Semua Bab Terbelenggu Cinta sang Pewaris: Bab 11 - Bab 20

45 Bab

Chap 11. Kenapa kau meninggalkanku, Emma?

“Semua sudah sesuai perintah Anda dan ini yang Anda minta, Sir,” terang Jacob meletakkan amplop berisi beberapa lembar foto di atas meja atasannya. Nate memasang wajah datar dan dingin saat mengambil amplop itu. Ia menyandarkan tubuh pada kursi kebesarannya, menyilangkan kaki di atas meja sembari membuka amplop. Nate melihat satu per satu foto yang diambil oleh orang suruhannya. “…, sejauh ini dia pegawai di dua tempat, Sir. Dia bekerja di ….” Jacob mulai menyampaikan semua informasi secara detail yang diperoleh dari orang suruhannya. Tanpa ada yang terlewat sedikit pun. “…, terkadang dia juga bekerja paruh waktu di waktu liburnya,” tutup Jacob. Nate meremas foto-foto dari Jacob kemudian mendengus kesal. “Dia meninggalkan aku hanya untuk hidup seperti ini?!” ketusnya. Ia melemparkan foto-foto yang sudah lecek dalam genggamannya ke arah Jacob. Bulatan kertas itu berhasil mengenai Jacob yang hanya tertunduk. Ia menatap Jacob dengan geram. “Dia meninggalkan aku hanya untuk hidup se
Baca selengkapnya

Chap 12. Aku membencimu, Bajingan!

Emma diantar kembali ke Monroe Flowers & Gifts oleh Nate. Ia masih tampak sangat pucat saat masuk ke dalam toko bunga. Ann langsung menyuruh Charles yang baru kembali dari pengantaran untuk mengunci pintu serta membalik tulisan di pintu menjadi tutup. Ann menoleh pada Emma dan menggenggam tangan Emma. “Kau tak apa-apa, Emma? Apa dia melakukan sesuatu padamu?” Emma menelan air liur dan memaksakan senyuman. “Aku baik-baik saja, Ann,” jawabnya. Bagaimana mungkin Ann percaya setelah melihat Emma dibawa paksa oleh laki-laki tak dikenal. Belum lagi, seorang laki-laki lain menghalangi dengan menunjukkan senjata api pada Ann dan Lulu. Setelah mereka pergi, datang lagi dua laki-laki menyeramkan memaksa Ann menyerahkan rekaman kamera CCTV. “Siapa dia, Emma?” Lulu penasaran. “Orang gila,” sebut Emma tanpa ekspresi. Lulu justru semakin penasaran dengan jawaban Emma. Sayangnya, Ann mengedipkan mata agar Lulu berhenti bertanya. “Seandainya aku tadi ada di sini!” Charles kesal. “Kau tak akan
Baca selengkapnya

Chap 13. Aku memperingatkanmu, Emma!

Emma bekerja keras untuk keluarga kecilnya di beberapa tempat. Ia bekerja di Monroe Flowers & Gifts mulai dari Senin sampai Jumat, sedangkan di The 177 N Restaurant & Bar dari Selasa sampai Sabtu. Di hari liburnya, Emma kerja paruh waktu di sebuah pusat perbelanjaan. Ia bekerja empat jam selama tiga hari dalam seminggu menyesuaikan waktu kerja di dua tempat lain. Emma yang tangguh tetap bekerja di akhir pekan bahkan setelah mengalami pelecehan dari mantan suaminya. “Emma, kau harus menulis kaligrafi untuk lima ini dulu, ya,” terang Lulu sambil menyodorkan catatan berisi pesan yang harus ditulis kaligrafi. “Mereka sudah memesan dari Jumat kemarin dan Charles harus mengantarkan pagi ini.” “Oke, Lu,” jawab Emma yang langsung mengambil catatan dari Lulu. Jumat lalu, Emma terpaksa pulang lebih cepat setelah dibawa paksa oleh Nate. Ia merasa tak enak dengan Ann karena masalah pribadinya membuat kerjaan terhambat. Untungnya, Ann tak mempermasalahkan. Emma masuk ke dalam ruang kaligrafi.
Baca selengkapnya

Chap 14. Karena kita belum selesai, Emma!

