Home / Pernikahan / Akibat Kencan Buta / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Akibat Kencan Buta: Chapter 1 - Chapter 10

86 Chapters

1). Pria dingin yang tampan

Malam yang menyongsong kelam bertaburkan ratusan bintang yang bekerlip langit, begitu mempesona dan indah. Seorang gadis muda nan cantik baru saja turun dari taksi online yang mengantarkannya ke sebuah kafe elit di kota besar ini. Gadis cantik itu memiliki mata yang bulat, sebulat wajahnya. Kedua manik mata mengerjap dengan binar yang indah, malam ini ia menerima ajakan makan malam yang direncanakan oleh orangtuanya. “Selamat datang nona, silahkan...” Sang gadis tersenyum manis pada orang yang membukakan pintu cafe untuknya. Penampilannya cukup menarik perhatian, dengan gaun selutut berwarna hitam, sangat kontras dengan kulitnya yang seputih susu, membalut tubuhnya yang ramping. Jangan lupa sebuah rambut berbentuk kupu-kupu kecil yang manis rambut sebahunya. Pandangan gadis itu menyapu seisi ruangan, matanya dengan teliti mencari sebuah nomor meja yang ada di pesan oleh orangtuanya itu. Mereka memang berangkat menuju kafe dengan terpisah, dan orangtuanya sudah lebih dulu tiba di k
Read more

2). Protes keras

Sagara mencengkeram kuat stir mobilnya, suasana hati pria itu benar-benar buruk. Makan malam bersama seorang bocah ingusan adalah hal yang menjengkelkan membuat moodnya hancur berantakan. Semua berawal ketika sang Mama yang terus-menerus menekankan dia untuk menikah sesegera mungkin, usianya memang sudah dua puluh sembilan tahun. Sudah cukup matang untuk ukuran pria dewasa. Pikirannya melayang saat belum bertemu Sahara.“Saga, kapan kau menikah, nak?” kalimat itu sudah ratusan bahkan ribuan kali masuk ke gendang telinganya, menjadi makanan sehari-hari, membuatnya muak.“Usiamu dua puluh sembilan, sudah sepantasnya kau menikah.”Usia bukan patokan seseorang untuk menikah. Pernikahan tidak sesederhana perihal usia yang matang, pernikahan adalah sesuatu yang sakral, ikatan suci yang panjang. Sagara akan menikah jika dia menemukan seseorang yang siap dan tepat untuk dijadikan seorang istri, dia hanya ingin memiliki pernikahan yang sekali seumur hidup.Namun ucapan Viona—sang Mama, membuat
Read more

3). Demi menjaga kehormatan

Sedangkan di sisi lain, Sagara pun melakukan protes keras pada sang Papa. Orang yang telah merencanakan perjodohan konyol itu.“Pa, kenapa Papa menjodohkan aku dengan bocah SMA. Mau taruh dimana wajahku nanti-!” Sagara merasa harga dirinya terluka dengan menikahi gadis yang masih duduk di bangku sekolah menengah sedangkan dia adalah pria dewasa.“Kenapa kau sekeras ini, Sahara itu 'kan cantik!” sahut Papa begitu geli dengan tingkah putranya yang berlebihan.“Tidak secantik Maria.” timpal Sagara dengan ketus.Bocah ingusan itu memang cantik, namun kecantikannya tidak sematang Maria, membuatnya tidak menarik di mata Sagara.“Sahara itu sedang masa pertumbuhan, kau lihat, masih remaja saja sudah cantik. Apalagi dewasa nanti. Si Maria itu pasti kalah!” ucap Papa begitu bangga membandingkan dengan kekasih putranya.Sagara berdecih, “Begitu dia dewasa, aku justru menua.”Kontan saja ucapannya itu membuat sang Papa tertawa.“Bukan begitu teorinya, Saga. Justru kau akan terlihat lebih muda ji
Read more

