Semua Bab Akibat Kencan Buta: Bab 71 - Bab 80

86 Bab

71) Bertemu Saga

Sesuai tebakan Sahara, Liana sama sekali tidak mengijinkan putrinya itu untuk keluar rumah. Khawatir Sahara nekat bertemu dengan Saga, dan hanya menambah luka untuk putrinya. Liana tidak menginginkan itu terjadi.Tetapi, dengan sedikit rentetan kalimat rayuan dari Nana akhirnya mampu meluluhkan hati Liana yang sedang sekeras batu.Sengaja memilih waktu setelah jam makan siang, karena menurutnya akan punya banyak waktu bagi Nana dan Sahara merayu Liana agar di ijinkan keluar.“Baiklah, asal jangan pulang terlalu sore.” kata Liana waktu itu, menatap anak dan keponakannya bergantian.“Sampai malam, mam?” rayu Sahara sedikit menawar.“No, sore ini harus sudah ada di rumah. Kalau tidak mau, ya sudah, silahkan tetap dirumah.” putus Liana bulat-bulat yang berhasil membuat putrinya menghela napas berat lalu mengangguk pasrah.Nana memalingkan wajah untuk menyembunyikan tawa, lalu berdehem dan memandang Liana dengan senyum manis.“Tenang saja, tante. Andai sore nanti dia tak ingin pulang, aku
Baca selengkapnya

72) Berita mengejutkan

Berbeda dengan Nana yang enggan menatapnya, William menatap lurus wanita yang berdiri tak jauh dari Sahara. Walau batinnya cukup terkejut dengan kehadiran wanita itu, William terus menatap lekat wanita di masa lalunya. Seolah Nana adalah objek paling menarik di dunia ini, sehingga matanya tersihir untuk terus melihatnya.Kemudian kepala Sahara menyembul dari bahu Saga dan menatapnya dengan alis tertaut, membuat objek yang sedang di pandangnya menjadi terhalangi. William segera menundukkan kepalanya.“Siapa di belakangmu?” Sahara bertanya pada suaminya, menunjuk William dengan lirikan mata.Saga menyerongkan tubuhnya sedikit untuk melihat kebelakang, karena ketegangan yang memenuhi dirinya, ketakutan akan Sahara yang tidak memaafkan dan menolak percaya padanya membuat Saga seolah melupakan keberadaan pria itu.“Dia William, teman papa.” jawab Saga kemudian, kembali menatap Sahara yang masih menelisik William. Dia ingat, gadis itu memang belum pernah bertemu dengan William, meski pria
Baca selengkapnya

73) Bertemu Darren

Nana mencuci wajahnya di depan wastafel, lalu menyambar tissue yang tersedia di sana dan mematut wajah di depan cermin. Ada beberapa orang yang diam-diam menatapnya, ada juga yang terang-terangan. Nana balas menatap orang yang melihatnya terang-terangan dengan senyuman, walau matanya sedikit sembab. Pupil matanya pun tampak memerah di kiri kanan.Wanita itu belum mengecek ponselnya, ketika kembali menuju taman yang dia temukan hanya kekosongan, tidak ada lagi sepupu dan suaminya. Nana mengedarkan pandangannya menatap sekeliling, berusaha mencari keberadaan Sahara, sampai akhirnya dia terduduk di bangku dan mengeluarkan ponsel. Baru itulah dia tahu, sepupunya itu meminta Nana untuk menyusul ke apartemen Saga.“Dia itu menyebalkan dan suka seenaknya, mentang-mentang punya suami.” Nana menggerutu disertai senyum tipis. “Seenaknya menyuruhku ke sana, buat apa coba?” masih menggerutu dan tertawa.Menertawakan dirinya sendiri, yang tidak seberuntung Saga. Sahara memiliki hati yang lapang
Baca selengkapnya

