Home / Rumah Tangga / Suami yang Tak Diinginkan / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Suami yang Tak Diinginkan: Chapter 91 - Chapter 100

305 Chapters

91. Mengakhiri Kontrak Ini

Akan berapa kali lagi harga diri seorang Hendra terkoyak? Tidak hanya satu atau dua kali Lilis membuatnya hancur, tapi itu sudah terjadi beberapa kali. Hendra pikir semuanya akan kembali membaik jika dia Alan sudah ada di tangannya. Tapi, justru Lilis semakin nekad, tega memfitnah Hendra di depan publik demi mendapat simpatik. Lilis juga dengan tak tahu malunya mengumumkan pernikahannya dengan laki-laki berprofesi aktor itu. Kemarahan Hendra sudah di ambang batas kesabarannya. Dia berniat akan menemui Lilis dan memberi istrinya pelajaran. Dan laki-laki bernama Steve itu tidak akan lepas dari tangan Hendra, kali ini. "Ratih, tolong kamu tidurkan Alan." Hendra menyerahkan putranya pada baby sitter, lantas berjalan menuju pintu utama. Kakinya belum benar-benar pulih, Hendra terpincang-pincang menuju mobil yang terparkir di halaman samping. Tekadnya untuk memberi pelajaran pada istri yang tak tahu diri itu sudah bulat! Tidak peduli dia meski pada akhirnya akan lebih terluka lagi. "Hen
last updateLast Updated : 2022-05-25
Read more

92. Hingga Tak Ada yang Merendahkanku!

"Tidak ada yang bisa mengakhiri kontrak, kecuali aku!" sahut Juwita tegas. Matanya menatap Hendra lurus. Di saat seperti ini tidak seharusnya Juwita justru membuat lelaki itu membenci dirinya. Lihat lah tatapan mata Hendra yang penuh kilat kebencian, mampu menusuk Juwi sampai ke relung terdalam wanita itu. Juwi merasakan kesakitan di dalam dadanya, mendapati Hendra dengan emosi yang sudah tak tertahan. Apalagi saat lelaki itu mendengus, menambah kesan ejekan pada Juwita. "Karena kamu orang kaya dan bisa melakukan apa pun?" Hendra terkekeh, selama menikah dengan Juwi, ini kali pertama Hendra menunjukkan sikap angkuhnya. " Kamu yang berkuasa atas hidupku, dan bisa mengontrol segala yang ada padaku." Sekali lagi jurang itu Hendra gali di depan Juwita. Perempuan itu hampir saja terjatuh, berat tubuhnya terasa bertambah seketika, kala mendengar Hendra menilainya sangat buruk. Ah... Juwi sudah terlena dengan kebaikan Hendra belakangan ini. Dia pikir lelaki itu akan membuka sedikit hatiny
last updateLast Updated : 2022-05-25
Read more

93. Awalan yang Tak Disangka

Satu malaman penuh Hendra memikirkan hidupnya yang sangat prihatin. Sejak menikah dengan Lilis dia selalu dianggap sebagai suami yang tidak berguna, meski Hendra sudah berusaha sekuat yang dia mampu. Seakan usaha itu semuanya sia-sia di mata Lilis. Setelah pembicaraan dengan Juwita, Hendra mengubah cara pikirnya yang selama ini minder dengan kekurangan itu. Bukan Hendra yang tidak berguna, bukan pula tidak berusaha. Dia hanya berada di situasi yang tidak tepat. Ketika akhirnya mendapat kesempatan, kenapa harus disia-siakan? Akan Hendra tunjukkan bahwa dia lebih baik dari pandangan orang-orang tentangnya. Pagi ini Hendra sudah bersiap dengan pakaian kantor. Dia menuruni anak tangga menuju meja makan, seperti kebiasaannya selama ini. Ketika melihatnya, Juwita tertegun sejenak. Mereka memang tidur di kamar terpisah tadi malam, Juwita memilih tidur bersama Alan dan membiarkan Hendra meredam emosinya. "Kamu masih sakit, kenapa memaksa bekerja?" tanya Juwita hati-hati. "Untuk memanfaatk
last updateLast Updated : 2022-05-25
Read more

