Home / Romansa / Labuhan Cinta / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Labuhan Cinta : Chapter 61 - Chapter 70

77 Chapters

Untuk Wanita Cantik

Angin berembus menerpa pepohonan membuat beberapa daun berguguran. Jalanan yang tertutup dedaunan yang mengering tampak indah saat dilalui. El dan Freya berjalan menyusuri jalanan kota London.Pemandangan kota London begitu indah. Pepohonan dengan daun yang menguning, memberikan warna yang cantik. Rencananya mereka akan ke taman Hyde Park untuk menikmati indahnya pemandangan indah di musim gugur ini di taman terbesar di London. Mereka sengaja berangkat pagi. Berharap mendapatkan kehangatan matahari. Mengingat musim gugur, udara tetap terasa dingin.Cahaya matahari yang menerpa kulit begitu menghangatkan. Kehangatan itu bertambah ketika dua insan saling bergandengan tangan. Seperti halnya yang dilakukan oleh El dan Freya. Tangan yang saling bertautan memberikan kehangatan tersendiri. “Lihatlah.” Freya menunjuk ke gerombolan angsa yang indah sekali berenang di danau. Terlihat indah sekali. El tersenyum melihat wajah Freya yang dihiasi se
Read more

Ternyata Pingsan

Hari ini mereka kembali beraktivitas. Perjalanan jalan-jalan mereka yang menyenangkan, memberikan energi baru untuk mereka menjalankan aktivitas kembali. Pagi-pagi sekali mereka sudah bangun dengan semangat. Bersiap untuk hari pertama bekerja.“Sebaiknya oleh-olehnya kita bawa saja sekalian. Nanti pulang kita bisa mampir untuk memberikan pada mereka semua.” Freya sibuk menyusun paper bag yang berisi oleh-oleh yang dibelinya kemarin. “Iya, nanti kita ke sana dan sebaiknya kita menginap saja. Karena pasti mereka akan mengajak mengobrol kita.” Freya membenarkan ucapan suaminya. Apalagi sudah pasti para orang tua ingin tahu kabar anak-anak mereka di sana. “Baiklah, kita akan menginap saja di sana. Agar puas bisa saling bercerita.” El mengangguk. Kemudian melanjutkan kembali bersiap untuk berangkat bekerja. Seperti biasa, El mengantarkan istrinya itu untuk ke kantor. Sepanjang jalan mereka membahas tentang pekerjaan. Bagi Freya kini dia pu
Read more

Positif Hamil

Mobil melaju dengan cepat, membelah kemacetan di pagi hari. Wajah El sudah panik melihat istrinya yang pingsan. Sesekali pandangannya beralih dari jalanan ke arah istrinya. Memastikan jika siapa tahu istrinya ada pergerakan. Mobil memasuki area Rumah sakit. Berhenti tepat di depan UGD. El bergegas turun dan menuju ke kursi sebelah. Tangannya langsung menangkup tubuh istrinya yang terkulai lemas. Perawat yang datang dengan membawa brankar, meminta El untuk meletakkan Freya di atas ranjang bangkar.Dengan setia El menemani Freya menuju ke ruang UGD. Para perawat langsung melakukan beberapa tindakan sambil menunggu dokter datang. Memasang jarum infus agar dapat memasukan cairan infus ke dalam tubuh Freya. Perawat juga mengecek keadaan detak nadi dan tekanan dari Freya. Tubuh Freya yang lemas membuat Freya masih tak sadarkan diri. Sesaat kemudian, dokter datang dan mengecek keadaan Freya. “Tadi saya pikir dia tidur, tetapi ternyata dia pi
Read more

