Beranda / Romansa / Labuhan Cinta / Bab 51 - Bab 60

Semua Bab Labuhan Cinta : Bab 51 - Bab 60

77 Bab

Pertemuan Di Rumah

“Setelah ini aku akan segera kembali bekerja. Nanti aku akan pulang di jam istirahat.” Freya menyodorkan sendok berisi bubur ke mulut El. “Kamu akan bekerja?” Mendengar istrinya akan bekerja, dia merasa tidak suka. Dia ingin bermanja-manja dengan suaminya lebih dulu. “Iya, aku ada pertemuan dengan Kak Al.” “Al?” El membulatkan matanya. Merasa was-was istrinya akan bertemu dengan kakak sepupunya itu. Mulutnya langsung bungkam ketika Freya menyodorkan bubur padanya.Menyadari suaminya yang bungkam, Freya tahu jika suaminya itu tidak suka. Apalagi masalah cintanya melibatkan kakaknya sepupunya itu.“Aku tidak menyukainya, jadi tidak akan terjadi apa-apa.” Freya mencoba meyakinkan suaminya.“Kamu tidak boleh bertemu dengannya.” El melipat tangannya dan memasang mede merajuk. Tak rela jika istrinya bertemu dengan pria yang menjadi saingannya itu. “Apa kamu tidak percaya denganku?” Tangannya membelai lembut pipi suaminya. Mencoba untuk menenangkan rasa cemburu yang dirasakan
Baca selengkapnya

Menempel Bak Prangko

Pagi ini El sudah mulai pulih kembali. Tubuhnya sudah segar seperti biasanya. Apalagi sekarang istrinya begitu memanjakannya, pastinya akan membuatnya cepat sehat. Suasana pagi ini pun diwarnai dengan keromantisan. El sedari semalam terus mendekap tubuh istrinya. Tak mau melepaskan sama sekali. “Kamu sudah tidak demam, kenapa mendekap erat seperti ini?” keluh Freya yang mulai merasa pegal karena belum berubah posisi dari semalam. Tangannya terasa kesemutan ketika terhimpit saat posisi tidurnya miring. “Rasanya aku tidak mau jauh darimu.” El membenamkan wajahnya ke ceruk leher Freya. Bibir yang menempel di leher istri, membuatnya dapat dengan mudah mendaratkan kecupan.“El ….” Freya berusaha untuk menghindar karena merasa geli. “Kamu susah sekali memanggilku ‘sayang’.” El yang semakin gemas terus mendaratkan kecupan bertubi-tubi. Tak melepas istrinya yang tidak memanggilnya mesra. Alih-alih memanggil dengan panggilan ‘sayang’, dia justru memanggil nama saja.Suara tawa Freya menyamb
Baca selengkapnya

Pesona

“Halo, Kakak, aku pikir kamu sudah lupa denganku?” Suara tangisan terdengar di seberang sana. Membuat Freya pun berkaca-kaca. Ingin rasanya dia ikut menangis. Namun, merasa malu melakukannya. “Mana mungkin aku lupa dengan adikku yang nakal?” Freya yang diminta El untuk menghubungi adiknya, akhirnya menyempatkan waktu untuk menghubungi. Sudah cukup lama dia tidak menghubungi adiknya. Sejak bertengkar karena perjanjian, dia tidak menghubungi sama sekali dan kini setelah dia sudah berbaikan dengan El, akhirnya dia bisa memulai lebih dulu. “Apa kamu masih marah?” Cia yang merasa bersalah dengan kakaknya, masih menyimpan rasa takut. “Iya, jika kamu ada, aku akan menjewer telingamu.” Karena tidak adanya Cia, akhirnya El yang menjadi sasaran. El yang sedan tidur di pangkuan Freya kena imbas. Kekesalan Freya pada Cia dia limpahkan pada El. Tangannya bergerak menjewer telinga El. “Auuuhhh … kenapa aku yang dijewer?” protes
Baca selengkapnya