4). Menjemput Sahara

Sagara dengan perasaan kesal dan terpaska, dia harus menuruti perintah dari Papanya. Menjemput Sahara.Di sinilah dia berdiri, tepat di depan pekarangan rumah bocah ingusan itu.Sudah sejak sepuluh menit yang lalu Sagara menunggu, namun sang empunya rumah belum menunjukkan batang hidungnya. Pria itu menyandarkan bokongnya di kap mobil, menunggu gadis yang berkencan dengannya itu keluar.Ketika Sahara melangkahkan kakinya keluar, gadis muda yang mengenakan seragam sekolah lengkap itu dibuat terkejut mendapati pria dewasa yang sudah tidak asing di matanya. Dia tidak tahu ini, apalagi yang direncanakan oleh orangtuanya?Lelaki itu tersenyum sinis melihat raut kaget tercetak jelas di wajah gadis yang dia anggap masih bocah itu. Otak Sagara yang cerdas mencetus sebuah ide yang brilian menurutnya. Jika dia tidak bisa membatalkan perjodohan ini, maka lelaki tampan itu akan membuat Sahara tidak akan tahan dengan sikap ketus dan dinginnya bila berada didekatnya. Dengan begitu bocah itu pasti
Read more

5). Tantangan Yuri

“Turun!”Sahara tersentak mendengar intonasi suara itu, sejak tadi matanya memang menatap jalanan, namun otaknya berada di tempat lain membuat gadis itu tidak sadar bahwa mobil sudah berhenti tepat didepan gerbang sekolahnya.Dengan penuh kekesalan Sahara membuka pintu mobil dan beranjak turun. Namun dia merasa sesuatu yang janggal, kakinya tidak kunjung menyentuh tanah dan gadis itu merasa tubuhnya tidak bisa bangkit dari jok mobil ini. Sekuat tenaga Sahara membawa tubuhnya untuk keluar dari mobil ini. Lagi-lagi gagal. Dia mendecak frustasi.Sagara yang melihat hal itu lantas mendengus dan menggelengkan kepalanya dengan geli.“Lepas dulu sabuknya, lalu turun!”Suara dingin itu kembali menginterupsi, membuat Sahara melirik dadanya. Sabuk pengaman itu masih melekat kuat ditubuhnya, dia menepuk keningnya dengan malu. Sahara mengumpat dalam hati, mendadak dia merasa menjadi manusia paling bodoh di bumi. Mengapa dia tidak sadar akan benda itu, pikirnya.“Te-ri-ma-ka-sih” ucap Sahara menek
Read more

6). Menerima tantangan

Sepanjang perjalanan menuju butik Sahara lebih banyak diam, hanya sesekali saja dia menjawab pertanyaan dari Viona. Obrolan di dominasi oleh dua wanita paruh baya itu. Entah apa yang mereka bicarakan, Sahara tidak tertarik untuk sekedar menyimaknya. Otak gadis itu sibuk mensimulasikan rencana untuk menggagalkan pernikahan ini.Dia bahkan sempat ingin melakukan aksi mogok makan seperti biasa atau kabur dari rumah. Atau dia mengancam akan terjun dari atap rumahnya yang megah itu. Apapun itu dia ingin mencobanya nanti.“Ah, sudah sampai. Ayo Ra, turun!”Suara antusias sang Mami membunyarkan rencana yang mulai tersusun di kepalanya. Sahara mendengus sebal saat melihat wajah Liana yang begitu berbinar, seolah wanita itu yang hendak menikah. Setelah turun dari mobil, Sahara menarik tangan sang Mami untuk menepi sejenak.“Mami serius dengan pernikahan, ini?” Sahara berbisik pelan, menatap lurus wanita yang telah melahirkannya.Sedangkan Viona tidak menyadari Ibu dan anak yang tengah menepi d
Read more

7). Pernikahan

Gadis itu memutar tubuhnya, mematut diri di pantulan cermin. Senyum manis merekah dibibir ranumnya. Sahara tidak pernah menyangka bahwa dia akan terlihat sangat anggun dengan kebaya yang melekat indah di tubuhnya. Dia tidak menduga akan secantik itu.Dulu, gadis cantik itu selalu bermimpi akan menikah dengan lelaki tampan dan gagah bak pangeran berkuda putih dalam negeri dongeng. Lelaki yang romantis.Namun itu hanya bunga dalam tidurnya, hanya mimpi. Mimpi seorang gadis remaja yang begitu mendambakan sosok lelaki yang akan menjadi pelindungnya kelak. Lelaki yang mencintainya. Sahara ingin lelaki seperti itu.Tetapi kini, kenyataan menamparnya untuk bangun dari mimpi indah itu. Realita yang mengharuskan dirinya menikah dengan lelaki yang begitu jauh perbedaannya usia keduanya. Alih-alih romantis justru lelaki yang begitu dingin, tidak ada cinta diantara keduanya.Dan Sahara akan menikah dengan lelaki seperti itu demi menjaga kehormatannya.“Sungguh ironis...” desis gadis itu meringis,
Read more

