Judul : Kekasih Halalku
Penulis : Tiara Mora"Saya terima nikahnya dan kawinnya Dina wijaya binti Dino Surya wijaya dengan maskawin tersebut, tunai."
"bagaimana para saksi sah?"
"Sah""sah""Sah""Alhamdulillah" terdengar ucapan syukur dari para tamu.
Hari ini adalah hari pernikahanku, tapi jujur saja aku tidak terima dengan pernikahan ini kalau bukan karena paksaan dari papa.
Papa ku menjodohkanku dengan anak dari teman masa lalunya.Pria yang tak pernah ku cintai, sama sekali tak ada rasa suka dengannya, tapi entah mengapa dia kini yang menjadi suamiku." Din, sekarang kamu bukan lagi tanggung jawab papa, ikutlah apa kata suamimu sekarang. Papa harap setelah kamu menikah kamu bisa berubah menjadi yang lebih baik."
Papa memelukku sambil memberi nasihat padaku. Rasanya ingin memberontak tapi aku tidak mau jadi anak durhaka.Aku lebih banyak berdiam diri di saat acara pernikahan kami, lelah rasanya hati dan jiwa ini menjalani hari ini. Ingin rasanya cepat waktu ini berlalu.
"Kamu mau mas ambilkan minum atau makanan?"
Mas Azzam mencairkan suasana hening yang dari tadi tercipta. Tapi aku tetap tak ingin mengatakan apa pun ke pria yang sekarang menjadi suami ku."Nih, kamu minum dulu, dari tadi kamu bengong saja, kasian tu cacing nya meronta- ronta minta di kasih asupan." mas Azzam menyodorkan segelas air berwarna dan sepiring makanan untukku.
Sejujurnya ada rasa lapar tapi gengsi dong, pria ini kan udah buat aku kesal.Aku berlalu begitu saja, tidak merespon sedikitpun ucapanya." Din, kamu mau kemana?" Papa tiba-tiba memanggilku dari arah belakang.
" Dina mau istirahat pa, Dina capek, lagian juga kan tamu undangannya tinggal keluarga dan rekan bisnis papa saja." aku pergi begitu saja tanpa menghiraukan papa.
Pernikahanku hanya di hadiri keluarga dan teman papa saja. Teman dan kerabatku tak ada yang ku undang, karena aku ingin merahasiakan pernikahan ku ini. Di sisi lain aku ingin menjaga hati seseorang di luar sana, ia dia pria yang aku cintai, tapi sayangnya cinta kami tidak dapat restu dari papa. Aku menerima perjodohan ini dengan syarat cukup di ketahui oleh keluarga dan teman papa saja. Aku belum siap kalau teman-teman tau kalau aku sudah menikah, apa lagi teman sekampusku. Mereka pasti histeris begitu tau kalau aku menikah dengan Dosen terpopuler di kampusku. Upss.. dosen populer itu tidak berlaku dengan ku ya, Pak Azzam ada salah satu dosen di kampusku, hampir semua para wanita mengaguminya, tapi tidak denganku. Karena sifat dinginnya aku ilfil dengannya. Huft.. rasanya lelah raga ini menikmati skenario Tuhan saat ini. Tapi tak apalah, walaupun aku sudah menikah aku tetap terlihat gadis d luar sana. Aku akan memberikan syarat ke dia. Dan lebih baik aku sekarang istirahat.Tok..tok..tok..
"Mas boleh masuk ya dek.."Baru saja badan ini ingin rilexs di ranjang empuk ku ini, tapi dia sudah mengganggu mood ku lagi.
"Huft... apaan sih, ganggu orang saja"
"maaf dek, tadi papa nyuruh mas buat nyusul kamu, sekalian mas bawakan makanan buat kamu. Kamu pasti laperkan?"
"tidak usa sok perhatian deh pak, kalau saya laper pasti saya bisa ambil sendiri, saya bukan anak kecil lagi." Walaupun saat ini dia suami ku dan dosen d kampusku tapi nada bicara lembut itu sepertinya telah sirnah dari bibir ku. Mungkin karena terlalu kesal dengan perjodohan ini.
"kamu kok gitu sih, mas kan niatnya baik, ya kalau kamu tidak mau juga tidak apa-apa. Oia boleh tidak kalau d rumah kamu panggil mas saja, jangan bapak, kan sekarang kita sudah.."
