Imam, tolong hati-hati bawa mobilnya,” tegur Latifah saat Aruna telah berpamitan padanya.Sekitar satu jam perjalanan ke Rumah Sakit, mereka pun sampai pada sebuah Rumah Sakit bersalin. Setelah itu, Aruna pun berjalan menuju ruang perawatan pasca operasi pada Sari, yang melakukan operasi cecar dua hari lalu dengan mem
Setelah berlibur ke Vila, hari ini Aruna yang diminta untuk tidak bekerja oleh Lukman, memaksa bekerja dengan alasan akan ada penilaian kinerja dan ia tidak bisa izin atau cuti mendadak.“Runa, sebaiknya kamu istirahat di rumah? Karena kita akan ke dokter kandungan selesai Abang kerja di toko. Aku nggak mau terjadi apa-apa sama kamu,” tutur Lukman.“Biar aku kerja Bang, soalnya hari ini akan ada penilaian. Sepulang kantor aja, kita ke dokter kandungan,” ucap Aruna.“Ya sudahlah kalau memang itu maumu. Setelah itu, mereka pun menikmati sarapan pagi bersama. Tepat jam setengah delapan Aruna dan Lukman pun berpamitan pada seluruh orang rumah untuk ke kantor.Di dalam perjalanan menuju kantor, terdengar dering ponsel Lukman. Dilihat ada nomor yang tak tertera di layar ponselnya. Melihat hal itu, Lukman pun berkata, “ Ah! Ini nomor bolak balik menghubungi aku untuk menawarkan kartu kredit. Padahal sudah aku tolak.” Lukman mengatakan hal ini, karena mengira Arimbi yang menghubunginya deng
Satu bulan kemudian, saat Lukman sedang berlibur ke Vila bersama keluarga besarnya dengan membawa Ridwan Junior. Diam-diam Lukman pergi ke halaman belakang untuk membalas pesan Arimbi yang mengancamnya. Usai ia tidak menjawab panggilan dari adik iparnya.[Pesan masuk Arimbi : Kalau sampai sore ini, Abang nggak menjawab pesan dan panggilanku. Maka aku akan bongkar semua yang Abang lakukan padaku]Membaca pesan ini, membuat Lukman pun menghubungi iparnya.“Ada apa Arim? Kami sedang ke Vila. Ponsel Abang lowbat makanya nggak Abang jawab,” alasan Lukman atas ketakutannya pada Aruna yang kini telah kembali baik pada ia dan mama papanya.“Bang! Aku hamil!” ucap Arimbi.Jantung Lukman seketika berdetak cukup kencang. Dirinya begitu ketakutan hingga jemarinya bergetar saat memegang ponselnya.“Bang! Abang....? Hello....!” panggil Arimbi berulang-ulang usai keterkejutannya Lukman atas berita yang tak disangkanya.“Ya Arim..., tapi apa memang itu anak Abang?” tanya Lukman dengan nada tak perca
Di hari ini, tidak seperti hari biasanya, Aruna menerima tawaran Lukman untuk mengantarnya bekerja seperti biasa. Hal itu dilakukan Aruna untuk menghindarinya dari Rudi yang dianggap memanfaatkan dirinya. Padahal selama ini, teman-teman di kantor telah tahu, adanya hubungan Aruna dengan Rudi.Sesampai di halaman kantor, Aruna dengan sengaja mengajak Lukman untuk menemui Sari yang telah hamil besar sembari membawakan bolu yang dibuatnya bersama Tuti kemarin sore.“Abang nanti tunggu di ruang CS yaa...,” pinta Aruna tersenyum manis dan meninggalkan Lukman yang sudah terbiasa ke Bank itu.Beberapa Teller dan kasir serta bagian lain yang telah mengenal Lukman menyapanya saat Aruna berjalan menuju tempat absensi. Usai Aruna melakukan absensi, wanita cantik itu masuk ke ruangan yang biasa dipakai untuk menaruh tas dan merapikan penampilannya.“Sari...! Dicari sama laki, gue!” panggil Aruna mengejutkan Sari yang sedang berdandan.“Serius? Tumben ... Elo diantar lagi sama laki lo? Gimana tuh,
