Semua Bab Terbelenggu Cinta sang Pewaris: Bab 21 - Bab 30

45 Bab

Chap 21. Aku sudah memperingatkanmu, Emma!

Masih di depan Gedung The M Group. Sebuah Mercedes-Benz berwarna abu-abu terparkir agak jauh dari mobil sedan berkaca gelap yang membawa Emma pergi. Pengemudinya seorang perempuan berambut panjang warna hitam. Dia sengaja mengikat rambutnya ke atas bergaya seperti ekor kuda.“Aku sudah memperingatkanmu, Emma!” cemoohnya.Perempuan di balik kemudi Mercedes-Benz tak lain adalah Mia. Dia sedang menertawakan Emma yang dibawa oleh seorang laki-laki ke dalam mobil. Perasaannya mengatakan bahwa laki-laki itu bukan suruhan Nate.Mia melihat jam tangannya. “Sekarang sudah lewat dari jam lima sore di sana,” gumamnya.Dia mengambil ponsel sembari bersenandung gembira, kemudian menghubungi seseorang yang telah membantu dirinya untuk membalas Emma.“Halo, Mrs Mordha,” sapa Mia dengan lembut.Mia menghubungi Mrs Mordha alias Josephine yang merupakan ibu dari Nate. Saat itu di Chicago sudah lewat dari pukul sebelas pagi, maka waktu di London sudah pasti lewat dari pukul lima sore. Sebab, London enam
Baca selengkapnya

Chap 22. Kenapa kau sombong sekali, Emma?

Emma dan laki-laki bersuara berat yang tadi sempat memperlihatkan senjata api, tiba di depan sebuah bank. Sekitar dua blok dari Gedung The M Group. Ia dikawal oleh laki-laki itu menuju sebuah restoran kecil yang bersebelahan dengan bank tersebut. Sebuah restoran yang menyajikan makanan khas Meksiko. Emma mengernyit tak mengerti. Memang sudah hampir waktu makan siang, tetapi tak wajar rasanya. Jika ingin mengajak makan siang, mengapa harus menunjukkan senjata api. “Silakan duduk,” pinta laki-laki bersuara berat seraya menarik kursi untuk Emma. Emma pun duduk tanpa protes. Ia memperhatikan laki-laki bersuara berat yang hanya berdiri di seberangnya. Dugaan Emma, seseorang pasti akan menemuinya di restoran itu. Namun, tak tahu siapa dan mengapa. Ketika seorang pelayan datang menghampiri Emma, laki-laki bersuara berat menerima panggilan telepon dan memberi nama restoran pada lawan bicaranya. Beberapa saat setelah pelayan pergi, dia menoleh ke arah pintu untuk memberi kode pada seseorang
Baca selengkapnya

Chap 23. Aku punya bukti, Emma!

“Apa Dad menyuruh orang untuk membawa Emma?” tanya Nate sedikit ketus pada Richard. “Ya,” jawab Richard tanpa ragu. “Kenapa kau menanyakannya?” “Untuk apa?” Nate mengabaikan pertanyaan Richard. Nate menghubungi Richard saat Emma sedang menunggu Austin di restoran bersama Jose. Awalnya, Nate meragukan kata-kata Jacob. Pasalnya, dirinya tak mengerti mengapa Richard harus menyuruh seorang kepala keamanan membawa Emma padahal Emma ingin menemui dirinya. “…, jadi aku memerintahkan Jose untuk mengamankan Emma,” jelas Richard. “Aku akan memberi yang dia inginkan jadi kau tak perlu khawatir.” “Apa?!” geram Nate dengan mata terbelalak. “Tak mungkin Emma seperti itu!” “Nathan, kau tak percaya pada ayahmu sendiri?” tantang Richard dari balik ponsel. Nate sedikit menoleh ke kanan dan kiri berkali-kali setelah mendengarkan penjelasan Richard. Seperti orang kehilangan arah, Nate mencari-cari sesuatu di sekitarnya. Jujur saja, Nate bukan seorang anak penurut. Meski telah tinggal sepanjang umu
Baca selengkapnya

Chap 24. Jangan mulai, Nate!