" ehh.. inget ya pak, walaupun tadi bapak sudah mengucapkan ijap kabul, tapi saya merasa diri ini bukanlah istri bapak. Biarlah setatus itu hanya di KTP saja. Kalau untuk hati maaf saya belum bisa terima. Dan satu lagi ya pak, tolong jaga rahasia ini jika di kampus. Apa pun yang terjadi anggap saja kita bukan suami istri." Aku memberi ketegasan pada nya
" Tapi dek, dalam agama itu.."
" sudah- sudah, tidak usah bawa- bawa agama ya. Kalau bapak tidak terima dengan keputasan saya silahkan talak saya sekarang juga. Beres kan?"
"lagian ya pak, bapak itu orangnya alim, kenapa sih mau dijodohkan dengan saya?"
" Maaf dina, soal hidup, jodoh dan maut itu hanya Allah yang tau, kalau saat ini saya ada disini itu berarti karena ijin Allah."
"Sudalah pak, saya capek. Oia satu lagi, untuk malam ini dan seterusnya bapak tidur d sofa, jangan harap bisa tidur bersebelahan dengan saya. Pokoknya kalau bapak tidak terima silahkan talak saya." Aku membaringkan tubuhku sambil tersenyum tipis. Semoga aja dia gak betah dengan ku.
"Baiklah, itu tidak masalah, mas yakin suatu saat kamu pasti bisa terima keadaan ini."
***
Rasanya baru saja mata ini terlelap, tapi harus terusik dengan suara merdunya. Huh.. ada rasa kesal dan juga damai sih mendengar suaranya yang mengaji, aku tau dia pasti lagi sholat di persetiga malam, tapi apa tidak capek itu badan baru juga tidur sudah bangun lagi.Ahk.. biarlah lebih baik aku tidur kembali."Dek, dek bangun, ini sudah subuh loh, kamu tidak sholat?"
" ish apaan sih, aku bukan anak kecil lagi, mau sholat atau tidak itu suka-sukaku. Lagian kalau bapak mau sholat ya udah sholat sana!!"
Sinar matahari yang mulai memasuki jendela kamar ku membuat aku terbangun, aku tak melihat keberadaanya di kamar ku lagi, ahk sudahlah, buat apa juga aku mencari dia. Lebih baik aku turun dan sarapan. Sebelumnya aku membersihkan diri dulu d kamar mandi. Hari ini aku ada kuliah, cuma jamnya masih lama, jadi ada waktu buat bersantai-santai.
" Dina, kamu baru bangun jam segini?" Papa datang menghampiri ku yang mau turun dari kamarku
"Iya biasa nya juga Dina bangun jam segini pa"
"Dina, sekarang setatus kamu itu sudah beda, kamu harus belajar bangun pagi mempersiapkan kebutuhan suami mu."
"Ih papa.. jangan di manjain gitulah pa, dia kan sudah gede bisa urus diri sendiri.."
"Dinaa!!!" Papa membentak ku hanya karena permasalahan sepele
"Papa... hanya karena Dina bangun siang papa membentak Dina?"
"Dari awal kan dina sudah bilang pa, Dina mau menikah dengan dia tapi dengan syarat jangan pernah mengatur kebiasaan Dina yang selama ini Dina lakukan. Dina gak mau di kekang seperti istri-istri di luar sana. Dina masih pengen bebas pa..""Dina, cobalah kamu berubah sedikit saja, papa menikahkan kamu dengan Azzam karena papa tau dia adalah jodoh terbaik mu, papa tidak mau melihat kamu seperti ini terus, papa sudah tua Dina, papa ingin melihat kamu berubah menjadi anak yang baik"
"Papa, selama ini Dina kurang baik apa pa? Hanya karena Dina sering keluar malam dan sering habisin uang papa jadi papa bilang Dina tidak baik?"
"Bukan begitu Din, papa cuma mau kamu tumbuh menjadi anak yang dewasa"
"Sudahlah pa, selagi Dina tidak membuat nama papa malu, dan dina juga masih di batas yang wajar, papa tenang saja. Urusan rumah tangga dina papa tidak usah ikut campur. Lagian nih ya pa, pak Azzam juga tidak keberatan kok"
"Dina... Azzam itu suami mu, cobalah panggil dia dengan sebut mas"
"iya iya iya pa. Sudahlah pa, Dina sudah laper, ayo kita sarapan dulu"
Aku berjalan mendahului papa, rasa laper di perutku sudah tidak tertahan lagi, efek semalam aku tidak ada makan."Sudah bangun kamu dek? Mau mas ambilin sarapan apa?"