Keesokan paginya, saat Tuti tengah di dapur untuk memasak, Latifah yang telah bangun dari tidurnya menghampiri Tuti. Dan wanita yang paling berkuasa di rumah itu, meminta Tuti untuk duduk di ruang makan.“Tuti, kemarilah..., ada yang ingin aku bicarakan padamu,” ajak Latifah di ruang makan.Tuti pun mengecilkan kompornya dan berjalan menuju meja makan, dimana Latifah terlihat telah duduk di ruang makan.“Duduklah,” pinta Latifah.“Tuti, melihat putramu saja aku sudah sangat yakin, kalau anak lelaki pintar dan tampan itu, adalah anak dari Almarhum Ridwan. Terus terang, awalnya aku meragukan pernyataan Runa waktu mengatakan wanita yang akan dinikahi putraku adalah kamu. Tapi, setelah aku melihat putramu, aku meyakini seribu persen kalau darah yang mengalir dari tubuh Ridwan junior adalah darah putraku, Ridwan.”“Ya, Bu..., saya sudah dengar dari kak Runa. Tujuan saya kesini hanya ingin mengajak putra saya untuk ziarah ke makam ayahnya. Biarpun masih kecil, Ridwan harus tau dimana keluar
“Runa keluarlah, aku sudah di pintu keluar stasiun. Macet sekali jalannya,” pinta Lukman dalam sambungan telepon.“Ya, aku ke sana,” ucap Aruna dan ia pun menggandeng tangan Ridwan junior dengan bahagia. Kerinduannya atas sosok bayi mungil menghiasi kehidupannya bisa terobati dengan kehadiran Ridwan junior.Sesampai di luar pintu stasiun, Lukman terlihat melambaikan tangannya. Aruna langsung mengendong anak lelaki berusia 2 tahun dengan perasaan bahagia, diikuti oleh Tuti di belakangnya. Setelah itu, Aruna masuk ke dalam mobil bagian depan dan Tuti duduk di bagian belakang.“Ayo, Ridwan salam dulu sama ayah,” pinta Aruna pada anak kecil itu.Ridwan junior pun, mencium tangan Lukman. Dengan gemas Lukman pun mencium kedua pipi anak lelaki kecil itu.“Ibuu..., ini ayah?” tanya Ridwan yang sangat pintar berkata-kata.“Iya, ini ayah Lukman. Abang dari ayah Ridwan,” ujar Tuti tersenyum kepada anak lelaki kecil yang hanya bisa mengangguk-angguk tanpa mengerti maksud dari perkataan Tuti.Lukm
Aruna yang keluar dari rumah menggunakan ojek, akhirnya turun pada sebuah mini market jalan keluar perumahan Latifah. Setelah itu, Aruna masuk ke dalam mini market untuk membeli beberapa camilan sembari menghubungi seseorang dalam sambungan teleponnya.“Mas Rudi lagi dimana?” tanya Aruna.“Aku di rumah mama lagi sama anakku. Kamu sendiri dimana? Udah di rumah ayahmu?” Rudi balik bertanya pada Aruna.“Aku lagi di mini market dekat kompleks perumahan mertuaku. Kayaknya aku nggak ke rumah ayah. Boleh aku numpang nginap di apartemenmu?” tanya Aruna kembali.“Pasti boleh dong sayang. Ya udah sekarang aku akan jemput kamu. Dan kita akan bersama-sama ke apartemen. Tapi, kamu nggak lagi menstruasi, kan? Nanti malah aku rugi jemput kamu ke sana, malah nggak bisa di pakai. Hehehehehe. Soalnya aku kangen sama kamu,” rayu Rudi dalam sambungan telepon.“Iya sama, aku juga kangen sama Mas Rudi..., nanti aku mau cerita banyak sama Mas Rudi. Ya udah sekarang aku tunggu yaa..., sampai ketemu,” sambut