94. Aku Egois

Saat tiba di rumah, Juwita sudah menunggu di ruang tengah. Hendra melihat istrinya itu, wajah Juwi datar tanpa ekspresi. Juwi sudah tahu apa yang Hendra lakukan, sebab di kantor tadi pun semua orang sudah heboh dengan keputusan yang Hendra buat tanpa persetujuan. Sudah barang tentu pula orang-orang kantor mengabarkannya pada Juwita. "Itu menarik, ya?" ucap Juwi, saat Hendra akan melewati istrinya yang kini berdiri. "Kamu mengambil keputusan sendiri tanpa meminta persetujuan dari aku?" "Aku capek, Wi. Bisa kita biarakan itu nanti?" Hendra masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamarnya. Dia pikir untuk membersihkan diri terlebih dulu, sebelum berbicara dengan Juwita. Namun, Juwi tidak sabar melihat tingkah Hendra yang seakan mengabaikan dirinya. Dia kejar Hendra sampai ke kamar. "Aku kasih kamu kekuasaan di kantor, bukan untuk berbuat semaumu. Apa kamu tahu berapa banyak kerugian dari perbuatanmu?" cecar Juwita. Tak ada kesempatan bagi Hendra untuk menenangkan pikiran terlebih du
last updateLast Updated : 2022-05-26
Read more

95. Mengurus Anak Berdua

"Mama! Papa!" Alan berseru girang melihat pasangan suami istri yang tengah memasuki ruang makan. Juwita menggandeng tangan kiri Hendra dan bibirnya tersenyum melihat reaksi Alan yang tertawa padanya. Pasangan itu terlihat sangat mesra, tidak seperti malam sebelumnya. "Iya, Sayang." Juwi melepaskan rangkulannya dari tangan Hendra, mendekati bayi itu di tempat duduknya. Juwi mengecup kening Alan layaknya seorang ibu kandung. "Dari tadi Alan nggak mau makan, Bu. Maaf," ucap Ratih membungkuk. Memang tak biasanya Alan masih di meja makan jam segitu. "Nggak apa, Ratih, mungkin Alan kangen makan malam bareng papanya," sahut Juwita, melirik Hendra di sebelahnya. Apalagi pagi tadi juga Alan tidak melihat Hendra saat berangkat dari rumah, lalu ketika pulang pun, Alan sempat menyaksikan orang tuanya bertengkar. Juwi pikir, mungkin bayi itu juga bisa merasakan hati orang tuanya tidak baik-baik saja. Tapi syukur lah sekarang Alan tampak girang, dia membuka mulutnya saat Juwita menyuap sesen
last updateLast Updated : 2022-05-27
Read more

96. Jangan Harap Bercerai!

Kepala Hendra masih dipenuhi pertanyaan akan arti dari perkataan istrinya. Dia tatap Juwita sangat lama untuk mencari jawaban dari semua pertanyaan itu. Tidak ada yang ganjil di sana, Juwita terlihat tulus mengatakannya. Tapi, Hendra tidak berani meyakininya, sebab tak ingin akhirnya luka yang dia dapat dari harapan yang tidak sesuai. "Sejak Alan manggil aku mama, aku sangat senang," ucap Juwita, matanya sudah turun menatap lantai di bawah kaki mereka. "Aku udah berusaha menganggap diri aku sebagai tante bagi Alan, tapi... aku nggak bisa," lanjutnya, suara perempuan itu semakin pelan di akhir kalimatnya. "Hen, kamu... maaf kalau kamu keberatan. Tapi... apa boleh aku menganggap seperti itu?" Tentu saja itu yang sangat Hendra harapkan. Bahkan jika bisa pun, Hendra ingin Juwita lah yang Alan kenal sebagai ibu kandungnya. "Hanya di rumah ini. Aku juga nggak akan meminta banyak, jika ternyata Alan tahu Lilis lah ibunya." Suara Juwita semakin lemah, hatinya sakit untuk mengatakan, "La
last updateLast Updated : 2022-05-27
Read more

97. Perempuan Gila.

Juwita termangu dengan mulut menganga. Apakah Hendra baru berkata tidak mau menceraikan Lilis? Juwi harap itu hanya salah mendengar. Di tidak rela memikirkan Hendra masih ingin bersama Lilis. "Apa kata kamu? Kamu... nggak mau cerai sama aku?" Tapi apa yang keluar dari mulut Lilis, menyadarkan Juwita. Dia tidak salah mendengar, memang Hendra berkata tidak akan menceraikan perempuan itu. Dadanya bergemuruh bagai tersambar petir, dan hatinya mencelus ke dalam. Juwita hampir saja terjatuh jika tangannya tidak segera memegangi besi di sebelahnya. Hendra masih menginginkan Lilis, bahkan setelah dia tahu istrinya berselingkuh. "Hen, kamu nggak lagi bercanda, kan?" ucap Lilis sekali lagi. Alisnya mengerut, pandangan matanya tidak percaya menatap suami yang sangat bodoh. "Aku udah nggak cinta sama kamu, Hendra! Lepaskan aku, aku berhak memiliki bahagiaku!" Dia memekik, memekkakkan telinga. "Tak ada yang bercanda di sini. Sekarang, kamu boleh pergi," sahut Hendra, sudah muak dia melihat Li
last updateLast Updated : 2022-05-28
Read more