"Tidak perlu, aku bisa ambil sendiri"
"Dina, seharusnya kamu yang melayani suami mu, bukan malah sebaliknya"
"Sudahlah pa, kenapa di meja makan pun harus memperdebatkan ini?"
"Maafkan Dina ya Zam, papa harap kamu bisa merubah sikap Dina yang sekarang menjadi yang lebih baik ya"
"In syaa Allah pa, Azzam akan berusaha menjadi suami yang baik buat Dina pa, dan seijin Allah juga Dina pasti akan menjadi wanita yang lebih baik"
"loh loh... maksudnya apa ini? Kalau memang aku bukan wanita baik kenapa bapak mau menikah dengan saya?"
"Dina!!"
"Sudah pa, Azzam gak papa kok pa, semua cuma butuh waktu pa"
"Din, kamu ada kuliah siang ya hari ini? Mau mas jemput nanti atau gimana?"
"gak perlu, aku bisa pergi sendiri"
"Ya sudah, kalau gitu mas barangkat duluan ya, kamu hati-hati di jalan."
"Pa.. Azzam berangkat dulu ya pa" sambil mencium tangan papa dan berlalu.
"Dina, suami mu memberi tangannya buat kamu kenapa tidak di balas?"
"Maaf pa, untuk saat ini hati Dina belum bisa di paksa buat menjadi istri yang baik buat dia, biarlah seperti ini dulu adanya kami jalani pa"
"Papa harap kamu bisa berubah Din, oia hari ini papa mau kekantor lebih awal. Nanti kamu pergi kuliahnya di anter mamang ojin aja ya, trus pulangnya bareng sama Azzam saja."
Papa pun berlalu begitu saja, aku yang masih menikmti sarapan ku pagi ini untuk mengisi energi ku hingga siang nanti. Sambil memainkan ponsel ku untuk mengisi keheningan pagi.
Jam menunjukan sudah pukul sembilan, tak terasa satu jam aku menghabiskan waktu di mejakan sendiri. Saatnya aku bersiap untuk kekampus.Dert..dert..dert...Handphone di tanganku bergetar menandakan ada panggilan masuk. Aku melihat layar ponsel dan tersenyum manis melihat nama siapa yang terpangpang di layar ponselku."Ya halo.."....."Aku rindu sayang.."....."Baiklah sepulang dari kampus kita ketemu di cafe biasa ya""See you honey"Panggilan aku akhiri, rasanya mood di hati kembali bagus, bagaimana tidak, kekasih yang ku tunggu-tunggu kini sudah kembali ke Indonesia. Beberapa bulan ini dia pulang ke tempat orang tuanya di Paris. Rasa rindu yang luar biasa akhirnya bisa aku lepaskan nantinya. Tak sabar rasanya menunggu sore.Aku telah siap untuk berangkat ke kampus, seperti biasa kemana pun aku pergi mang ojinlah yan
Di tempat lain, tepatnya disebuah cafe yang ramai pengunjung, ada seorang pria sedang duduk sendiri seperti menunggu seseorang yang di nantikannya. Pria kelahiran campuran asia dan indo itu terlihat sangat tampan, namun terlihat di wajahnya seperti memikirkan seauatu yang memperjelas kecemasan di raut wajahnya.Tiba-tiba saja tangan mulus seorang wanita menutup matanya dari arah belakang tubuhnya, yang ingin membuat kejutan untuk kekasihnya itu."Ini pasti kamu Din, udah deh Din jangan kaya anak kecil, aku tau itu kamu""Kok bisa tau sih itu aku... uhh honey I miss you" ucap Dina sambil mencium pipi kekasihnya, namun tidak ada balasan dari kekasihnya."Udah duduk dulu, ada yang mau aku omongin sama kamu""Mau ngomong apa sih, serius banget muka kamu, tapi tunggu dulu deh, sebelum kamu yang ngomong aku mau nanya deh sama kamu""Ia udah tanya aja, tapi maaf ya Din, aku gak punya waktu banyak, aku masih ada keperluan dan lusa aku harus kembali
Hari sudah mulai gelap, tapi Dina tak kunjung pulang keruamhnya. Suaminya Azzam mulai mencemaskan keberadaannya, ia ingin menelfon istrinya Dina tapi takut istrinya marah karena telah mengganggu kencannya dengan kekasihnya itu."Azzam... kenapa kamu berdiri di situ? Dina mana?" Tiba-tiba papa mertuanya datang dari arah belakang mengagetkan Azzam yang sedang memandang ke luar dari jendela ruang tamu rumah mereka."Oh itu pa.. Dina.. Dina sedang di rumah temannya mengerjakan tugas kuliahnya" Azzam berusaha menutupi apa yg sedang di lakukan istrinya di luar, ia tak ingin papa mertuanya memarahi istrinya."Kenapa harus di rumah teman, kan ada kamu yang bisa mengajarinya" ucap papa yang mulai curiga."Dina ada tugas kelompok pa, dan itu harus dikerjakan bersama-sama dengan temannya.""Oh sudahlah, oia nanti papa habis magrib ada undangan makan malam
