Sagara mencengkeram kuat stir mobilnya, suasana hati pria itu benar-benar buruk. Makan malam bersama seorang bocah ingusan adalah hal yang menjengkelkan membuat moodnya hancur berantakan. Semua berawal ketika sang Mama yang terus-menerus menekankan dia untuk menikah sesegera mungkin, usianya memang sudah dua puluh sembilan tahun. Sudah cukup matang untuk ukuran pria dewasa. Pikirannya melayang saat belum bertemu Sahara.“Saga, kapan kau menikah, nak?” kalimat itu sudah ratusan bahkan ribuan kali masuk ke gendang telinganya, menjadi makanan sehari-hari, membuatnya muak.“Usiamu dua puluh sembilan, sudah sepantasnya kau menikah.”Usia bukan patokan seseorang untuk menikah. Pernikahan tidak sesederhana perihal usia yang matang, pernikahan adalah sesuatu yang sakral, ikatan suci yang panjang. Sagara akan menikah jika dia menemukan seseorang yang siap dan tepat untuk dijadikan seorang istri, dia hanya ingin memiliki pernikahan yang sekali seumur hidup.Namun ucapan Viona—sang Mama, membuat
Read more