8). Alat kontrasepsi sialan

Melepas anak gadis untuk menikah tidaklah mudah, terlebih gadis itu putri satu-satunya yang dimiliki. Brata tidak merasa lega melihat putrinya menikah, meski pernikahan ini adalah kehendaknya sendiri. Pondasi pernikahan putrinya terlalu rapuh, untuk itu dia mewanti-wanti dan mengingatkan pria yang menjadi suami dari putrinya.“Sahara putriku satu-satunya” ucap pria tua itu memulai. “Aku menjaganya sepenuh hati, sejak dia hanyalah seorang bayi merah.” lanjutnya. Brata bahkan masih bisa merasakan kuap putrinya sewaktu masih bayi, tahu-tahu kini sudah menikah. Waktu terasa begitu cepat baginya.“Sekarang aku membagi tugas itu padamu.” Brata mencengkeram pelan bahu tegap Sagara. “Jagalah dia, lindungi putriku. Aku mempercayakan tanggung jawab besar ini untukmu. Jangan kecewakan aku.”Sahara berkaca-kaca mendengar kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut sang Papi, dadanya menghangat. Dia sangat menyayangi pria tua itu, sungguh. Di sampingnya Sagara hanya mengangguk patuh, dia mendenga
Read more

9). Melakukan hal konyol

“Darimana kau mendapatkan benda, ini?” tanya Sagara menunjukkan benda yang berada di telapak tangannya.“Tentu saja dari situ!” jawab Sahara tersungut-sungut. Jari telunjuknya mengarah pada laci nakas yang masih setengah terbuka.Sagara mengumpat dalam hati, ini pasti perbuatan sang Papa, dia tahu itu. Sekarang bagaimana cara menjelaskan ini pada istrinya?Pria itu melirik Sahara yang wajahnya memerah, pasti gadis itu sedang berpikiran hal buruk tentang dirinya.“Hei, bocah. Ini bukan punyaku!” katanya menjelaskan. “Ini pasti ulah Papa. Papa yang—..”“Lalu aku percaya?” Sahara memotong ucapan itu. “Om mengkambing hitamkan Papa, untuk hal kecil itu. Kenapa tidak mengaku saja kalau kau memang mesum!”Rahang pria itu mengeras, dia berdacak pinggang. Sagara sungguh kesal mendengar Sahara yang terus memanggilnya dengan sebutan 'Om'.“Sudah kubilang itu bukan milikku!” ucapnya dengan lantang.“Kalau bukan milikmu, lalu milik siapa?” Sahara melipat kedua tangannya diatas perut, kebaya pengan
Read more

10). Tidur bersama

Sahara menatap kesal pada lelaki yang baru beberapa jam lalu menjadi suaminya. Padahal dia yang bersumpah akan membuat lelaki itu kesal dengan tingkahnya, justru dia yang dibuat terkesal-kesal. Bayangan dada bidang dan perut kotak-kotak masih berseliweran di otaknya, Bagaimana bisa Sagara masih bersikap santai setelah menodai mata sucinya, pikir gadis itu.“Apa-apaan?”Kedua alis Sahara terangkat sempurna saat pria itu menjejalkan sebuah bantal dan selembar selimut di tangannya.“Sana! Tidur di sofa!” titah Sagara seraya menunjuk sofa panjang yang tersedia di kamarnya.Perangainya kembali dingin, pria itu merutuki kebodohannya barusan. Dia tidak sadar telah melakukan hal konyol itu. Mungkin Sagara terbawa suasana. Apapun itu dia menyesal melakukannya.“Atau kalau kau tidak keberatan, tidur dilantai pun boleh.” lanjutnya lagi, melambai acuh pada Sahara yang sudah menganga lebar. Gadis itu tidak percaya mendengarnya.“Enak saja!” sembur Sahara. “Aku ini seorang istri, sesuka hati kau me
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status