Aku kecewa dengan ungakapan Tommy, kekasihku yang selama ini aku anggap dia orang yang setia padaku, karena sudah hampir delapan tahun hubungan kami berjalan, tapi tidak ada kejelasan sama sekali, bukan tidak ingin menikah dengan Tommy tapi restu dari orang tuaku dan dia pun tak kami dapatkan. Alasan orang tua kami karena perbedaan agama, aku pernah membicarakan hal ini pada papa, kami bisa menikah secara sipil tapi papa menentangku secara keras, jika aku tetap membantah ucapan papa, maka aku siap-siap di coret dari kartu keluarga papa. Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa harta dari papa, aku yang sedari kecil terbiasa dengan hidup mewah, tak akan bisa tanpa uang. Apa lagi pewaris tunggal papa cuma aku. Mama sudah lima belas tahun menghadap Tuhan, semenjak itu aku kehilangan kasih sayang ibu, kepergian mama meninggalkan luka yang mendalam buatku, dan semenjak mama tidak ada hidupku seperti burung yang lepas dari sangkar, aku bebas kemana aja
Kepalaku rasanya semakin berat, pandanganku pun mulai berkunang-kunang, sepertinya badanku sudah tidak bertulang lagi, lemas seketika kurasakan, untung saja ada Maria yang menahan tubuhku agar tidak terjatuh. Samar-samar aku mendengar suara mamang yang semakin mendekat."Non, non Dina kenapa neng? Kok bisa seperti?""Duh pak, ceritanya panjang pak, nih buruan kita bawa Dina pulang, takut keburu tengah malam, terus papanya tahu lagi""Ya neng, ayo sini biar mamang yang bawa non Dina."Perlahan tubuhku sudah berada di dalam mobil, aku mencoba melihat keluar pintu mobil, tapi pandangan ku semakin
Suara azan subuh berkumandang, aku bergegas bangun membersihkan diri, dan mengerjakan kewajiban dua rokaat, biasanya aku ikut sholat berjamaah di masjid, tapi entah kenapa pagi ini rasanya hatiku ingin beribadah di kamar ini. Setelah aku melakukan kewajibanku, aku melanjutkan dengan membaca Alquran, untuk mengisi sisa waktu pagiku sebelum bersiap untuk kembali bekerja. Tapi di saat aku ingin mengakhiri bacaan Alquran ku, aku mendengar suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, aku tahu itu pasti Dina. Aku susul dia, aku pijit tengkuknya dan mengolesi lehernya dengan minyak angin, tapi Dina menolaknya. Aku tau dia tidak akan pernah suka dengan perlakuanku. Tapi bagaimana pun dia butuh pertolongan. Aku berinisiatif membuatkan dia teh hangat, tapi tetap saja dia tidak menyentuh tehnya. Aku tidak ingin banyak bicara dulu padanya, aku tau dia pasti sedang ada masalah saat ini. Lebih baik aku biarkan dia istirahat dulu.
Saat ini aku sudah memasuki halaman rumah, aku memarkirkan motorku didepan garasi. Rasanya ingin segera membersihkan diri dan bersujud menghadap sang pencipta."Mas Azzam" suara seseorang yang memanggil namaku, aku berbalik dan melihat siapa yang memanggil"Maaf mas, boleh kita bicara sebentar?" Tanya mang Ojin pada ku"Ia ada apa mang, silahkan kalau mau berbicara" jawabku pada mang Ojin"Maaf mas kalau saya lancang, kemarin itu saya ketemu non Dina di club, sepertinya dia ada masalah besar. Memang dulu non Dina itu suka bermaim di club, tapi tidak pernah sampai seperti semalam mas. Saya kasian liat non Dina mas, sepertinya dia terpukul sekali dengan keputusan Tommy kekasih non Dina. Apa mas Azzam sudah tau?" Tampak raut wajah yang ragu di lukiskan di wajah mamang. Aku hanya menggelengkan kepalaku bertanda bahwa aku tidak mengetahui masalahnya.