Pria Paling Berani

Sesuai dengan rencana El dan Freya, liburan kali ini mereka menikmati dengan berlibur bersama. Dua hari libur kerja, digunakan mereka untuk menikmati liburan. Karena hanya dua hari saja, mereka memilih untuk tidak jauh-jauh menikmati liburan. Rencananya hari ini mereka akan ke taman hiburan yang terkenal di dalam kota. Menikmati wahana bersama dan menghabiskan waktu bersenang-senang. Tampil kasual dengan kaos dan celana jeans, mereka berdua tampil santai. Berbeda dengan biasanya. Topi yang dipakai keduanya membuat wajah mereka sedikit terhalau saat sinar matahari menerpa kulit wajah. Setelah mendapatkan tiket mereka berdua masuk ke wahana. Pemandangan pertama yang dilihat adalah komedi putar. Terlihat patung kuda di dalamnya berjajar dengan pegangan besi. Tawa anak-anak kecil yang berada di dalam sana begitu riang ketika komedi putar berputar.  “Mau naik itu?” tanya Freya menggoda El. El merangkul bahu Freya karena gemas saat istriny
Baca selengkapnya

Jalan-Jalan

El dan Freya keluar dari kamar ketika jam makan siang tiba. Perut mereka yang terus berbunyi, membuat mereka akhirnya mengakhiri kegiatan mereka untuk segera mengisi perut.“Kenapa kalian betah sekali di kamar?” Ghea yang melihat kakaknya menuruni tangga, melayangkan protesnya. Sedari tadi dia sudah menunggu kakaknya, tetapi kakaknya itu tak kunjung keluar dari kamar. Freya malu sekali. Suaminya memang tidak tahu tempat. Padahal mereka bisa saja melakukan di rumah saja nanti. Namun, tetap saja Freya tidak bisa menolak pesona suaminya. Hingga akhirnya, membuatnya menuruti keinginannya. “Memangnya kenapa?” El dengan tenangnya mendudukkan tubuhnya di samping Ghea. Tak ada perasaan malu yang terlihat di wajahnya. “Aku lapar dan menunggu kalian untuk makan.” Ghea memegangi perutnya yang terasa lapar.“Kenapa harus menunggu kami?” Dahi El berkerut dalam. Merasa aneh dengan adiknya. “Mommy dan daddy pergi. Asisten rumah tangan sedan
Baca selengkapnya

Rencana Liburan

Sengketa tanah yang terjadi sudah bisa diselesaikan. Kini pembangunan proyek apartemen akan segera dilanjutkan. Pagi ini Freya memimpin rapat, menjelaskan apa saja yang akan mereka kerjakan untuk proyek ini. Hasil meeting kali ini langsung dia laporkan pada kakeknya. Karena sedari kemarin, dia menunggu kelanjutan pembangunan apartemen. Di ruangan Kakek Theo, Freya menjelaskan pada kakeknya itu. Kakeknya yang sudah berusia tujuh puluh lima tahun itu memang masih rajin ke kantor. Sekitar seminggu tiga kali dia ke kantor. Dia belum bisa melepaskan Freya sendiri mengurus perusahaan. “Apa kamu ada rencana hamil?” Di sela-sela obrolan tentang pekerjaan, Kakek Theo menyelipkan pertanyaan. Mendengar pertanyaan Kakek Theo, Freya merasa aneh. Pasangan mana yang tidak berencana memiliki anak jika mereka sudah menikah. Pastinya anak adalah satu hal yang mereka inginkan setelah menikah. “Iya, kami sedang berusaha, Kek.” Senyum Freya terlihat di wajahnya. Dia benar-benar
Baca selengkapnya

Berangkat Berbeda Waktu

Suara ketukan pintu terdengar, membuat Freya yang sedang asyik dengan pekerjaanya beralih menatap pintu. Tampak sang kakek yang masuk ke ruangan Freya. Dengan cepat Freya berdiri dan menghampiri sang kakek. Membantu sang kakek duduk di sofa. “Kenapa tidak memanggilku saja?” protes Freya yang melihat kakeknya datang hanya untuk menemuinya. Biasanya kakeknya menghubunginya untuk ke ruangannya. “Aku hanya ingin sekalian melihat ruanganmu.” Freya tersenyum. Kakeknya memang keras kepala. Jadi dicegah pun akan sangat percuma. Jadi dia memilih untuk mengalah. “Kemarin kamu mencariku?”  Kakek Theo yang duduk tepat di samping Freya menoleh pada cucunya itu. Sekretarisnya tadi pagi mengatakan jika cucunya itu datang ke ruangannya. Freya teringat jika kemarin dia ke ruangan kakeknya untuk menemui kakeknya. Namun, sayangnya kakeknya itu tidak ada. Dia tahu persisi jika kakeknya memang tidak setiap hari ke kantor. Apalagi perusahaan sekarang dita
Baca selengkapnya

