Beranda / Romansa / Madu Untuk Suamiku / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab Madu Untuk Suamiku: Bab 81 - Bab 90

143 Bab

Separuh Hati yang Terluka

Shofia memegangi kepalanya yang tiba-tiba kembali merasakan sakit luar biasa. Belum sempat ia mendapat jawaban dari pertanyaannya, nyeri itu kembali menyerang. Berulang kalia Shofia mengucapkan istighfar, seraya berharap sakit itu sedikit berkurang.“Shofia! Kamu kenapa, sayang?” Ustaz Subhan berseru panik. Dokter yang tadi sempat menangani Shofia telah pergi. Melihat sang istri yang mengerang kesakitan, membuat hati Ustaz Subhan bagai ditusuk sembilu. Ia tak bisa membayangkan jika Shofia mungkin kerap merasakan kesakitan seperti saat ini, dan tak ada seorang pun yang menemani.“Kita ke rumah sakit, ya?” lirih Ustaz Subhan dengan suara bergetar.Shofia tak merespon. Tubuhnya terasa lemah tak bertenaga. Walau sakit di kepalanya sudah sedikit mereda, tetapi nyeri di sekujur tubuh masih ia rasakan. Apalagi jika mengingat Kiyada yang telah hamil.Harus diakui bahwa Shofia hanyalah wanita biasa. Ia memiliki rasa cemburu juga kecewa. Tak pernah menyangka jika kehamilan Kiyada bisa secepat
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-26
Baca selengkapnya

Sulit bersikap adil

“Angkat saja, Mas. Siapa tahu penting,” tukas Shofia yang melihat raut bimbang di wajah Ustaz Subhan.Ustaz Subhan mengembuskan napas pasrah. Ia memutuskan untuk keluar dari ruangan demi menjaga perasaan Shofia. Dering ke dua kembali berbunyi saat dirinya sampai di depan kamar Shofia.“Assalamualaikum,” ucap Ustaz Subhan begitu telephon tersambung.“Waalaikumsalam.” Terdengar suara serak di sana.Jika tak salah mengira tampaknya Kiyada tengah berusaha menahan isakan. Namun, Ustaz Subhan masih terdiam. Ia kesulitan menemukan kalimat untuk menanyakan apa yang sedang terjadi di sana. Fakta tentang penyakit yang diderita Shofia yang baru ia ketahui hari ini saja sudah cukup menguras emosi.“Ibu drop lagi, Mas," tutur Kiyada dengan suara tercekat.Butuh waktu beberapa detik bagi Ustaz Subhan untuk mencerna kalimat singkat yang diucapkan Kiyada. Sebelum akhirnya terucap sebuah kalimat yang meluncur begitu saja dari bibirnya.“Kamu tenang, Ya. Saya di sini juga sedang menemani Shofia yang ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-27
Baca selengkapnya

Di Balik Pengorbanan Shofia

Saat pikiran Ustaz Subhan sedikit lebih tenang, ia kembali ke kamar Shofia. Di sana tampak sang istri telah tertidur. Mungkin karena efek obat yang tadi diberikan oleh dokter. Ia menarik kursi ke samping ranjang tempat Shofia terbaring. Mengamati lebih dekat wajah yang tak lagi seperti dulu.Namun, tak sedikit pun rasa untuk Shofia berkurang. Ustaz Subhan mencintai Shofia bukan karena fisik semata. Walau tak dipungkiri jika sang istri memiliki kecantikan alami meski tanpa polesan make up.“Kamu harus sembuh, Shofia,” lirih Ustaz Subhan. Ia mengecup lembut tangan kanan Shofia yang bebas.Telephon dari Kiyada juga kian membebani pikiran Ustaz Subhan. Wanita itu pasti cukup kerepotan mengurus semua sendiri. Apalagi dalam keadaan tengah hamil muda. Kiyada juga tak memiliki kerabat yang bisa dimintai bantuan.Pikirannya benar-benar bercabang. Di satu sisi Ustaz Subhan tak mungkin meninggalkan Shofia dalam keadaan seperti ini. Namun, di sisi lain ia juga kepikiran dengan Kiyada. Kedua istr
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-06-30
Baca selengkapnya