Hari ini aku tidak masuk kuliah, rasa pusing dan mual efek dari minuman yang kemarin aku minum membuat tubuhku lemas. Betapa bodohnya aku telah menyakiti diri sendiri.Selama ini aku terlalu di butakan oleh cinta, cinta yang tak pernah membalas untuk ku. Satu hari aku berdiam dikamar, aku teringat dengan mama, sosok mama yang luar biasa sangat aku rindukan. Tapi rinduku tak bisa memeluknya. Aku duduk di balkon kamar memandang keluar, aku mencoba menata hatiku, selama ini aku terlalu banyak salah kepada mama. Dulu sebelum mama pergi aku berjanji akan menjadi wanita yang baik. Tapi nyatanya hanya karena seorang pria aku seperti ini. Disaat aku sedang memikirkan penyesalan dalam diriku, aku mendengar ketukan dan ucapan salam. Aku tidak merespon, hingga dia menghampiri ku aku pun tetap tidak meresponnya.
Setelah Dion menerima telfon ia kembali masuk kekamar Dina. Dina yang terduduk di sofa kamarnya. Ia mengurungkan niatnya untuk mandi karena masih penasaran dengan permintaan papanya."Kamu kenapa tidak jadi mandinya?" Ucap Dion dan duduk disebelah Dina"Dina masih penasaran dengan permintaan papa, kali aja Dina bisa mewujudkan permintaan papa sekarang dan Dina bisa langsung minta liburan ke luar negri" ucap Dina sambil tersenyum bahagiaDion tertawa dengan permintaan Dina. Ia mengelus kepala Dina."Belum juga papa sebutin permintaan papa, malah kamu duluan yang minta di kabulin" ucap Dion sambi
Sudah hampir satu jam Dina turun dari kamarnya. Dino kawatir dengan Dina. Ia menyusul kekamar Dina. Saat Dion mengetuk pintu kamarnya, tidak ada jawaban dari Dina. Dino pun memberanikan diri membuka pintu dan melihat anak semata wayangnya itu tertidur pulas dengan baju yang masih utuh, hijab di kepalanya dan sepatu yang masih melekat di kakinya. Dina tidur dalam posisi telungkup.Dino menghampiri anaknya dan mrngelus kepala Dina yang berbalut hijab syar'i. Hati Dino merasa bahagia melihat perubahan anaknya. Saat Dino mengelus kepala Dina, ternyata Dina terbangun dan membalikkan tubuhnya menghadap papanya."Papa..."ucap Dina saat melihat papanya yang duduk di sampingnya. Dina memeluk papanya, meluapka rasa rindu pada papanya."Sayang, baru beberapa hari gak ketemu papa masa cengen gini sih" ucap Dion sambil mengelus air mata Dina."Dina rindu papa, papa kenapa
Setelah empat hari kepergian Azzam, selama itu pula Dina merasakan rindu pada seseorang, tapi ia enggan untuk mengungkapkan, bahkan pesan dan telfon dari Azzam tidak pernah di pedulikannya. Tapi rasa rindu ini dengan suaranya tidak bisa di pungkirinya lagi. Efek dari itu dia menjadi kurang istirahat, bahkan selera makannya pun menurun. Hari ini Dina jadwal kuliah, dan sedang mengikuti ujian akhir. Mau tidak mau dia harus tetap hadir. Pikirannya hari ini benar-benar kacau, kenapan harus mengingat nama pria itu."Kamu sakit?" Tanya Leo yang menghampiri Dina di ruangan kelasnya. Saat ini jam istirahatnya tapi Dina tidak menggunakan waktunya ke kantin. Ia lebih memilih berada di dalam kelas dengan membaca novelnya."Gak, lagi males aja" ucap Dina
Pagi ini seusai sholat subuh dan membaca ayat Alquran surah Az- Zumar, Dina menyibukkan diri dengan tanaman di belakang rumah. Ia mulai luluh dengan hatinya. Setiap ayat di surah Az-Zumar yang di bacanya subuh tadi membuat hatinya semakin terbuka dan memberikan ruang keikhlasan untuk menjalani hari-harinya."Mba Dina, ini susu coklat panasnya dan brownis coklat" ucap mba Lilis datang dari arah dapur membawa makanan kesukaan Dina"Makasih mba, di letak saja di meja mba, ini masih tanggung" ucap Dina"Iya sarapan dulu mba, biar gak sakit, atau nanti biar Lilis aja yang lanjutin mba" tawar Lilis pada Dina"Iya deh mba, itu t