Menyesal Tidak Ikut Berangkat

Freya masuk ke pesta. Mencari kakeknya yang juga menghadiri pesta. Sebenarnya Freya malas sekali. Apalagi dia tidak mengenal orang-orang di dalam pesta. Langkahnya terus dia ayunkan. Menyapu pandangan mencari beradaan kakeknya. “Frey ….” Mendengar namanya dipanggil, membuat Freya menoleh. Tampak Al yang tampil gagah dengan setelan jasnya, mengayunkan langkahnya menghampiri Freya.  “Kak Al di sini juga?” tanya Freya yang terkejut melihat Al. “Iya, aku diundang juga karena perusahanku bekerja sama dengan perusahaanmu.” Freya hanya mengangguk-angguk. Dia juga tidak tahu persis pemilik acara, karena kakeknya tidak menjelaskan detail. “Mana El?” tanya Al yang tidak melihat saudaranya datang. “El ke London hari ini, Kak.” Al terkejut dengan yang diucapkan oleh Freya. Dia tidak tahu jika saudaranya itu sedang pergi ke luar negeri. “Kamu tidak ikut?” tanyanya penasaran. “Aku akan berangkat besok lusa s
Baca selengkapnya

Aku Percaya Padamu

Sore ini sesuai janji, El dan Noah bertemu di tea house. Menikmati kudapan dan teh di sore hari memang memberikan sensasi berbeda. Selalu menciptakan ketenangan tersendiri. El selalu suka aroma teh. Selalu menangkan. “Jadi besok aku harus datang pagi?” tanya El malas. “Iya, dan kamu harus tampil keren besok.” “Aku sudah keren. Buktinya aku sudah laku.” El melirik malas pada temannya itu. “Kenapa harus bawa-bawa laku dan tidak?” Noah mendengus kesal, kemudian menyesap teh miliknya. “Cepatlah menikah!” “Aku ingin mencari seperti Freya saja.” “Maksudmu?” tanya El membulatkan matanya. Memasang mode siap-siap untuk Noah jika sampai menyukai istrinya. “Maksudku yang suci. Yang belum disentuh.” El memutar bola matanya malas. “Sadarlah jika kamu juga tidak suci.” “Kata orang sebrengsek apa seorang pria akan mencari wanita baik-baik untuk menjadi ibu dari anak-anaknya.” Noah tertawa mengatakan
Baca selengkapnya

Ucapan Adalah Doa

“Ada apa Shera menghubungimu malam-malam?” tanya Freya seraya menekuk bibirnya. Semalam dia sudah mengantuk sekali setelah kegiatan panjangnya bersama El. Namun, sayup-sayup terdengar suara El yang berbicara. “Dia menanyakan nomor Al.” El yang menikmati sarapan memasukkan makanan ke dalam mulutnya. “Kak Al? Untuk apa dia meminta nomor Kak Al?” Dahi Shera berkerut dalam. Merasa heran dengan permintaan Shera yang meminta nomor Al. “Mana aku tahu.” El menaikkan bahunya tanda dia tidak tahu. Lagi pula bukan urusannya untuk bertanya untuk apa Shera meminta nomor Al. Apalagi semalam dia terlalu lelah dan memilih untuk segera istirahat. “Kak … Kakak ….” Suara Cia berteriak dari kamar. Dia berlari menghampiri El dan Freya yang sedang asyik menikmati sarapan. El dan Freya terkejut melihat Cia yang berlari-lari sambil memanggil mereka. Adiknya itu terlihat sangat panik ketika menghampiri. “Kenapa lari-lari?” tanya Freya menatap adik
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status