Home / Romansa / Labuhan Cinta / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Labuhan Cinta : Chapter 41 - Chapter 50

77 Chapters

perjanjian Apa

Pagi ini El mengantarkan Cia dan Bian ke kampus. Seharian penuh waktunya dipakai untuk mengurus kedua adiknya itu. Sampai menjelang malam dia baru kembali ke rumah. Hari ini, cukup menguras tenaga. Mengingat dia harus ke dua kampus. El yang sudah lelah, memilih untuk langsung membersihkan diri. Tenggorokannya yang terasa kering, membuat El keluar dari kamar. Langkahnya terhenti ketika petikan gitar terdengar dari taman belakang. El sudah menduga jika itu adalah Bian. Dari semua anggota keluarganya, hanya Bianlah yang bisa bermain gitar. Mengambil air putih di gelas, El meredakan tenggorokannya yang kering. Kemudian, menyusul adiknya. Di taman, dia melihat Bian duduk di kursi taman. Udara malam ini memang panas, jadi wajar saja adiknya itu di luar. Mungkin Bian belum terbiasa. “Kak,” ucap Bian yang melihat kakaknya. Seketika dia menghentikan gerakan tangannya dan menyingkirkan gitar dari pangkuannya. 
Read more

Aku Di Balik Semua Ini

Ghea langsung menoleh ketika mendengar suara Freya. Dia sungguh tidak menduga jika kakak iparnya itu ada di depan pintu. Apalagi pertanyaan Freya tentang perjanjian yang tadi dibahasnya, membuatnya yakin jika kakak iparnya baru saja mendengar pertanyaannya. “Apa itu Kak Freya?” tanya Cia yang juga tak kalah terkejut mendengar suara kakaknya. Ghea terpaku. Tak menjawab pertanyaan Cia. “Ghe …. Ghea, jawab aku,” panggil Cia yang panik.Ghea langsung mematikan sambungan teleponnya. Takut sekali dengan kakak iparnya yang memergokinya sedang membahas hal yang harusnya dia sembunyikan. Freya mengayunkan langkahnya menghampiri Ghea. Menatap tajam adik iparnya itu.  Hatinya sudah menahan gemuruh yang semakin melingkupi hati. Menerka apa yang dia tidak ketahui selama ini. “Perjanjian apa yang dibuat El dan Cia?” tanya Freya kembali. Ghea menelan salivanya merasa takut sekali dengan semua ya
Read more

Kecewa

Freya yang berlari ke rumahnya, langsung masuk ke kamar. Ghea terus mengejar, hingga sampai di rumah Freya, dia berpapasan dengan Mama Chika. Mama Chika begitu terkejut melihat Freya dan Ghea berlarian. “Kenapa kalian lari-larian?” tanya Mama Chika. “Kak Freya marah, Ma.”  Napsnya terengah-engah ketika menjawab pertanyaannya Mama Chika. “Kenapa?” Mama Chika mengerutkan dahinya.“Kak El katanya mengundur kepulangannya, jadi Kak Freya sedih.” Ghea menjelaskan sesuai dengan yang diminta oleh kakaknya.“Pantas.” Mama Chika tertawa. “Sudah, biarkan saja. Nanti dia juga akan tenang sendiri. Kamu pulang saja.” Mama Chika membelai pundak Ghea. Sebagai orang tua, dia tahu seperti apa anaknya. Freya yang sering marah, akan luluh sendiri. Dia cukup didiamkan saja. Tak perlu diganggu. “Baiklah, Ma.” Ghea memilih pulang. Tidak memaksakan diri untuk menemui Freya. Di dalam kamar, Freya menangis.
Read more

