All Chapters of Terjebak Gairah ABG: Chapter 111 - Chapter 120
197 Chapters
111. Mimpi Buruk
Radith menemuiku di suatu tempat, dengan berani ya dia mengatakan kalau dia tidak bisa bertanggung jawab terhadap kehamilan Rani. “Om.. apa yang bisa saya pertanggungjawabkan dari kehamilan Rani? Itu kan sebuah kecelakaan!!?” dengan lantangnya dia katakan itu. “Kecelakaan itu kamu penyebabnya Radith!! Apa kamu merasa tidak bersalah atas semua itu!!? aku membentak Radith. Seakan tanpa merasa berdosa dan tanpa adab seorang mahasiswa terpelajar, Radith menantangku, “Terserah om mau bilang apa! Saya tidak akan bertanggung jawab!! Titik!!” jawaban Radith itu membuatku murka, sambil berteriak aku ingin mengajar Radith yang ada dihadapanku. “Kurang ajar kamu!!.. Bajingan!! Kamu Radith!!” Aku tampar Radith dengan penuh emosi, sehingga aku benar-benar kehilangan kewarasan karena tidak mampu menahan amarah. Tiba-tiba aku terbangun karena kepalaku menghantam nakas yang ada di sisi tempat tidur, dan gelas air putih yang ada diatasnya terjatuh. Sehingga memancing keingintahuan isteriku yang
Read more
112. Pertemuan dengan Radith
Mimpi Buruk tentang Radith, lelaki yang menghamili anakku masih terus menghantuiku. Aku belum tahu bagaimana mengatur pertemuan dengan Radith. Aku tidak ingin dalam kondisi batin yang penuh amarah saat bertemu Radith. Pertemuan ini akan menentukan bagaimana nasib Rani kedepan. Aku sangat tidak rela kalau Rani bernasib buruk seperti Widarti saat aku tinggalkan begitu saja. Sehingga sampai sekarang hidup Widarti masih belum tenang. Aku harus hargai keberanian Radith mau bertemu denganku, setidaknya dengan demikian dia sudah menunjukkan tanggung jawabnya. Aku menelepon Rani untuk menanyakan di mana Radith ingin bertemu, “Hallo Ran.. kamu atur di mana Radith mau ketemu Papa. Kapan dia bisa ketemu Papa.”“Radith sih siap kapan pun Papa mau bertemu, dia serahkan semuanya pada Papa.” sahut Rani. Aku merasa kalau Radith cukup ‘gentleman’ dan sangat terbuka untuk berunding. Aku harus hargai keseriusannya, namun mimpi buruk itu terus membayangi dan menghantuiku. Aku tidak ingin apa yang ada
Read more
113. Adriana Marah
Keesokan harinya setelah satu masalah terselesaikan, aku menunaikan janji untuk bertemu dengan Adriana. Tadinya Adriana mengajakku untuk bertemu di apartemen, tapi aku keberatan. Aku tidak ingin pertemuan tersebut diketahui pak Anggoro. Menurut pertimbanganku, apartemen itu wilayah privat pak Anggoro dan Adriana. Akhirnya disepakati pertemuan tersebut dilakukan disebuah hotel. Adriana terlebih dahulu check in di hotel tersebut, dan aku menemuinya. Aku mengetuk pintu kamarnya, saat pintu kamar terbuka Adriana yang hanya mengenakan ‘lingerie,’ dia menyambut dengan pelukan hangat. “Sampai kangen sama Om.. “ ujar Adriana sembari mengajakku ke tempat tidur. Adriana terus memelukku sampai ke tempat tidur. Aroma wangi parfum khas Adriana membangkitkan kerinduanku padanya. “Kamu gak ada janjikan dengan pak Anggoro hari ini?”“Ada om.. tapi nanti malam, sekarang sih aman.”Aku bersandar di kepala tempat tidur, dan Adrian duduk di sisi kananku sambil bersandar di dadaku. “Noni gimana kabarn