Dunia Runtuh

“Ibu ....” Kiyada tergugu di samping wanita yang telah melahirkannya.Kejadian semalam tak akan pernah terlupakan dalam hidup Kiyada. Meski berulang kali ibu keluar masuk rumah sakit, tetapi tak pernah separah ini. Jika bisa, Kiyada ingin berbagi sakit dengan ibu. Atau bahkan bertukar posisi.“Sel kanker yang dialami Ibu Anda telah menyebar ke bagian tubuh yang lain,” ucap dokter yang menangani Ibu.“Tapi bukannya Ibu telah berobat sampai Singapura?” gumam Kiyada yang masih bisa didengar oleh dokter laki-laki di depannya.“Pengobatan sampai mancanegara sekalipun, tak menjamin sel itu akan hilang secara total. Apalagi jika sudah memasuki stadium lanjut.”Dunia Kiyada serasa runtuh. Kalimat dokter seolah menegaskan jika kondisi sang ibu tak dalam keadaan baik-baik saja. Bahkan, Kiyada baru tahu jika pengobatan di Singapura tak membawa hasil seperti yang ia harapkan.Ibu juga tak pernah bercerita secara gamblang saat ia bertanya hasil pengobatan selama di Singapura. Beliau selalu berkata
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-01
Baca selengkapnya

Perhatian Kecil

Entah seperti apa wajah Kiyada saat ini. Mata bengkak dengan hijab yang cukup berantakan, cukup menegaskan bahwa jiwanya terguncang. Farhan ternyata tak datang sendiri. Ia bersama Kyai Zuhair dan Jihan.Kehadiran mereka bertiga cukup menghibur Kiyada. Setidaknya masih ada orang-orang yang peduli padanya dan ibu. Walau wajah Jihan masih datar seperti biasa, tetapi ia juga dengan khusuk mengaminkan tiap doa yang dilantunkan Kyai Zuhair di samping ibu. Entah siapa yang memberitahu keluarga Ustazah Shofia tentang kabar sakitnya ibu.“Sejak kapan ibu kamu drop lagi?” tanya Kyai Zuhair yang kini telah duduk di kursi sedikit menjauh dari ranjang ibu.“Sejak semalam. Dokter bilang kanker yang diderita ibu telah menyebar,” jawab Kiyada dengan suara tercekat. Air mata Kiyada kembali menetes. Saat mengingat kejadian itu, dadanya terasa begitu sesak. Perhatian kecil yang diberikan Kyai Zuhair menghangatkan hati Kiyada. Doa-doa tulus yang beliau lantunkan menjadi angin segar baginya. Berharap den
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-01
Baca selengkapnya

Keajaiban Untuk Ibu

Saat mata itu masih saja terpejam, Kiyada tetap berharap akan ada kabar baik dari Ibu hari ini. Tadi dokter sempat berpesan jika seorang pasien koma masih bisa merasakan atau mendengar saat diajak berkomunikasi. Hal itu menjadi penyemangat bagi Kiyada, artinya masih ada harapan untuk ibu bisa sembuh.Walau harapan untuk sembuh sangat tipis, tetapi jika Tuhan sudah berkehendak tak ada yang tak mungkin. Kali ini Kiyada hanya mengandalkan keajaiban. Jika memang sang ibu tak bisa sembuh dari penyakitnya, paling tidak beliau mampu bertahan sedikit lebih lama lagi.Tak ada yang menggantikan Kiyada menjaga ibu. Semua ia lakukan sendiri. Sebelum ini ia memang sudah beberapa kali menjaga ibu di rumah sakit. Namun, kini keadaannya berbeda. Kiyada yang tengah hamil muda, membuat tubuhnya lebih cepat lelah.“Kalau capek, kamu minta bantuan orang buat jaga ibu. Nanti biar aku yang bayar,” ucap Ustaz Subhan melalui sambungan telephon tadi malam.“Tidak perlu, Mas. Aku masih sanggup buat jaga Ibu. T
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-05
Baca selengkapnya

Kisah yang Belum Usai

Kiyada segera memanggil dokter untuk mengecek kondisi ibu. Berharap ada kabar baik yang ia dengar hari ini. Namun, setelah dokter melakukan serangkaian pemeriksaan, dan memanggil Kiyada ke ruangannya, hasilnya sungguh jauh dari harapan.“Ibu Aminah bisa sadar saja itu merupakan sebuah keajaiban dari Tuhan.” Manik hitam di balik kacamata itu menatap dengan pandangan sendu. “Kita tak bisa melawan sel yang telanjur berkembang, satu-satunya cara hanya bertahan. Jangan bebani beliau dengan terlalu banyak pikiran.”Dari penjelasan dokter, Kiyada tak tahu harus bahagia atau sedih. Dari awal memang para dokter sudah menegaskan jika sangat kecil kemungkinan untuk sembuh. Apalagi mengingat usia ibu yang telah melewati kepala lima.Dulu ibu menikah sedikit terlambat dari kawan sebayanya. Baru diberi anugrah keturunan saat usia 35 tahun. Itu pun beliau harus rela kehilangan sang suami saat Kiyada masih berada dalam kandungan.“Apakah kita tak ada keluarga yang bisa dikunjungi, Bu?” tanya Kiyada s
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-05
Baca selengkapnya