“Cih! Adik? Adik yang bisa ditiduri?” geram Emma sembari mencerocos. “Mereka sudah bertunangan dan akan menikah, tetapi dia masih berani melecehkan aku! Dasar orang gila!” “Dia bahkan menanyakan kenapa aku meninggalkannya?!” ketus Emma di dalam ruang kaligrafi setelah Mia pergi. “Aku membencimu, keluargamu dan Mia!” Semua bermula sejak Nate mengenalkan Emma sebagai kekasih di hadapan Mia. Sejak hari itu, Emma menyadari bahwa Mia tak pernah menyukai dirinya. Ia pernah mempermasalahkan hal itu pada Nate. Namun, Nate mengatakan Mia seperti adiknya. Emma mencoba tak mengambil pusing. Hanya saja, dirinya selalu dipandang sinis dan direndahkan oleh Mia. Sering kali, dirinya melihat Mia di kediaman Mordha karena diundang oleh Josephine bahkan diminta menginap. Ia juga sudah muak dibanding-bandingkan dengan Mia oleh Josephine. Tak tanggung-tanggung, Emma ditertawakan oleh Mia setelah kena teguran dari Josephine. Emma masih mengingatnya dengan baik meski sudah bertahun-tahun berlalu. Ia mem
Baca selengkapnya

Chap 15. Dia bohong!

“Jadi dia mantan suamimu?” tanya Lulu dengan mata memelotot dan suara hampir berteriak. Setelah dua hari berlalu, Emma baru saja mengatakan bahwa laki-laki yang disemprot dengan semprotan merica olehnya adalah mantan suaminya pada Ann dan Lulu. “Untuk apa mantan suamimu mencarimu, Emma?” Ann merasa sangat geram. Ann dan Lulu memang sudah curiga ada sesuatu antara Emma dengan laki-laki yang datang ke toko bunga dengan sangat kasar. Pertama kali datang Nate menyeret Emma dan dua hari lalu Nate sampai mencengkeram rahang Ann. “Sepertinya dia sudah gila!” geram Emma yang masih tak mengerti mengapa Nate harus bolak-balik ke toko bunga. Emma sangat tak enak pada Ann dan memutuskan akan mencari pekerjaan lain. Ia harus berada jauh dari Nate dan orang-orang terdekatnya. “Kau tak perlu mengundurkan diri, Emma,” tutur Ann yang melihat Emma sungkan padanya. “Tak mungkin, Ann. Dia pasti akan terus datang ke sini!” Emma sudah tahu seperti apa watak Nate. “Aku tak tahu kalau dia pemilik gedun
Baca selengkapnya

Chap 16. Apa kau akan menuduhku lagi, Emma?

Nate bangkit dari kursi dengan raut wajah datar. Ia meninggalkan Emma karena merasa unggul dan yakin sebentar lagi Emma akan mengemis padanya. Emma bangkit dari kursi sembari menatap punggung Nate yang bergerak menjauh darinya. Ia mengepalkan kedua tangannya dengan erat dengan rahang yang menegang. "Ternyata selain pengecut, kau juga sudah gila!" pekik Emma dari depan meja petugas polisi. Petugas polisi ikut bangkit dari kursinya. “Ms Melgren, saya minta Anda tenang.” Jacob dan James saling bertatapan, kemudian menoleh ke arah Nate yang telah berlalu. Mereka berharap Nate tak akan mendengar kata-kata Emma. Akan tetapi, Nate sudah terlanjur mendengarnya. Ia menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Emma dengan bengis. “Apa kau bilang? Gila?” tanya Nate dengan sebelah alis terangkat. Emma tak ada rasa takut sedikit pun karena sedang berada di kantor polisi. Ia yakin Nate tak akan bisa menonjok sesuatu di dekat Emma atau melecehkan Emma. “Iya, gila! Kau sudah gila!” Emma memelo
Baca selengkapnya

Chap 17. Apa yang kau inginkan?

Emma bangkit dari kursinya dengan mata terbelalak. “Kau ingin membunuh ayahku dengan menjebloskan aku ke penjara, hah?!” teriak Emma dari depan meja polisi pada Nate. Emma bekerja keras untuk keluarga kecilnya karena ayah Emma, Sean, sedang sakit dan hanya bisa duduk di kursi roda. Ia membayar seseorang untuk mengurus kebutuhan Sean saat dirinya sedang bekerja. Ia tak bisa membayangkan jika harus masuk ke dalam penjara, lalu siapa yang akan membayar pengurus Sean. Jika tak bisa membayar pengurus Sean, apa yang terjadi pada Sean. Nate berhenti melangkah dan melirik pada Emma, tetapi tak menoleh. Ia hanya menaikkan tangannya ke arah telinga dengan ibu jari dan jari kelingking terangkat, kemudian berderap meninggalkan Emma yang sedang menatapnya penuh kebencian di kantor polisi. Nate ingin Emma menghubunginya. “Nate, kau bajingan pengecut!” geram Emma dalam hati. Emma kembali terduduk di depan petugas polisi. Ia menoleh pada Ann yang duduk di sebelahnya dengan tatapan kosong. “Ann …
Baca selengkapnya

Chap 18. Akhirnya kau datang juga, Emma.