Read more
114. Pelampiasan Amarah.
Kalau biasanya Adriana minta aku perlakukan seperti Noni, kali ini Adriana kembali seperti aslinya yang buas dan garang di atas ranjang. Adriana memegang kendali penuh, aku seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Hanya mengikuti keinginannya yang sedang terbakar gairah dan amarah. Gerakan-gerakan Adriana begitu liar meliuk-liukkan tubuhnya di atas tubuhku. Tubuhnya yang bersimbah keringat bak butiran mutiara yang menaburi tubuhnya. “Kok kamu seperti kesurupan gitu, Dri..” ucapku disela-sela nafas yang tersengal. “Bodo deh om.. aku harus beringas om..”Seakan tidak memberikan kesempatan bagiku untuk jeda sejenak, Adriana mempercepat ritme liukannya. Aku merasa kalau dia sudah ingin mencapai puncak pelepasan, aku biarkan dia tetap pada posisi di atas. “Om.. ayo!!” Aku pun meresponnya dan memacu gairah yang hampir tumpah. Sejenak kemudian Adriana terkulai dan merebahkan diri di sisi tubuhku. “Aku.. puaaas om, semua terlampiaskan.. “ ujarnya dengan nafas masih tersengalSekujur tubuh
Read more
115. Merindu Noni
Aku buru-buru meninggalkan apartemen Adriana begitu tahu pak Anggoro akan menemui Adriana. Aku takut berpapasan dengan pak Anggoro saat keluar dari apartemen Adriana. Saat aku keluar dari lift, sekilas terlihat pak Anggoro baru turun dari mobilnya di depan lobby. Aku menghindar dengan buru-buru menuju ke toilet dan masuk ke dalam bilik toilet sejenak. Setelah merasa aman, barulah aku keluar dari toilet dan menuju pintu keluar. Hatiku begitu lega setelah menjauh dari apartemen dan segera kembali ke kantor. Sebelum masuk ke kantor, aku mampir di Cafe yang ada didekat kantor. Saat itu suasana di Cafe itu sangat sepi, hanya ada dua orang tamu di dalam Cafe. Di sudut Cafe aku melihat seorang gadis seumuran Noni sedang sibuk dengan laptopnya. Di sudut lain, ada seorang bapak-bapak seusiaku yang sedang asyik dengan ponselnya. Kadang dia tersenyum sendiri sambil menatap ponsel yang ada di tangannya. Aku memilih duduk di dekat jendela agar bisa memandang keluar. Aku membuka ponselku dan me
Read more
116. Dipanggil Pak Anggoro
Sinyal yang diberikan Anya untuk kencan sangatlah nyata, hanya tinggal waktu untuk eksekusinya. Aku sudah berencana untuk mengajaknya ckeck in di hotel dan Anya sendiri tidak keberatan. Baru saja aku dan Anya ingin meninggalkan Cafe, tiba-tiba ponselku ada nada sambung masuk. Tertera nama pak Anggoro di layar ponselku, aku berdebar ingin mengangkatnya. Ada ketakutan menyelinap di hatiku, aku khawatir pak Anggoro tahu kalau aku baru saja ketemu Adriana. “Ya pak.. ada yang bisa saya bantu pak?”“Pak Danu di mana? Bisa ketemu sekarang gak?”“Saya lagi ngopi di Cafe sebelah kantor pak... Bisa pak, saya segera ke kantor.” Aku menyudahi pembicaraan dengan pak Anggoro. Kencanku dengan Anya terpaksa aku batalkan. “Anya.. lain waktu aja ya kita ketemu, om harus balik ke kantor.”“Okey om.. gak masalah kok. Nanti aku telepon om kalau aku mau ketemu.” Ujar Anya. Dengan tergesa-gesa aku tinggalkan Anya, aku beranjak menuju ke kantor. Di dalam ruang kerja pak Anggoro, beliau sedang melamun sen
Read more
117. Rahasia Ayah Biologis Noni
Dengan terpaksa aku pun harus jelaskan pada pak Anggoro, bahwa Noni bukanlah anak kandungku, “Adriana bukan keponakan saya pak.. Ternyata Noni bukan anak kandung saya. Ini semua saya ketahui dari Mamanya Noni.”Aku jelaskan seperti apa cerita masa lalu antara aku dan Widarti, Mamanya Noni. Masih ada tabir rahasia yang belum terungkap, siapa ayah biologis Noni yang sebenarnya. “Wah! Bisa begitu ya pak? Tapi Noni tidak tahu kalau pak Danu bukan ayahnya?”“Iya pak, Mamanya Noni menginginkan agar saya tetap merahasiakan itu pada Noni. Tapi, pada Adriana sudah saya jelaskan.”Pak Anggoro senang dengan semua pengakuanku, di mata beliau aku tetaplah dianggap sebagai orang yang jujur. Sebagai atasan, tidak ada yang aku rahasiakan pada pak Anggoro. Selama bekerja diperusuhaannya pun aku selalu bersikap jujur. Itulah yang membuat beliau tetap mempertahankan aku, meskipun aku sudah masuk masa pensiun. Hubungan aku dengan pak Anggoro sangat baik, beliau tidak segan-segan menceritakan urusan pr