Pemeriksaan USG

El menunggu Freya dengan setia di sampingnya. Tak melepas pandangannya barang sedikit pun. Saat mendapati tangan istrinya yang sedari tadi, dia pegang bergerak, El tersenyum. Pemandangan pertama yang dilihat Freya adalah senyuman manis khas El. Senyuman yang selalu membuatnya jatuh cinta. “Apa tubuhmu masih lemas?” tanya El menatap lekat istrinya yang begitu dia cintai.“Aku sudah jauh lebih baik.” Walaupun wajahnya masih terlihat pucat, Freya masih bisa tersenyum. Senyumannya masih seperti biasa, terlihat sangat cantik. “Tadi perawat membawakan makan saat kamu tidur, jadi sekarang makanlah, agar kamu cepat kuat.” Mendapati perhatian suaminya sudah biasa untuk Freya, tetapi kali ini rasanya berbeda. Suaminya itu jauh lebih perhatian dari biasanya. El mengambil makanan yang disediakan rumah sakit. Menyuapi istrinya dengan telaten. Freya memang tidak merasakan mual. Dia hanya lemas saja dan pusing. Jadi dia masih bisa menerima
Read more

Tega Menyakiti

“Bisakah aku bicara dengan Freya berdua.” Kakek Theo memandang El yang berdiri tepat di samping Freya. Kalimat permintaannya terdengar biasa, tetapi penuh penekanan dan seolah tak terbantahkan. El ragu. Netranya beralih pada istrinya. Bertanya dengan isyarat mata. Anggukan dari Freya menandakan tidak apa-apa jika suaminya itu keluar. Meyakinkan dengan senyuman tipis jika dia akan baik-baik saja. “Aku akan tunggu di luar.” El membelai wajah istrinya sebelum keluar. Kemudian mengayunkan langkahnya keluar ruang rawat. Sesekali El masih menoleh pada Freya. Masih sedikit ragu dengan istrinya itu. Takut Kakek Theo melakukan hal yang buruk pada istrinya. Tepat saat menutup pintu. El berharap. Istrinya akan baik-baik saja. “Apa yang ingin Kakek bicarakan?” Tanpa berlama-lama Freya langsung bertanya. Tak berbasa-basi terlebih dahulu. “Aku sudah bilang untuk menunda kehamilanmu, tetapi kenapa kamu justru mengabaikannya.” Mata yang sudah mulai di kelilin
Read more

Mempertahankan Harga Diri

“Kamu yakin akan bekerja?” tanya El memastikan kembali pada istrinya. Istrinya yang pagi-pagi bangun, bersiap untuk ke kantor. Membuat El keheranan dan bertanya. Ternyata istrinya berniat untuk berangkat bekerja. “Iya.” Freya tersenyum manis. Tubuhnya yang sudah jauh lebih segar membuatnya ingin merasakan kembali beraktivitas. Dua hari di Rumah sakit membuatnya sangat bosan. “Baiklah, kamu harus menjaga dirimu. Jangan terlalu lelah. Nanti siang, aku akan ke kantor untuk menemani makan.” El memberikan peringatan penuh untuk istrinya dan berbalas pelukan dari sang istri. Setelah sarapan pagi, mereka menuju ke kantor. Sepanjang jalan Freya dan El bercerita tentang kehamilan Freya. Dia tidak merasakan mual sama sekali seperti yang terjadi pada ibu hamil lainnya. Membuatnya menjadi ragu, apakah dia benar-benar hamil atau tidak. El meyakinkan istrinya, jika mungkin karena usianya masih dini jadi belum membuatnya mual. Freya pun mengiyakan apa yang d
Read more

Hasil USG

“Apa hari ini kamu akan ke dokter, El?” tanya Mommy Shea dari sambungan telepon.“Iya, Mom. Hari ini kami akan pergi ke Rumah sakit.” Sudah dua minggu berlalu. Hari ini adalah hari di mana El dan Freya akan memeriksakan kandungan Freya sesuai dengan kata dokter. Mereka berharap jika kali ini dokter bisa melihat jelas kandungan Freya. Jadi mereka tidak berpikir terus apakah Freya hamil atau tidak. “Baiklah, kami akan ke sana.” Kami? Dahi El berkerut dalam. Kata ‘kami’ menjelaskan jika mommy-nya tidak sendiri. El sudah menduga jika mommy, daddy, mama dan papanya akan ikut seperti tempo hari. Mereka sudah seperti anggota demo yang memaksa masuk ke ruang periksa dokter kandungan. “Baiklah, aku akan menunggu kalian semua di Rumah sakit.” El mematikan sambungan teleponnya. Kemudian menghampiri istrinya yang sedang berbaring di tempat tidur. Sedari tadi dia pusing sekali.“Masih pusing?” El merangkak naik menuju ke tempat tidur. Men
Read more