74) Wawancara Maria

“Sedang apa disini?” tanya Daren, menatap lekat mantan istrinya dan sesekali melirik pria yang berada di sisi Nana. “Sakit?”“Tidak,” kepala Nana menggeleng dan menarik napas pelan, lalu menunduk melihat kakinya, “Cuma terluka sedikit.”Daren bergeming mendengar Nana mengucapkan kata 'terluka'. Menurutnya terdengar agak lain di telinga saat wanita itu mengucapkannya, seolah menyiratkan perasaan terluka karena hal lain. Dan, membuatnya teringat atas apa yang dia perbuat pada mantan istrinya itu.“Nana, sebenarnya ada yang ingin aku bicara—...”“Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi, Mas.” potong Nana menggeleng lemah dengan senyum pahit. Daren bernapas lambat saat melihat senyum Nana. Sedangkan William mengkerutkan keningnya mendengar Nana menyebut pria itu dengan sebutan 'Mas'. Beberapa detik setelahnya, barulah dia sadar dan teringat dengan wajah Daren yang tidak asing. Dia mantan suami Nana.“Tuan Daren, kita harus cepat. Dokter sudah menunggu.” ucap seseorang menyela pembicaraan
Baca selengkapnya

75) Panggil aku Sayang!

Sebenarnya jarak antara taman dan apartemen Saga sangat dekat, karena itu taman yang biasa Saga dan Sahara melakukan olahraga ringan seperti berjoging. Namun, Karena William dan Nana berangkat dari rumah sakit jadi jaraknya menjadi lumayan jauh. William menjalankan mobil dengan kecepatan tinggi berharap bisa segera sampai dan mengabarkan berita yang mengejutkan.Sementara itu Sahara sedang mematut wajahnya di depan cermin rias, menyapukan sedikit bedak dan mengoles bibirnya dengan lip gloss agar kembali terlihat segar. Sudut bibirnya masih terangkat membentuk senyum manis, hingga akhirnya Saga keluar dari kamar mandi yang sudah berpakaian lengkap. Hanya rambutnya saja yang masih basah dan handuk kecil melingkar di lehernya.Saga berdiri dibelakang istrinya, menatap wajah Sahara yang tersenyum manis dari pantulan cermin. “Sudah cantik, sekarang gantian aku yang duduk di sini.” godanya seraya menyentuh bahu Sahara.Gadis itu tertawa kecil, pipinya masih memanas kalau mengingat apa yang
Baca selengkapnya

76) William dan Nana

“Eh, siapa bilang?” Saga menyahut cepat saat melihat wajah Sahara yang terperanjat.Nana tidak langsung menjawab, dia mengeluarkan ponsel dari Sling bag. Mengutak-atik sebentar lalu memperlihatkan tayangan ulang wawancara Maria yang memang kembali menjadi trending setelah pemberitaan dari media.Saga dan Sahara melihat dengan seksama tayangan itu, lama-kelamaan Saga terperangah mendengar rentetan jawaban yang keluar dari mulut Maria. Berbeda dengan Saga yang tampak terperangah, Sahara justru mengeraskan wajahnya. Dia menatap tajam pada suaminya.“Benar kau akan menikahinya?” tanyanya dengan suara teredam.Saga terkesiap mendengar nada menggeram dari istrinya, lalu dia menoleh dan menggeleng tegas. “Tidak, Sayang. Mana ada, dia bohong!”Sahara memajukan bibirnya mendengar kata 'Sayang' ingin kembali marah, tapi kemarahan langsung memudar dan memutuskan untuk cemberut.“Lalu ini maksudnya apa?” Sahara menunjuk ponsel di tangan Saga. “Dia bahkan merilis artikelnya kalau kalian akan menik
Baca selengkapnya

77) Manusia yang tak tau terimakasih

“Mau kemana?” tanya Saga yang begitu keluar dari kamar, langsung berpapasan dengan Sahara.Gadis itu berhenti sejenak untuk menoleh dan menjawab. “Bikin minum.”Saga mengangguk dan membiarkan istrinya itu melewati dirinya, setelah dia mengelus kepala sang istri dengan lembut. Dia sendiri berjalan menuju ruang tamu, kembali bergabung dengan William dan Nana yang sama-sama membisu dalam kecanggungan.Nana menggeser sedikit duduknya ketika Saga mendudukkan dirinya di tempat bekas Sahara duduk, berhadapan dengan William. Saga membuka laptop, menekan keyboard dengan lincah menggunakan sepuluh jarinya. Ketika laptop telah tersambung dengan CCTV seluruh ruangan yang ada di apartemen ini, mendadak Saga menghentikan jari-jemarinya.“Kau saja yang mengecek semua rekamannya.” titah pria itu menatap William, menyerahkan benda canggih tersebut pada orang kepercayaan sang papa.William mengangkat alisnya saat mendengar perintah itu, namun segera mengangguk paham. Tuannya pasti enggan melihat-lihat r
Baca selengkapnya