Emma memang hidup kesusahan setelah diceraikan oleh Nate dan harta milik Sean diambil alih oleh Susan. Setelah membeli rumah kecil di Chicago agar keluarga kecilnya bisa berteduh, Emma menggunakan sisa tabungannya untuk membiayai hidup sehari-hari. Ia hampir kehabisan uang karena kesulitan mencari kerja tanpa keahlian. Sempat terpikir oleh Emma untuk menggunakan uang yang diberikan oleh Nate setelah meninggalkan kediaman Mordha. Untung saja, takdir mempertemukan dirinya dengan Ann. Nate sempat terdiam sejenak sembari membalas tatapan Emma. Laki-laki berparas tampan serta terkenal kejam mendengus kecil setelah mendengar kata-kata Emma. “Apa harga dirimu terlalu tinggi sampai tak ingin memakai uangku, Emma?” cemoohnya. “Lalu … untuk apa kau meminta uang tutup mulut?” Indra pendengar Nate dengan jelas menangkap setiap penuturan dari Richard saat menanyakan tentang Emma. Richard menuturkan dia sempat berbicara dengan Emma melalui ponsel Jose. Dia menanyakan alasan Emma datang menemui
Baca selengkapnya

Chap 25. Emma, aku pasti salah, 'kan?

Emma menatap sepasang iris mata hazel milik Nate secara bergantian. Iris mata yang dulu selalu manatap penuh rasa cinta dan kasih sayang. Iris mata yang dulu pernah menjadi kesukaannya dan mengubrak-abrik hatinya. Akan tetapi, dituduh dan diceraikan begitu saja sampai membuat hatinya begitu terluka. Jika Nate hanya menginginkan dirinya, seharusnya dulu bertatap muka dan berbicara padanya. Bukan malah bersembunyi di balik pengacara. Setelah enam tahun berlalu, semua jelas di mata Emma. Semua perasaan tulus darinya diragukan oleh Nate. Tuduhan menjatuhkan perusahaan karena perselingkuhan dan meminta uang tutup mulut tak perlu terjadi seandainya Nate percaya padanya. Emma tak ingin jatuh ke dalam lubang yang sama. Ia tak ingin memulai, apalagi menginginkan Nate dalam hidupnya. “Tolong katakan kalau semua itu salah agar kita bisa kembali bersama,” pinta Nate dengan sorot mata penuh harap. “Emma ….” “Tidak, itu semua benar!” tegas Emma sembari mengepalkan tangannya. “Aku berselingkuh d
Baca selengkapnya

Chap 26. Lepaskan aku, Nate!

Emma mengambil keputusan untuk mencoba melarikan diri. Ia mendorong tubuh Nate, lalu hendak berlari ke arah pintu. Akan tetapi, Nate lebih tangkas daripada Emma. Seperti waktu itu, dengan mudah menangkap Emma yang sudah beberapa langkah darinya. Nate kemudian mengunci pinggang Emma dan mengangkat tubuh Emma kembali ke arah ranjang. “Apa yang kau lakukan?” Emma memekik sembari meronta. “Lepaskan aku, Nate!” Nate terdiam sejenak. Ia menutup mulut Emma dengan sebelah tangannya sekaligus mengurungkan niat membawa perempuan itu ke atas ranjang. “Diam di sini!” perintah Nate saat memasukkan Emma ke dalam toilet. Emma memelotot dan memaksa keluar dari toilet. “Aku akan berteriak kalau kau tak membiarkan aku pergi!” ancamnya. Nate menoleh ke arah belakang sejenak sebelum kembali menatap Emma. “Aku akan menyuruh orang datang ke rumahmu dan menculik ayahmu kalau kau berteriak!” balasnya. Ia lantas menutup pintu toilet setelah mengancam perempuan yang tadi sempat dicium dan dijamah olehnya
Baca selengkapnya

Chap 27. Dia mantan suamiku, 'kan?

“Apa ada seseorang dalam toilet, Nate?” Mia penasaran. Nate terkesiap karena pertanyaan Mia. Ia sedikit melirik ke belakang tubuhnya. Tempat toilet berada, di dalamnya terdapat perempuan yang masih disembunyikan olehnya. Nate tak dapat membiarkan Mia mengetahui keberadaan Emma. Nate tak buta selama dua tahun menikah dengan Emma. Ia mengetahui dengan persis bahwa perempuan berusia lebih dari setengah abad yang merupakan ibunya lebih menyukai Mia daripada Emma. Nate tetap bersikeras menikahi kekasihnya meski ibunya memaksa memilih Mia. Sebagai gantinya, mereka tetap tinggal di kediaman Mordha agar dirinya tak terlalu menjadi anak durhaka. Perasaan Nate mengatakan jika Mia mengetahui keberadaan Emma, cepat atau lambat Josephine akan mengetahui tentang Emma. Ia tak mengetahui bagaimana hubungan dirinya dengan perempuan yang masih disembunyikan di dalam toilet ke depannya. Sebab itu, lebih baik tak membuat Josephine semakin membenci Emma. “Tak ada siapa-siapa di toilet, Mia,” jelas Nate
Baca selengkapnya

Chap 28. Apa kau tertarik, Emma?

