Semua Bab Akibat Kencan Buta: Bab 41 - Bab 50

86 Bab

41) Menyesal

Liana mengejar Brata yang dengan kekerasan hati meninggalkan para tamunya. Wanita itu meminta maaf penuh kerendahan hati untuk memberikan waktu bagi suaminya menenangkan diri.“Mama!” Sahara menghamburkan diri dalam pelukan Viona ketika ibu mertuanya itu berpindah ke sampingnya. “Aku tidak mau berpisah, Ma!”Viona merasakan bahu Sahara bergetar, menenggelamkan pada dadanya dengan wajah basah. “Sayang, kau tenanglah dulu. Semuanya akan baik-baik saja.” berusaha menyalurkan ketenangan melalui sapuan di rambut sebahu gadis itu.“Hanum, kau bantulah putramu. Lakukan sesuatu.” pinta Viona pada suaminya yang tetap bergeming di sofa besar itu, kepala wanita itu dipenuhi rasa resah yang menyiksa diri.“Apa yang harus aku lakukan, Viona? Sejak awal kita turut andil dalam masalah ini, menikahkan paksa Saga disaat dia masih memiliki kekasih. Lalu kita malah menyembunyikan fakta itu.” kata Hanum menggelengkan kepalanya merasa skeptis. Melirik putranya yang hanya bisa menunduk di sana.Seluruh tub
Baca selengkapnya

42) William

Malam ini langit terlihat sangat gelap pekat, tidak ada setitik cahaya dari bulan juga tidak berbintang, justru awan-awan hitam yang bergulung siap menumpahkan isinya. Pria muda dengan stelan jaket Hoodie hitam dan celana jeans berwarna sama nampak mendongakkan kepalanya untuk menatap langit, memperkirakan kapan hujan akan turun.Setelahnya dia menekan ujung topi pet-nya agar melesak lebih dalam hingga menutupi sebagian matanya. Lalu tangannya terulur untuk membuka pintu kendaraan beroda empat ini, duduk dibalik kemudi bersiap menjalankan kaleng berjalan tersebut, namun dering ponsel yang memekakkan telinga menghentikan niatnya.“Hallo?”“William, aku sudah mengecek email darimu. Apa kau bisa memastikan semua informasi itu benar?” suara dari seberang telepon itu terdengar berat. William mengangguk yakin, sangat yakin, “Informasi itu benar, Tuan. Seperti yang Tuan Hanum minta, saya sudah mengerjakannya dengan sangat teliti.”Ada helaan napas dingin dari tuannya. “Jadi wanita itu benar
Baca selengkapnya

43) Ekstra story Nana : Dibawah hujan

Kelebatan-kelebatan kenangan memenuhi kepala wanita bernama Nana, menyatu layaknya potongan puzzle. Sebelumnya tidak pernah ada keyakinan dalam diri wanita berusia dua puluh lima tahun itu akan bertemu kembali dengan lelaki yang telah meninggalkan dirinya dengan sejuta kenangan.Masih segar ingatan tentang lelaki yang pernah memenuhi hatinya lima tahun lalu. William selalu mengisi hari-hari Nana ketika wanita itu masih berstatus mahasiswi, lelaki yang penuh kesederhanaan, membuatnya tersenyum dengan cara sederhana namun terkesan hingga detik ini.“Will...” Wanita itu melirih, tidak menemukan kekuatan untuk sekedar menyuarakan isi kepalanya. Di bawah hujan, bulir bening keluar dari sudut matanya menjadi satu dengan air yang terus di tumpahkan dari langit.Banyak pertanyaan mencucuk dalam kepala Nana, menuntut untuk di lontarkan, misalnya; mengapa William meninggalkan dia tanpa kejelasan? Lalu menghilang bak di telan bumi. Namun yang dilakukannya hanya berdiri diam dengan kepala tertu
Baca selengkapnya

