Semua Bab Kekasih Halalku: Bab 1 - Bab 10

25 Bab

Sah

Judul : Kekasih HalalkuPenulis : Tiara Mora"Saya terima nikahnya dan kawinnya Dina wijaya binti Dino Surya wijaya dengan maskawin tersebut, tunai.""bagaimana para saksi sah?""Sah""sah""Sah""Alhamdulillah" terdengar ucapan syukur dari para tamu.Hari ini adalah hari pernikahanku, tapi jujur saja aku tidak terima dengan pernikahan ini kalau bukan karena paksaan dari papa.Papa ku menjodohkanku dengan anak dari teman masa lalunya.Pria yang tak pernah ku cintai, sama sekali tak ada rasa suka dengannya, tapi entah mengapa dia kini yang menjadi suamiku." Din, sekarang kamu bukan lagi tanggung jawab papa, ikutlah apa kata suamimu sekarang. Papa harap setelah kamu menikah kamu bisa berubah menjadi yang lebih baik."Papa memelukku sambil memberi nasihat padaku. Rasanya ingin memberontak tapi aku tidak mau jadi anak durhaka.
Baca selengkapnya

Rindu

Jam menunjukan sudah pukul sembilan, tak terasa satu jam aku menghabiskan waktu di mejakan sendiri. Saatnya aku bersiap untuk kekampus.Dert..dert..dert...Handphone di tanganku bergetar menandakan ada panggilan masuk. Aku melihat layar ponsel dan tersenyum manis melihat nama siapa yang terpangpang di layar ponselku."Ya halo.."....."Aku rindu sayang.."....."Baiklah sepulang dari kampus kita ketemu di cafe biasa ya""See you honey"Panggilan aku akhiri, rasanya mood di hati kembali bagus, bagaimana tidak, kekasih yang ku tunggu-tunggu kini sudah kembali ke Indonesia. Beberapa bulan ini dia pulang ke tempat orang tuanya di Paris. Rasa rindu yang luar biasa akhirnya bisa aku lepaskan nantinya. Tak sabar rasanya menunggu sore.Aku telah siap untuk berangkat ke kampus, seperti biasa kemana pun aku pergi mang ojinlah yan
Baca selengkapnya

Pertemuan

Di tempat lain, tepatnya disebuah cafe yang ramai pengunjung, ada seorang pria sedang duduk sendiri seperti menunggu seseorang yang di nantikannya. Pria kelahiran campuran asia dan indo itu terlihat sangat tampan, namun terlihat di wajahnya seperti memikirkan seauatu yang memperjelas kecemasan di raut wajahnya.Tiba-tiba saja tangan mulus seorang wanita menutup matanya dari arah belakang tubuhnya, yang ingin membuat kejutan untuk kekasihnya itu."Ini pasti kamu Din, udah deh Din jangan kaya anak kecil, aku tau itu kamu""Kok bisa tau sih itu aku... uhh honey I miss you" ucap Dina sambil mencium pipi kekasihnya, namun tidak ada balasan dari kekasihnya."Udah duduk dulu, ada yang mau aku omongin sama kamu""Mau ngomong apa sih, serius banget muka kamu, tapi tunggu dulu deh, sebelum kamu yang ngomong aku mau nanya deh sama kamu""Ia udah tanya aja, tapi maaf ya Din, aku gak punya waktu banyak, aku masih ada keperluan dan lusa aku harus kembali
Baca selengkapnya

Kacau

Hari sudah mulai gelap, tapi Dina tak kunjung pulang keruamhnya. Suaminya Azzam mulai mencemaskan keberadaannya, ia ingin menelfon istrinya Dina tapi takut istrinya marah karena telah mengganggu kencannya dengan kekasihnya itu."Azzam... kenapa kamu berdiri di situ? Dina mana?" Tiba-tiba papa mertuanya datang dari arah belakang mengagetkan Azzam yang sedang memandang ke luar dari jendela ruang tamu rumah mereka."Oh itu pa.. Dina.. Dina sedang di rumah temannya mengerjakan tugas kuliahnya" Azzam berusaha menutupi apa yg sedang di lakukan istrinya di luar, ia tak ingin papa mertuanya memarahi istrinya."Kenapa harus di rumah teman, kan ada kamu yang bisa mengajarinya" ucap papa yang mulai curiga."Dina ada tugas kelompok pa, dan itu harus dikerjakan bersama-sama dengan temannya.""Oh sudahlah, oia nanti papa habis magrib ada undangan makan malam
Baca selengkapnya

Pov Dina Kecewa

Aku kecewa dengan ungakapan Tommy, kekasihku yang selama ini aku anggap dia orang yang setia padaku, karena sudah hampir delapan tahun hubungan kami berjalan, tapi tidak ada kejelasan sama sekali, bukan tidak ingin menikah dengan Tommy tapi restu dari orang tuaku dan dia pun tak kami dapatkan. Alasan orang tua kami karena perbedaan agama, aku pernah membicarakan hal ini pada papa, kami bisa menikah secara sipil tapi papa menentangku secara keras, jika aku tetap membantah ucapan papa, maka aku siap-siap di coret dari kartu keluarga papa. Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa harta dari papa, aku yang sedari kecil terbiasa dengan hidup mewah, tak akan bisa tanpa uang. Apa lagi pewaris tunggal papa cuma aku. Mama sudah lima belas tahun menghadap Tuhan, semenjak itu aku kehilangan kasih sayang ibu, kepergian mama meninggalkan luka yang mendalam buatku, dan semenjak mama tidak ada hidupku seperti burung yang lepas dari sangkar, aku bebas kemana aja
Baca selengkapnya