Menepis Asa

“Maksud Kak Farhan?” gumam Kiyada nyaris tak terdengar.Awan pekat menggelayut di angkasa. Mungkin sebentar lagi hujan pun akan menyapa. Dua insan di ambang kebimbangan itu masih berada di taman. Duduk berjarak dengan perasaan yang sulit untuk dijelaskan dengan kata.Jika menuruti hawa nafsu, Kiyada dengan suka rela akan menerima tawaran menggiurkan dari Farhan. Laki-laki yang memberikan cintanya secara utuh. Selalu bersedia mendampingi di saat terberat seperti saat ini.“Aku tahu kamu tidak bahagia dengan pernikahan ini, Ki.” Farhan menekan suaranya.Kiyada menggeleng. “Aku bahagia, Kak. Lagipula darimana Kak Farhan bisa menyimpulkan kalau aku tidak bahagia?”Farhan menoleh, menatap lekat wajah Kiyada. Mencari kesungguhan dari ucapan wanita itu. “Aku berharap ucapanmu itu bukan bualan semata,” gumam Farhan pada akhirnya.Tak ada jawaban dari Kiyada. Ia menoleh ke sembarang arah, sekira Farhan tak mengetahui jika pipinya perlahan mulai basah. Mungkin akan lebih baik jika laki-laki itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-12
Baca selengkapnya

Pesan Ibu

Senyuman yang diberikan dokter pada Kiyada cukup menjelaskan segalanya. Tampaknya setelah berobat di Singapura, ibu sengaja menyembunyikan hal ini dari semua orang. Beliau bersikap seolah sehat dan baik-baik saja.Namun, Kiyada tak boleh putus harapan. Ia harus bisa tegar di hadapan ibu. Kini adalah waktu yang tepat untuk membuktikan baktinya sebagai seorang anak. Apalagi ia putri tunggal, yang selama ini hanya hidup berdua dengan sang ibu.“Ibu sepertinya sudah tidak kuat lagi, Kiyada,” lirih ibu dengan suara sedikit terengah.Kiyada menggeleng kuat, ia menggenggam erat tangan ibu. “Ibu pasti bisa.”“Kalau nanti ibu pergi, kamu jadilah istri yang baik untuk suami. Jangan banyak menuntut.”Air mata Kiyada meluruh membasahi tangan ibu. Ia tak yakin apakah mampu hidup tanpa wanita yang telah membesarkannya seorang diri ini. Namun, sisi hatinya juga tak tega melihat ibu yang merasa kesakitan.Andai sakit itu bisa dibagi atau diambil alih, Kiyada akan melakukannya. Ibu adalah satu-satunya
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-01
Baca selengkapnya

Dua wanita tangguh

Saat ini Kiyada sedang berusaha untuk kuat dengan segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Ia tak boleh memaksakan kehendak. Di atas hamparan sajadah, Kiyada bersimpuh. Menyerahkan segalanya pada Sangpemilik skenario. Sejatinya hidup mati manusia hanya Allah yang tahu.Bukankah masih ada Allah sebagai tempat bersandar. Sebab Dia lah satu-satunya dzat yang tak pernah meninggalkan hamba-Nya dalam keadaan apapun. Kepasrahan adalah titik tertinggi seorang hamba dalam menghadapi segala persoalan hidup.Selesai menunaikan salat di musala, Kiyada bergegas menuju ruangan ibu. Dokter mengatakan jika ibu kembali tak sadarkan diri, dan pihak rumah sakit tak bisa berbuat lebih banyak. Sebab stadium yang diderita ibu sudah mencapai stadium akhir.“Berdoa saja yang terbaik untuk beliau. Doa tulus seorang anak pasti didengar Allah,” ucap dokter menenangkan Kiyada yang kembali terisak.Kiyada menarik napas panjang beberapa kali. Kini di hadapannya sang ibu kembali terbaring koma, dan tak ada ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-08-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
15
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status