44) Pengumuman kelulusan

Hari pengumuman kelulusan itu telah tiba, Sahara menatap gerbang sekolah dari mobil yang di kendarai Sagara. Suaminya itu sudah memutuskan hubungan dengan Maria secara resmi beberapa hari lalu. Mereka berpikir akan ada drama yang di mainkan Maria sebagai bentuk ketidak terimaan dirinya atau kekecewaan karena Sagara memutuskan hubungannya. Diluar dugaan itu, Maria justru menerima keputusan tersebut dengan santai. Seolah Sagara bukanlah sosok yang penting baginya.“Kau yakin akan melakukan pekerjaan itu, kak?” tanya Sahara seraya melirik suaminya yang mengenakan stelan rapi.“Tentu, aku sudah berjanji pada Papa.”“Tapi, kau 'kan tak menyukai pekerjaan kantor, juga tidak ada pengalaman mengurus perusahaan. Pekerjaanmu sebelumnya terbilang santai.” “Masih ada waktu untuk belajar. Melakukan pekerjaan ini adalah harga yang harus kubayar karena Papa membantuku meyakinkan Papimu.” jawab pria itu tersenyum simpul. Mengusap lembut surai gadis itu. “Sudah, mau sampai kapan kau disini, tidak m
Baca selengkapnya

45) Apa yang terjadi?

Jarum jam terus berputar. Matahari mulai menenggelamkan diri di ufuk barat, menciptakan warna jingga yang menghiasi cakrawala. Disebuah kamar yang di dominasi warna putih, Sahara nampak tidak sadarkan diri diatas ranjang berukuran sedang. Dering ponsel menggema di ruangan itu, membangunkan Sahara dari ketidaksadarannya.Pelupuk mata Sahara membuka. Gamang. Penglihatannya masih menyesuaikan dengan sinar lampu. Ketika kesadarannya pulih, gadis itu terhenyak dan terduduk secara spontan saat menyadari dia berada di tempat asing.Sahara semakin terkejut ketika melihat tubuhnya tanpa busana dan hanya terbungkus selimut. Seragam sekolah yang penuh coretan dan pakaian dalamnya berceceran di lantai, tidak hanya itu ada alat kontrasepsi disana. Di tengah-tengah kepanikan yang mulai menderanya, gadis itu mencoba untuk menggali ingatan.Ingatan terakhirnya adalah ketika dia membuka mobil putih yang di duga milik Sagara, namun sebelum sempat dia melihat orang yang berada di dalam mobil itu, kepalan
Baca selengkapnya

46) Pengejaran

William mengamati gedung sekolah yang megah itu dari balik kaca mobil. Sesekali dia melirik jam hitam di pergelangan tangannya. Hanum memintanya untuk memantau Sahara selama Sagara sedang bekerja di kantornya.Menurut William pekerjaan yang diberikan kali ini terbilang cukup santai. Sebagai kaki tangan tuan Hanum sekaligus orang kepercayaan pria tua itu, William merasa pekerjaan ini yang paling mudah dia lakukan. Setidaknya begitulah anggapannya, sebelum Sahara keluar dari gerbang dengan wajah antusias dan langkah cepat menghampiri mobil di depannya.Pekerjaan yang William anggap mudah itu justru di patahkan begitu saja saat bola matanya melihat bagaimana gadis itu dibekap dan dibius lalu di bawa pergi tanpa ada yang menyadari. William menginjak pedal gas-nya dalam-dalam. Berusaha mengejar mobil yang membawa Sahara melaju sangat kencang.Kejar-kejaran William antara si penculik itu tak terelakkan lagi. Jalanan yang di penuhi kaleng berjalan ini menyulitkan William untuk menyalip mobil
Baca selengkapnya

47) Mengancam Maria

William ikut masuk kedalam mobilnya ketika melihat penculik itu melajukan mobil mereka. Tidak ingin kembali kehilangan jejak, William lekas mengejar mereka secepat kilat.Walau dia sudah mendengar keberadaan Sahara yang ada di sebuah hotel, William lebih memilih untuk mengejar pelakunya alih-alih memeriksa keadaan Sahara. Dari yang William dengar lewat pembicaraan itu sepertinya Sahara baik-baik saja dan ditinggalkan dengan keadaan tidak sadarkan diri.Dua orang penculik itu menyadari mobil William dibelakangnya. Mobil hitam metalik itu nampak mengejar kencang dan sesekali memepetkan badan mobil seolah hendak menyalip.“Keparat! Siapa dia?”“Laju lebih cepat! Sepertinya orang itu tidak berniat baik!”Mereka semakin menaikkan kecepatan mobilnya dan berhasil memberi jarak dengan mobil William. Jalanan yang sepi memudahkan mereka untuk mengemudi dengan brutal.Melihat hal itu, William menarik sudut bibirnya dengan miring. Tangannya meraih revolver yang siap di gunakan diatas dasboard, ke
Baca selengkapnya