78) Kemarahan seorang ayah

Hanum menyambut dengan ramah dan mempersilahkan Brata duduk di sofa yang ada di ruang kerjanya. Dia tidak hanya berdua, Saga pun ada di antara mereka. Putranya itu mengulurkan tangan hendak bersalaman dengan mertuanya, tetapi Brata mengabaikannya dengan dingin. Membuat Saga menghela napas pelan, dan memakluminya sama sekali tidak merasa tersinggung.Brata datang ke kantor Hanum bukan untuk beramah tamah, dia ingin membuat perhitungan pada menantu dan besannya. Yang sedari awal sudah membohongi dirinya.“Aku merasa terhormat kau mau bertandang kemari.” ujar Hanum tersenyum pada Brata yang sudah mendudukan dirinya tepat berseberangan dengannya. “Aku benar-benar meminta maaf atas apa yang sudah dilakukan putraku.”Dia menoleh, memandang Saga yang berusaha mempertahankan senyumnya ketika Brata juga ikut menatapnya. Lalu, Hanum menepuk pundak putranya dengan tegas dan kembali menatap pada besannya yang menyandarkan tubuhnya pada bahu sofa dengan sorot mata yang tajam.“Kalau kedatanganmu
Baca selengkapnya

79) Kedatangan Selly dan Yuri

“Sayang, kau belum menunjukkan rekaman itu pada orang tuamu?” Saga melakukan panggilan telepon dengan istrinya setelah kepergian ayah mertuanya, dia berada di ruang kerjanya sendiri saat ini dan berdiri menghadap dinding kaca yang menampilkan pemandangan kota yang dihiasi gedung pencakar langit.“Emm, belum ... kenapa?” balas Sahara tersenyum salah tingkah di seberang telepon. Jari telunjuknya menggaruk ujung alis dengan canggung.Terdengar helaan napas berat dari mulut Saga, dia mengusap wajahnya menggunakan telapak tangan. “Tadi, papi kemari.” desisnya.“Oh, ya? Mau apa?” tanyanya terkejut dan sedikit cemas. “Apa papi menghajarmu?”“Tidak, papi menghargai permintaanmu agar tidak menyentuhku.” jawabnya disertai gelengan, kemudian tersenyum mengingat permintaan itu adalah bukti cinta istrinya pada dirinya. “Terima kasih sudah mencintaiku begitu besar, saking besarnya sampai mampu menutupi kemarahan seorang Brata yang konon dikenal memiliki watak keras dan tegas.” godanya terkekeh.Sa
Baca selengkapnya

80) Maria yang nakal

“Tuan, saya sudah menemukan keberadaan Maria. Dia ada di pusat perbelanjaan, mungkin sedang berbelanja.” lapor William pada Saga melalu telepon, lelaki berwajah oval itu terus memantau Maria dari balik kaca mobil.“Terus pantau dan ikuti, kalau wanita itu menuju ke apartemennya pastikan kau yang lebih dulu tiba di sana. Aku akan menunggumu di dalamnya.” balas Saga, menatap lurus pada jalanan dan berusaha mengemudi dengan perhatian penuh. Dia tidak sabar ingin bertemu dengan Maria dan membuat wanita itu menyesal sudah berani bermain-main dengan dirinya.Kini, Saga tengah berdiri tegak dengan raut wajah yang dingin, melayangkan tatapan setajam belati pada wajah Maria yang berubah pias. Wanita itu sesekali melirik William yang mulai bangkit dari sofa dan berjalan di belakangnya. Seolah memastikan William tidak berbuat sesuatu yang mengancam nyawanya seperti dulu.“Takut, eh?” tanya pria itu dengan seringai mengejek, Saga sendiri merasa puas dengan reaksi dari wanita yang tengah hamil mud
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status