“Ini aku, Emma,” terang perempuan di hadapan Emma. “Paige.” Emma mengernyit. “Paige?” “Ya, Paige Anderson.” Dia tersenyum canggung. “Paige Hailey Anderson,” ungkapnya karena Emma masih tak mengingat dirinya. Emma sedikit membuka mulutnya karena terkejut. Bukan terkejut karena kaget, melainkan tak menyangka. Perempuan yang sedang berbincang dengan dirinya tak tampak seperti sekarang saat terakhir bertemu. Ya, uang bukan segala-galanya, tetapi uang bisa melakukan segala-galanya. Suntik sana sini, tarik ke kanan dan kiri atau mungkin pisau bedah dapat merubah wajah. “Oh hai,” balas Emma sembari mengatur raut wajah terkejutnya. “Apa kabar, Paige?” Emma dan Paige pernah bertemu beberapa kali saat menjadi model. Saat itu, Emma baru memulai karir sebagai seorang model, sedangkan Paige sudah memulai lebih dulu. Dapat dikatakan, Paige adalah seniornya. Emma pernah menjadi model karena tak sengaja bertemu dengan seorang pencari bakat. Ia masih seorang putri seorang pengusaha yang memiliki
Baca selengkapnya

Chap 29. Apa kau pikir aku pelacur?

Emma tiba di depan hotel mewah sebelum pukul tujuh malam. Hotel mewah berbintang lima yang memiliki bangunan berwarna abu-abu dan lantai sebanyak dua puluh. Ada dua buah pintu kaca tinggi dari lantai sampai menyentuh langit-langit yang bergerak berputar saat dilewati oleh para tamu hotel. Emma agak merasa heran karena harus menemui kenalan dari teman lamanya di sebuah hotel. Ketika pertama kali bertemu dengan seorang pencari bakat, dirinya diminta untuk datang ke kantor bukan hotel. Akan tetapi, naluri sebagai seorang kepala keluarga membuat Emma menutup mata. Ia menyingkirkan segala pikiran aneh dan kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi. Emma hanya ingin segera mendapat pekerjaan demi memenuhi kebutuhan. “Kamar superior lantai sepuluh.” Emma mengingat-ingat pesan dari Paige. Sama seperti nama jalan tempat hotel itu berada. Emma langsung mengarah ke tempat lift berada. Ia masuk ke dalam lift, lalu menekan tombol angka sepuluh. Fokusnya hanya menemui kenalan dari Paige karena it
Baca selengkapnya

Chap 30. Kau menjual dirimu, Emma?

Emma berbalik ke arah toilet untuk mengambil pakaiannya. Ia ingin segera mengenakan kemeja dan rok miliknya, lalu pergi dari laki-laki tua bangka di hadapannya. Dalam hati, Emma merutuki diri sendiri yang tak pernah belajar dari pengalaman. Ia hanya ingin mencari uang dengan jalan yang benar. Namun, siapa sangka lagi-lagi dirinya harus terjebak bersama laki-laki mesum. George bergegas mengejar, kemudian menggendong Emma ke atas ranjang. Laki-laki tanpa sehelai kain pada tubuhnya sudah telanjur bergairah melihat tubuh perempuan dewasa yang masih tampak sempurna. Belum lagi, penolakan semakin membuat dirinya terpacu untuk memenuhi milik Emma. “Lepaskan aku!” teriak Emma. Ia memukul dan mendorong tubuh George yang sudah menindih tubuhnya, tetapi sebelah tangan George mencengkeram kedua tangannya. Emma terus berteriak dan memberontak karena tak ada waktu baginya untuk terisak-isak. Selain bertubuh gagah, laki-laki tua bangka itu juga mempunyai tubuh lebih besar dari Emma. Hanya butuh
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status