48) Pengecut

Maria masih mencoba mengatur deru napas dan detak jantungnya yang berdegup sangat keras, William sudah pergi beberapa menit lalu, namun kengerian yang diciptakan pria itu masih mengental di ruang tamu miliknya ini.Maria bangkit dan berpindah tempat duduk, wanita itu menenggelamkan diri pada sofa tunggal yang empuk. Lalu memijit pelipisnya yang berdenyut, tidak menduga akan mengalami hal mengerikan seperti itu. Ini pertama kalinya Maria melihat sebuah pistol di todongkan langsung tepat di depan wajahnya.Suara luncuran peluru yang memekakkan telinga itu masih terngiang di dalam kepala. Seluruh tubuh Maria merinding ketika mengingatnya. Maria sangat tidak menyangka tuan Hanum akan seberani itu untuk mengunci gerakannya. Bahkan mengancam dengan mengirimkan pria mengerikan itu. Siapa dia? Pembunuhan bayaran?Pertanyaan-pertanyaan itu mencucuk dalam kepala Maria, lalu dia teringat dengan amplop coklat susu yang disebut sebagai hadiah dari William. Maria meraihnya dan memandang cukup lama
Baca selengkapnya

49) Membuat kenangan indah di tubuhmu

Pria berusia dua puluh tiga tahun itu tampak sedang memperhatikan gadis berwajah muram yang di duduk di tepi ranjang. Saga lekas mendekat untuk mendudukkan dirinya di samping Sahara, membuat sang gadis sedikit tersentak ketika mendapati suaminya itu sudah ada di sampingnya.Melihat wajah muram itu, Saga lekas mengerti bahwa istrinya itu masih membayangi penculikan yang terjadi seharian ini. Membuatnya semakin dirundung perasaan bersalah.“Mikirin apa?” Saga bertanya pelan seraya menyelipkan helaian rambut yang menjuntai menyentuh pipi istrinya yang putih.Manik hitam pria itu menyorot lembut, membuat sang gadis merasa seolah jiwanya ditarik dan di tenggelamkan dalam gelapnya malam. Sahara memindai wajah lelaki di depannya, wajah yang dulu selalu menatapnya sinis dan dingin, sekarang hanya ada wajah yang selalu menatapnya dengan wajah melembut dan sorot khawatir.“Masih memikirkan kejadian tadi, hm?” Saga kembali bertanya ketika gadis itu hanya membisu dan menatap wajahnya lekat.“Apa
Baca selengkapnya

50) Terlalu sempit

(Warning 21+)“Jangan terus menatap itu.” Sahara menegur suaminya yang terpana dengan pandangan tertuju pada dadanya yang masih terbalut bra, semua pakaian luarnya sudah tertanggal hanya menyisakan pakaian dalamnya saja. Wajah gadis itu tampak bersemu menahan malu.“Kenapa?” tanya Saga tersenyum, lalu terkekeh ketika melihat wajah istrinya semakin memerah. “Ini, terlihat cantik. Boleh aku menyentuhnya?”Tangan Sahara mengepal dan memukul pelan dada pria yang sedang mengungkung tubuhnya, matanya melirik jengkel, “Kenapa kau banyak tanya? Kenapa harus bertanya dulu? Kan aku jadi malu!”“Oh, jadi kau lebih suka langsung, ya?” Saga semakin melebarkan senyumnya hingga menampakkan gigi, sangat senang menggoda istrinya yang sudah tidak ada bedanya lagi dengan kepiting rebus.“Kakak!” seru gadis itu semakin malu, membuat Saga mengeraskan tawanya.Kemudian pria itu membuka kaosnya dan menampakkan dada bidang dan perutnya yang berotot. Ini bukan pertama kalinya Sahara melihat tubuh itu, namun t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status