Sore ini Dina bergegas untuk pulang, saat ini ia masih bingung dengan hatinya. Tidak pernah sebelumnya dia merasakan kegelisahan seperti ini. Sepertinya dia membutuhkan seseorang lagi untuk memecahkan keresahan di hatinya.Ddrrtt.. drtt.. saat ia ingin menaiki taxi ponselnya berbunyi dan melihat siapa yang menelfonnya."Halo Ra" ucap Dina"Assalammualikum Dina, biasakan ucapan salam adikku sayang""Waalaikumsalam, maaf Ra, ada nih nelfon?" Tanya Dina"Aku cuma mau pamitan sama kamu, sebentar lagi aku kembali ke Medan, jangan lu
Setelah bertemu dengan Rara hatiku semakin bingung dengan tindakanku saat ini. Di saat jam mata kuliah berlangsung aku tidak fokus, aku terus saja memikirkan ucapan Rara. Apakah sudah sejauh ini aku berbuat kesalahan. Apa lagi papa yang lebih memilih aku menikah dengan pria pilihannya, apakah benar kalau itu pilihan terbaik buat diriku."Siang nona" sapa Leo yang membuyarkan lamunanku saat aku berjalan menuju kelas."Eh Le, belum pulang ya?" Tanyaku pada Leo"Belum nih, masih menunggu si nona manis ini pulang kuliah, biar bisa jalan bareng lagi" jawabnya sambil tersenyum padaku"Emang aku seperti si manis dari jembatan An
Saat ini Azzam sudah berada di kamar miliknya, dia mempersiapkan setiap kebutuhan yang akan di bawanya nanti. Dan membuat surat permohonan cuti selama tiga hari untuk di kampusnya. Awalnya dia ingin meminta tolong ke Dina untuk menyampaikan surat cutinya ke kampus tempat ia mengajar, tapi telfonnya tidak pernah tersambung, Azzam mencoba mengirim pesan ke Dina tapi pesannya tidak masuk. Ia kembali fokus di pekerjaanya. Dan berniat untuk mengantar surat cutinya langsung ke kampus tempat dia mengajar.Dua puluh menit dia sampai di kampus tempat ia mengajar. Ia langsung keruangan Dosen dan memberikan surat cutinya. Di saat ingin kembali pulang ia tak sengaja melihat Dina sedang berkumpul dengan temannya. Ia mencoba menghubungi kembali tapi tidak ada balasan. Ia memberanikan diri menghampiri Dina, karena dia tidak butuh waktu banyak. Dan Azzam pun tidak mungkin pergi tanpa seizin istrinya."Ekhm... maaf saya mengganggu kegiatan kalian, boleh saya berbicara dengan Dina seben
Saat ini Azzam sedang berada di ruangan Abah. Abah adalah pemilik Yayasan Sekolah tempat Azzam mengajar saat ini. Abah mengutus Azzam untuk mengikuti seminar pendidikan di Surabaya selama empat hari."Azzam, Abah ingin kamu mewakili salah satu guru dari Yayasan kita untuk mengikuti seminar pendidikan di Surabaya. Abah percayakan ini sama kamu. Abah harap kamu bisa bekerja propesional." Ucap Abah sambil memberikan selembaran undangan seminar"Azzam bersedia bah, kapan Azzam harus berangkat?" Tanya Azzam"Sore nanti kamu akan berangkat dengan rombongan guru-guru SD dan SMP. Kamu perwakilan dari Guru SMA ini.""Iya bah, kala
Kini Dina sudah berada di hotel Fave tempat sepupunya berada. Dia menunggu sepupunya di cafe yang sudah di janjikan. Dina memesan minuman dan memainkan ponselnya. Tidak lama berselang orang yang di tunggunya pun tiba."Hei adikku yang paling cantik" suara Rara yang kuat mengagetkan Dina. Dina berdiri dan memeluk Rara."Kakakku yang paling sibuk, aku rindu" ucap Dina mempererat pelukannya"Hahaha.. maklumlah Din, kamu tahu sendiri kan" ucap Rara sambil melepas pelukan mereka dan duduk saling berhadapan."Bunda gimana kabarnya Ra?" Tanya Dina.