Karena Mencintaimu

“Kenapa kamu di sini?” Freya bingung saat melihat suaminya berada di tempat tidur. “Aku tidur dengan istriku, untuk apa lagi?” El dengan tenangnya menjawab pertanyaan istrinya itu. Tak merasa punya masalah sama sekali. “Sudah ayo tidur lagi, ini masih terlalu pagi untuk bangun,” ucap El seraya mengulurkan tangannya. Meminta istrinya untuk masuk ke dalam pelukannya. Ekor mata Freya melirik ke arah jam yang terpasang di dinding kamarnya. Jarum jam yang menunjuk angka tiga, yang artinya sekarang jam tiga pagi. Dan benar jika ini masih jam tidur. Namun, dia mengingat jika masih marah dengan El perihal perjanjian kemarin. Tak mau tidur seranjang dengan suaminya, dia memilih untuk mengambil bantal dan menuju ke sofa. El melihat raut wajah marah di wajah Freya. Bukan El namanya jika diam saja. Dia lantas bangkit dan mengekor di belakang Freya menuju ke sofa.“Mau apa kamu?” tanya Freya yang berbalik menatap El. “Ikut
Read more

Godaan

Mendapati pertanyaan El, Freya meletakkan tasnya di atas kursi. Berniat membantu El yang sudah mulai mengeluarkan bahan makanan. Sejak di London, El sangat pandai memasak. Jadi Freya tidak perlu meragukan rasa masakan El. Sambil berjalan menyusul El, Freya mengikat rambutnya agar leluasa bergerak di dapur. Mengikat rambutnya ke atas, membuat leher putih miliknya terekspos. El yang melihat hal itu hanya bisa menelan salivanya.Godaan apa ini? Rasanya aku ingin mendaratkan kecupan di leher putih itu.Sebagai suami yang sering menjamah istrinya, rasanya El ingin sekali membawa istrinya itu ke dalam kungkungannya. Namun, sayangnya istrinya sedang marah dan tidak mungkin dia melakukannya tanpa persetujuan istrinya. Yang ada nanti dia dituduh memperkosa istri sendiri.  Tak mau larut dalam pikirannya yang berkelana ke mana-mana, El kembali melanjutkan masaknya. Mengambil bahan yang bisa dimasak untuk makan malam. 
Read more

Semakin Manis

Suara pintu kamar yang terbuka, membuat Freya yang membungkus tubuhnya dalam selimut, membukanya. Memastikan siapa yang masuk ke kamar.  “Astaga,” pekik El yang terkejut ketika melihat Freya keluar dari selimut. Istrinya sudah seperti hantu yang tiba-tiba menampakkan diri. Freya menahan tawanya melihat wajah terkejut El. Wajahnya tampak ketakutan seperti baru melihat hantu. Namun, dia tak mau tertawa lepas seperti biasanya. Masih memasang mode diam dan marah. “Apa malam-malam seperti ini kamu mau main ciluba?” tanya El.“Siapa yang mau main ciluba?” gumam Freya. El masuk seraya mengendorkan dasi yang melingkar di kerah bajunya. Kemudian mendudukkan tubuhnya di atas sofa sambil meletakkan tasnya. Tubuhnya bersandar pada punggung kursi. Merasakan lelah yang begitu mendera. Dari pagi sampai malam, dia berkutat dengan pekerjaan. Membuat tenaganya terkuras.Melihat El sudah pulang, keberanian Freya ke
Read more

Mempererat Hubungan

Udara dingin dari pendingin ruangan membuat El menggeser tubuhnya. Menyingkirkan guling yang selama ini jadi pembatas. Tangan kokohnya langsung mendekap erat tubuh istrinya. Mencari kehangatan untuk meredakan hawa dingin yang menempel di tubuhnya.  Freya yang merasakan dekapan hangat, mengerjap. Matanya langsung membulat ketika melihat tangan kekar melingkar di tubuhnya. Tangan El begitu dingin. Ditambah, tubuh El yang menempel di punggungnya terasa begitu dingin. “Kenapa bodoh sekali semalaman tidak pakai baju?” gumam Freya. Kali ini, dia membiarkan saja El mendekapnya, karena tidak tega melihat El yang kedinginan. Malam ini mereka tidur dalam dekapan hangat. Melupakan sejenak masalah yang sedang mendera mereka berdua.Alarm yang berbunyi, membuat tidur nyenyak terganggu. El yang merasa terganggu membenamkan kepalanya di antar bantal dan kepala Freya, sedangkan Freya sendiri sibuk meraih ponselnya yang berbunyi. 
Read more