Nate tersenyum penuh kemenangan ketika mendengar bunyi bel dari pintu kamar yang dirinya tempati.“Akhirnya kau datang juga, Emma,” gumam Nate sembari tersenyum licik.Ia belum lama menerima jawaban dari Emma yang telah memilih tak ingin masuk penjara. Nate tentu saja langsung membalas pesan Emma. Mengirim pesan bahwa Jacob akan mengantar Emma untuk menemui Nate di hotel.Nate si CEO tampan dan kaya raya menginap di kamar Peninsula Suite dengan harga ribuan dolar per malam. Sebuah kamar suite tertinggi dari hotel bintang lima, The Peninsula Chicago.Nate sengaja hanya memakai jubah mandi setelah tadi membalas pesan Emma. Ia berderap menuju pintu kamar seraya melonggarkan ikatan jubah mandinya.“Memang hanya kau yang pantas, Emma,” tutur Nate.Nate masih sempat tersenyum saat di depan pintu kamar. Ia membuka pintu kamar perlahan. Semakin terbuka pintunya, semakin terbuka juga matanya.Nate mengerutkan alisnya. “Mia?” panggilnya.“Hai, Sayang,” sapa Mia dengan genit.Mia meletakkan tang
Baca selengkapnya

Chap 19. Ini bukan perbuatannya, 'kan?

Emma menatap David yang sedang mengendarai mobil. Ia merasa tak enak dengan David. “Dave, bagaimana aku mengganti uang itu padamu?” tanya Emma khawatir. “Em, berapa lama kita kenal satu sama lain?” David menoleh sejenak sebelum kembali fokus ke jalanan. “Aku tak ingat. Yang jelas lebih dari sepuluh tahun,” ucap Emma sambil menggigit bibirnya karena malas menghitung. David terkekeh di sebelah Emma. “Kau hanya ingat padanya, bukan?” “Aku tak ingat siapa-siapa, Dave!” Emma murung karena kata-kata David. “Maaf, maaf,” tutur David. “Aku hanya bercanda, Em.” David sebenarnya datang ke Monroe Flowers & Gifts dan terkejut saat melihat keadaan toko bunga yang sedang tak baik-baik saja. Dia tadinya ingin menghubungi Emma dan untung saja bertemu dengan Lulu lebih dulu. Dari situ, dia mengetahui Emma sedang di kantor polisi dan segera menuju ke kantor polisi. Saat itu, Emma telah mengirim pesan pada Nate bahwa dirinya tak ingin masuk penjara. Ia menerima pesan dari Nate kalau Jacob yang aka
Baca selengkapnya

Chap 20. Dasar kau bajingan gila, Nate!

“Apa? Kesengajaan, Ann?” Emma mengerutkan alis sembari mendesis lirih. “Apa mereka benar-benar melakukan pengecekan?”“Mereka bilang sudah dua kali melakukan pengecekan,” ungkap Ann terisak-isak dari balik ponsel. “Kebakaran itu terjadi karena ada peralatan elektronik yang terhubung dengan stop kontak dalam keadaan korslet hingga menimbulkan percikan api.”“Oh, bullshit!” maki Emma dari balik ponsel. Ia menggertakkan gigi karena merasa jengkel. “Kita tak mungkin mencolok peralatan elektronik dalam keadaan korslet! Apa kita gila?”Emma mendadak merasa geram mendengar penjelasan pihak asuransi pada Ann tentang penyebab kebakaran di Monroe Flowers & Gifts. Ada sesuatu yang mencurigakan tentang kebakaran itu. Sayangnya, Emma bukanlah seorang detektif seperti Sherlock Holmes yang dapat memecahkan masalah.“Kalau aku yang menjadi pihak asuransi, aku juga pasti akan mengat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status