Pingsan Lagi

Perut yang berbunyi, membuat Freya mengerjap. Mengedarkan pandangannya, dia melihat jam dinding yang terpasang di dinding kamarnya. Waktu menujukan pukul satu dini hari. Itu menujukan jika dia baru tidur sekitar tiga jam. Karena tadi dia berangkat tidur tepat jam sepuluh malam.Perutnya yang berbunyi, terus saja mengusik Freya. Mau tak mau, dia akhirnya mencoba membangunkan suaminya. “Sayang,” ucapnya seraya menggoyang-goyangkan tubuhnya. El mengerjap ketika tubuhnya bergoyang-goyang. Hal yang dilihatnya pertama adalah wajah istrinya. “Kenapa?” tanyanya panik. Tak biasa-biasanya istrinya membangunkannya pagi-pagi seperti sekarang ini.“Aku lapar,” jawabnya dengan tersenyum. El mengembuskan napasnya. Merasa bersyukur ketika istrinya hanya lapar saja. Dia pikir ada yang terjadi dengan kandungan Freya. Tangan El membelai lembut wajah Freya. “Mau makan apa?” tanyanya tersenyum. “Aku mau aku mau telur setengah matang lalu disirami
Read more

Kenapa Kakek?

Papa Felix kembali ke Rumah sakit setelah puas mengungkapkan semua perasaan dalam hatinya. Dia sedikit menyesali karena tidak melakukannya sejak lama dan justru membiarkan papanya melakukan apa yang dia mau. Namun, kini Felix tidak akan membiarkannya. Dia akan menjaga anak dan cucunya. Sampai di Rumah sakit sudah banyak orang yang datang. Ada kedua orang El yang ada di sana. Istrinya pun turut hadir di sana. “Kamu dari mana?” tanya Mama Chika pada suaminya. “Dari kantor papa.” Wajah Felix tampak masih terlihat kesal. Masih ada amarah yang meliputinya. “Papa marah dengan kakek?” tanya Freya cepat ketika mendengar ucapan dari papanya. “Dia tidak bisa dibiarkan begitu saja. Ini sudah melampaui batas. Harusnya dia tidak seenaknya memintamu mengecek proyek langsung karena kamu sedang hamil. Lagi pula masih banyak karyawan yang bisa dia suruh untuk mengecek.” “Ta—”Freya masih mau menyanggah, tetapi El memegangi lenganny
Read more

Saat Terakhir

Papa Felix merasa cemas dengan keadaan papanya. Pikirannya menerka-nerka apa yang terjadi dengan papanya. Ada sedikit ketakutan dalam hatinya karena apa yang sudah dilakukannya kemarin yang menjadi papanya itu masuk Rumah sakit. Turun dari mobil, Papa Felix langsung menghubungi sekretaris papanya, menanyakan keberadaan papanya. “Apa yang terjadi?” Tepat di depan ruang rawat, Papa Felix bertanya pada sekretaris papanya. Pandangannya penuh ketakutan dan kecemasan. “Pak Theo sudah masuk ke Rumah sakit sejak tiga hari yang lalu, dan sekarang kondisinya menurun.” “Sudah tiga hari dan kamu baru memberitahu sekarang!” Papa Felix ingin melayangkan bogem mentah pada sekretaris papanya itu, tetapi ditahan oleh Daddy Bryan. Temannya itu membawa Felix untuk duduk. Tubuh Felix begitu lemas. Tiga hari artinya di saat dirinya bertemu dengan papanya dan pastinya papanya sakit karena semua ucapannya. “Maaf, Pak, selama ini Pak Theo melarang untuk men
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status