Tidak Habis Pikir

Acara pesta di adakan di rumah keluarga Daniel. Semua keluarga saling bahu membahu membantu. Acara memang hanya dihadiri keluarga dan keluarga Julian. Itu semua sesuai dengan permintaan Kakek Daniel. Tidak ada pesta mewah dan hanya keluarga saja.“Ayo minum dulu.” Freya meletakkan minuman di meja. El, Al, Dean, Ghea langsung menyerbu minuman. Mereka yang sedari tadi menyusun dekorasi begitu kelelahan dan ingin segera meredakan tenggorokannya. Mommy Selly tidak henti menyuruh mereka semua. “Kenapa mommy tidak pakai WO aja untuk aja mendekorasi.” Ghea yang minum, menggerutu karena dia sudah lelah. Sedari tadi pagi sudah sibuk di rumah kakeknya. “Kata mommy, agar kamu kerja.” Al merangkul bahu adiknya sambil menggodanya. Senyum tipis tergambar di wajahnya yang biasanya datar saja. Melihat Al yang begitu hangat dengan Ghea, membuat Freya teringat dengan Cia. Pikirannya masih tertuju p
Read more

Ditakdirkan

Saat membuka mata, Freya melihat sisi tempat tidur yang kosong. Sudah diduganya jika suaminya itu tidak kembali ke kamar. Mungkin memilih untuk tidur di kamar lain. Ingin tahu di mana suaminya, Freya buru-buru bangun. Hari ini libur, jadi pasti suaminya itu masih menikmati waktunya di tempat tidur. Keluar dari kamar, Freya mencari El ke kamar tamu. Sekitar dua kamar di lantai atas dia buka, sayangnya tidak ada. Hingga akhirnya dia memilih untuk ke lantai bawah. Satu kamar di lantai bawah juga tidak ada. Membuat Freya memikirkan ke mana suaminya itu pergi. “Apa dia marah lalu kabur?” Freya menekuk bibirnya. Merasa kesal. Dia saja kemarin marah tidak main pergi, tetapi El memilih pergi. Saat dalam pikirannya, suara air terdengar. Freya mengedarkan pandangan. Suara terdengar dari kolam renang. Ingin tahu jika suara itu memang berasal dari kolam renang, Freya mengayunkan langkahnya ke sana. Tepat di depa
Read more

Maafkan Aku

Waktu menunjukan jam satu malam ketika Freya sampai rumah. Papa Felix yang melihat putrinya begitu ingin pulang memang tidak tega. Apalagi melihat bagaimana putrinya ingin menemui suaminya. “Terima kasih, Pa,” ucap Freya sebelum turun.“Sama-sama.” Papa Felix tersenyum pada putrinya. Freya meraih handle pintu. Bersiap keluar dari mobil. Namun, belum dia sempat membuka pintu mobil, tangan Papa Felix meraih bahunya. Membuatnya menoleh. “Lihatlah dia sebagai seorang pria yang mencintaimu.” Anggukan pasti dengan mata yang sudah mulai berkaca menjawab pesan yang seorang papa berikan. Tanpa menunggu lama, Freya melanjutkan langkahnya untuk segera keluar dari mobil. Langkahnya begitu cepat ketika rasanya ingin segera menemui suaminya terasa di dalam hatinya. “Apa El sudah pulang, Bi?” tanya Freya ketika asisten rumah tangga membukakan pintu. “Sudah, Bu. Sejak jam tuju
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status