Read more
118. Melampiaskan Kerinduan
Aku terangkat pada pak Supriatna, bahwa aku tidak berhak menjadi wali nikah Noni. “Pak Supriatna gak usah khawatir, dalam waktu dekat Mamanya Noni akan pulang ke Indonesia. Siapa ayah biologis Noni, dialah yang tahu.”Aku memang perlu jelaskan itu pada pak Supriatna, karena aku tidak ingin sikapnya terhadapku ada kaitannya dengan Noni. “Baik pak.. sekarang saya jadi lebih tahu, saya terima kasih pada pak Danu yang sudah menjelaskan masalah ini.”“Saya juga akan jelaskan soal ini pada Noni pak, supaya dia tidak terus beranggapan saya adalah Papanya.”***Saat istirahat makan siang, aku ajak Noni berbicara di sebuah restoran yang tidak jauh dari kantor. Sambil makan siang, aku katakan apa yang barusan aku jelaskan pada pak Supriatna, “Non.. kamu harus tahu soal rahasia ini, Papa gak ingin masalah ini berlarut-larut. Meskipun Mama belum boleh mengatakannya.” aku katakan itu dengan sangat hati-hati pada Noni. Noni menatapku dengan mengernyitkan dahinya, “Rahasia apa lagi Pa? Noni jadi
Read more
119. Susah Melupakan Noni
Noni memang mempunyai magnet tersendiri yang tidak dimiliki oleh gadis lain yang pernah aku kencani. Aku sendiri tidak tahu apa yang membuat aku selalu tenggelam dan hanyut dalam cintanya. “Aku tidak akan mengubah panggilanku pada Papa, meskipun Papa bukanlah ayahku.” Itu diucapkan Noni sambil berbaring dan memelukku. “Kenapa kamu tidak mengubahnya? Kamu nyaman dengan panggilan itu?”“Entahlah Pa.. aku selalu merasa nyaman dengan Papa.”Aku cerita pada Noni tentang pertemuanku dengan Adriana. Aku katakan juga kalau Adriana masih sangat cemburu pada dirinya. Noni masih belum bisa menerima aku kencan dengan Adriana, dia sangat cemburu. “Kenapa Papa ceritakan itu sama aku! Papa kan tahu aku gak suka!!” Noni bangun dan duduk menatap tajam kearahku. Aku sadar kalau aku sudah melakukan kesalahan, “Maafkan Papa Non.. Papa gak tahu kalau kamu masih cemburu pada Adriana.”“Adriana itu lebih segalanya dibandingkan aku Pa! Hidup jauh lebih enak dibandingkan aku!!”Aku bangun dan duduk di sis
Read more
120. Di Paviliun Clara
Keesokan harinya Setelah selesai meeting soal proyek baru dengan pak Supriatna dan stafnya, aku meninggalkan kantor cabang Bandung menuju ke Paviliun Clara di Setiabudi. Clara menyambut dengan hati senang, “Apa kabar om.. kangen juga nih sama Om.” Clara melabuhkan sebuah kecupan di pipiku. “Baik Clara.. kamu gimana kabarnya? Papa dan Mama kamu gimana kabarnya?”“Aku seperti yang om lihat sekarang ini.. Papa dan Mama sudah akur lagi om.”Hari itu Clara mengenakan mini dress tipis, tubuhnya menerawang dibalik mini dress tersebut. Kami ngobrol di sofa panjang di ruang tamu Paviliun. Sambil ngobrol Clara terus merapat dan memelukku. “Om masih suka kencan sama Sinta?” tiba-tiba Clara menanyakan itu. “Udah lama juga sih gak ketemu dia, karena om sendiri juga sibuk.”“Om kalau di Bandung nginap di mana sih?”“Kemarin om nginap di hotel, kemungkinan hari ini pulang ke Jakarta.”“Lho? Kok nginap di hotel? Om bisa nginap di sini kalau om mau. Kalau pun aku gak ada, om tinggal temui sekurit
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
20
DMCA.com Protection Status