98. Lilis Harus Menderita!

Masih sempat Lilis menggedor kamar Hendra dan Juwita, setelah meninggalkannya di anak tangga. Hendra lantas menghubungi satpam keamanan untuk menyeret Lilis keluar dari sana. Kini, suasana kembali hening seperti saat Lilis belum datang. Hendra duduk di salah satu sofa di dalam kamar, sedang Juwita menunduk di tepi ranjang. Banyak pertanyaan yang bermain di dalam kepala Juwita, tentang kenapa Hendra tidak mau menceraikan istri pertamanya. Hati Juwita tidak bisa tenang, ada rasa pesimis yang mengganjal, mengatakan Hendra tidak mungkin membuka hati untuknya. "Maaf, Wi," kata Hendra dari tempat duduknya. Juwita segera mengangkat wajah dan melihat lelaki itu. "Maaf untuk...." "Yang barusan terjadi." 'Jangan, jangan katakan alasan kenapa kamu nggak mau ceraikan Lilis. Aku nggak siap mendengarnya.' Batin Juwita merontah, dia tidak mampu mendengar sekali lagi Hendra akan membahas perasaannya pada perempuan itu. Tapi tetap saja, Juwita tidak kuasa menyuruh Hendra tidak mengatakannya. "Aku
last updateLast Updated : 2022-05-28
Read more

99. Kamu Ingin Merusak Bisnisku?

Gebrakan besar yang Hendra buat di kantor, terdengar oleh kedua orang tua Juwita. Armaja sudah datang pagi-pagi sekali membuat keributan di kantor. Dia segera mendatangi Hendra di ruangannya, membentak menantu lali-laki yang sama sekali tidak dia inginkan. Juwita tidak di tempat, sebab dia merasa tidak enak badan hari ini. Hendra menghadapi mertuanya sendiri tanpa bantuan dari Juwi. "Maafkan saya, Pak. Tapi, jika kita tidak menuruti keinginan warga setempat, saya takut kita tidak bisa membangun bisnis di sana," ucap Hendra merendah diri. Armaja menatap Hendra dengan mata ingin membunuh. Sejak awal dia tidak menyukai Hendra menikah dengan putrinya. "Siapa yang peduli dengan keinginan warga setempat? Saya yang berkuasa, sayang yang berhak menentukan di mana bisnis saya dibangun!" sentak Armaja tak mau mendengar. Jika dilihat dari usia, Armaja belum sangat tua. Seharusnya dia masih bisa mengurus semua bisnis keluarga sesuai keinginannya. Hendra juga tidak mengerti kenapa justru Juw
last updateLast Updated : 2022-05-29
Read more

100. Mereka Tetap Menikah?

Juwita berlari memasuki rumah sakit ke mana Hendra membawa papanya. Seharusnya Juwi masih beristirahat di rumah, tapi kabar itu tidak bisa dia abaikan begitu saja. Papa sakit setelah bertemu dengan Hendra, pasti akan membuat mamanya sangat marah.Benar saja dugaannya, ketika Juwi memasuki ruang tunggu ICU, dia melihat mamanya sudah berdiri di depan Hendra. Mamanya mengoceh dan menuduh Hendra sudah mencelakai suaminya."Ini udah kamu rencanakan sejak awal, kan? Kamu sengaja merayu anak kami untuk mendapatkan harta warisan Juwi!" sentak wanita berpenampilan anggun itu."Bukan begitu, Bu.""Jangan panggil aku ibu! Aku nggak pernah anggap kamu sebagai bagian dari keluarga ini!" sentaknya sekali lagi. "Kamu apakan suami aku? Pasti kamu melakukan sesuatu yang jahat sampe suami aku nggak sadarkan diri, kan?"Tuduhan demi tuduhan keluar dari mulut wanita itu, menyudutkan Hendra sangat banyak. Padahal, Hendra sama sekali tidak melakukan apa pun dari semua tuduhannya."Tidak begitu. Saya tidak
last updateLast Updated : 2022-05-29
Read more
PREV
1
...
89101112
...
31
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status