Pov Dina 2

 Kepalaku rasanya semakin berat, pandanganku pun mulai berkunang-kunang, sepertinya badanku sudah tidak bertulang lagi, lemas seketika kurasakan, untung saja ada Maria yang menahan tubuhku agar tidak terjatuh. Samar-samar aku mendengar suara mamang yang semakin mendekat. "Non, non Dina kenapa neng? Kok bisa seperti?" "Duh pak, ceritanya panjang pak, nih buruan kita bawa Dina pulang, takut keburu tengah malam, terus papanya tahu lagi" "Ya neng, ayo sini biar mamang yang bawa non Dina." Perlahan tubuhku sudah berada di dalam mobil, aku mencoba melihat keluar pintu mobil, tapi pandangan ku semakin
Baca selengkapnya

Zahra

Suara azan subuh berkumandang, aku bergegas bangun membersihkan diri, dan mengerjakan kewajiban dua rokaat, biasanya aku ikut sholat berjamaah di masjid, tapi entah kenapa pagi ini rasanya hatiku ingin beribadah di kamar ini. Setelah aku melakukan kewajibanku, aku melanjutkan dengan membaca Alquran, untuk mengisi sisa waktu pagiku sebelum bersiap untuk kembali bekerja. Tapi di saat aku ingin mengakhiri bacaan Alquran ku, aku mendengar suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, aku tahu itu pasti Dina. Aku susul dia, aku pijit tengkuknya dan mengolesi lehernya dengan minyak angin, tapi Dina menolaknya. Aku tau dia tidak akan pernah suka dengan perlakuanku. Tapi bagaimana pun dia butuh pertolongan. Aku berinisiatif membuatkan dia teh hangat, tapi tetap saja dia tidak menyentuh tehnya. Aku tidak ingin banyak bicara dulu padanya, aku tau dia pasti sedang ada masalah saat ini. Lebih baik aku biarkan dia istirahat dulu.
Baca selengkapnya

Kenyataan pahit

Saat ini aku sudah memasuki halaman rumah, aku memarkirkan motorku didepan garasi. Rasanya ingin segera membersihkan diri dan bersujud menghadap sang pencipta."Mas Azzam" suara seseorang yang memanggil namaku, aku berbalik dan melihat siapa yang memanggil"Maaf mas, boleh kita bicara sebentar?" Tanya mang Ojin pada ku"Ia ada apa mang, silahkan kalau mau berbicara" jawabku pada mang Ojin"Maaf mas kalau saya lancang, kemarin itu saya ketemu non Dina di club, sepertinya dia ada masalah besar. Memang dulu non Dina itu suka bermaim di club, tapi tidak pernah sampai seperti semalam mas. Saya kasian liat non Dina mas, sepertinya dia terpukul sekali dengan keputusan Tommy kekasih non Dina. Apa mas Azzam sudah tau?" Tampak raut wajah yang ragu di lukiskan di wajah mamang. Aku hanya menggelengkan kepalaku bertanda bahwa aku tidak mengetahui masalahnya.
Baca selengkapnya

Pemberian buku

Hari ini aku tidak masuk kuliah, rasa pusing dan mual efek dari minuman yang kemarin aku minum membuat tubuhku lemas. Betapa bodohnya aku telah menyakiti diri sendiri. Selama ini aku terlalu di butakan oleh cinta, cinta yang tak pernah membalas untuk ku. Satu hari aku berdiam dikamar, aku teringat dengan mama, sosok mama yang luar biasa sangat aku rindukan. Tapi rinduku tak bisa memeluknya. Aku duduk di balkon kamar memandang keluar, aku mencoba menata hatiku, selama ini aku terlalu banyak salah kepada mama. Dulu sebelum mama pergi aku berjanji akan menjadi wanita yang baik. Tapi nyatanya hanya karena seorang pria aku seperti ini. Disaat aku sedang memikirkan penyesalan dalam diriku, aku mendengar ketukan dan ucapan salam. Aku tidak merespon, hingga dia menghampiri ku aku pun tetap tidak meresponnya. 
Baca selengkapnya

Keputusan

Sinar matahari menyeruak masuk di sela-sela jendela yang terbuka, membuat Dina terpaksa membuka matanya."Mmm... papa kenapa dibuka? Dina masih mau tidur pa, Dina masih ngantuk""Din, kamu harus belajar menjadi istri yang lebih baik, bangunlah nak""Azzam gak ada yang nyiapin sarapan" tegas papanya, agar Dina segera bangun"Kan ada bibi Asih pa, kenapa harus Dina""Kamu istrinya, sudah sewajibnya kamu yang melayani kebutuhan suami. Pokoknya papa tidak mau tau, segera mandi yang wangi dan pakai pakaian yang rapih, biar kamu terlihat mempesona didepan Azzam" goda papa sambil tersenyum"Apaan sih pah" Dina turun dari ranjangnya dengan wajah kesalnya dan berjalan ke kamar mandi.Dion papa Dina keluar kamar menuju ruang makan yang bersebelahan dengan dapur, saat berjalan ke dapur Dion melihat Azzam yang seda
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status