All Chapters of Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua: Chapter 61 - Chapter 70

109 Chapters

61. Sania terpuruk

"A-apa?? Sa-saya hamil?? " pekik Sania dengan wajah shock. "Iya Mbak, Mbak hamil. Dan janin Mbak berusia 11 minggu. Maaf tidak bisa di selamatkan karena kantong janinnya sudah rusak, jadi 12 jam dari sekarang Mbak akan di kuret untuk membuang sisa-sisa janin yang ada di rahim Mbak. " jawab perawat itu lagi dengan detail. "Tidaaaak!!! Hu.... Hu.... Hu.... Anakku... Aku tidak mau anakku di ambil! Hu... Hu... Hu... " teriak Sania sambil menangis histeris. "Yang sabar ya Mbak! Mohon kerja samanya Mbak, saya mau memasukkan obat ini melalui jalan lahir. Tolong kerja samanya tekuk kan kaki Mbak seperti akan melahirkan. Jangan mengejan karena nanti obatnya keluar lagi. Tarik nafas dalam-dalam, rileks dan tenang agar obatnya tepat masuk. Tahan ya Mbak, sakitnya hanya ketika obat mau masuk saja. " sahut perawat tersebut melakukan tugas nya memasukkan obat penghancur ke dalam jalan lahir. Sania hanya pasrah melakukan perintah perawat tersebut, ia masih menangis dalam diam karena kehilangan j
last updateLast Updated : 2022-07-24
Read more

62. Penyesalan Dzaki

Mama nya Sania merenggut kesal mendapat teguran dari petugas yang menjaga ruangan Sania. Dengan kesal ia keluar dari ruangan tersebut dengan di ikuti oleh suaminya. "Kamu kenapa sih tidak sabaran banget! Kalau kamu mau tahu kenapa tadi tidak kamu tanyakan ketika kita di kantor polisi! " ucap Papa Sania marah dengan tingkah istrinya. "Lah, kamu apa? Waktu kita sampai kantor polisi tadi kamu malah diam aja kayak sapi ompong! Gak ada perhatian dan pedulinya dengan anak sendiri! " jawab Mama Sania tidak mau di salahkan. "Kamu kan Mama nya? ya wajar dong kalau kamu yang nanya! " jawab Papa Sania tidak mau kalah. "Heh Papa, aku ini hanya Mama sambung nya! Apa kamu lupa kalau aku nikah sama kamu itu waktu Sania berumur dua bulan? Jangan berlagak bodoh deh! Kamu yang bapak kandungnya aja gak perduli, apa lagi aku yang notabene nya cuma ibu sambung! " teriak Mama Sania dengan marah sambil menunjuk-nunjuk suaminya. Papa Sania melengos mendengar ucapan istrinya. Ia sesekali melirik ke ruan
last updateLast Updated : 2022-07-30
Read more

63. Kebesaran hati Naina

Dzaki terduduk bersimpuh menangis tersedu-sedu di pojokan selnya. Ia begitu terpukul dengan kabar Sania yang kehilangan janinnya, calon anak mereka. Ia sangat menyesal karena tidak bisa menjaga calon anaknya dan tidak tahu jika Sania sedang hamil. "Maafkan Mas, sayang? Maafkan Mas yang berniat meninggalkanmu? Hu.... Hu.... Hu.... Maafkan Papa, yang tidak bisa menjagamu, Nak! Maafkan Papa!! " ucap Dzaki dengan menepuk dadanya yang merasa sesak karena sakit dan sedih karena kehilangan sesuatu yang tidak ia sadari kehadiran nya. 🌾🌾🌾Di rumah sakit Bhayangkara.. Sania hanya diam membisu ketika kedua orang tuanya masuk ke dalam ruangannya. Ia tidak merespon apa yang mereka berdua katakan, bahkan ia tidak mendengarkan sama sekali kata-kata mereka. Sania sudah mati rasa dengan kedua orang tuanya yang selama ini ia anggap orang tua rupanya bukan orang tua kandungnya, terlebih lagi sang Papa yang notabene Papa kandungnya juga tidak pernah selama ini mencintai dan menyayangi nya dengan t
last updateLast Updated : 2022-08-16
Read more

64. Kebesaran hati Naina Bag 2

Naina pergi ke kamar nya untuk bersiap-siap pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Sania. Ketika sedang bercermin memakai hijab dan cadarnya, Naina memegang dadanya yang tiba-tiba merasakan perasaan tidak enak, seperti mengkhawatirkan sesuatu yang tidak ia ketahui apa. "Ya Allah... Kenapa aku merasa seperti akan terjadi sesuatu? Tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi, dan kepada siapa hal itu terjadi? " gumam Naina dengan lirih sambil memegang dadanya. Ia menarik nafasnya dalam-dalam agar perasaan tidak enaknya sedikit berkurang. Setelah merasa sedikit berkurang, Naina keluar dari kamar nya dan turun ke bawah. "Kakak benar-benar yakin mau melihat perempuan itu? " tegur Nadin yang duduk di sofa ketika Naina berjalan melewati nya. "InsyaAllah yakin, " jawab Naina dengan pasti. "Ya sudah, kalau gitu aku ikut! Aku gak mau nanti kalau perempuan itu berbuat macam-macam di rumah sakit! Siapa tahu aja dia cuma pura-pura sakit! " ucap Nadin bangkit dengan sedikit ketus. Naina ha
last updateLast Updated : 2022-08-18
Read more

65. Keringanan untuk Sania

Naina masuk ke ruangan ICU seorang diri, karena memang tidak diperbolehkan oleh pihak rumah sakit untuk masuk ke ruangan ICU lebih dari satu orang. Tampak seorang perempuan yang masih muda yang sedang terbaring dengan mata terpejam dan berbagai alat pernapasan di hidungnya. Wajah yang dahulu begitu di puji semua orang sudah tidak ada lagi, begitu juga dengan tubuh indahnya yang dulu selalu ia perlihatkan kepada semua orang sudah berganti menjadi tubuh yang agak kurus dengan kulit agak menggelap dan terlihat sangat kusam. Naina berjalan dengan pelan mendekati ranjang tersebut agar tidak membangunkan perempuan itu. Ia melihat Sania dengan tatapan yang miris dan menarik nafas nya pelan agar hatinya tenang. "Ya Allah... Tenangkan Lah hatiku ini ya Rab.. Jangan sampai setan mengambil alih kewarasan ku! Aku tidak ingin menyimpan dendam ini lama-lama! Aku hanya ingin hidup dengan tenang dan damai tanpa menyimpan amarah dan dendam! Pembalasan dari mu sudah begitu menyakitkan untuk orang-or
last updateLast Updated : 2022-09-01
Read more

66. Kalian akan tetap di sini!

"Apa yang kau lakukan di sini? " tanya Tian kepada Naina. "Aku baru saja menjenguk Sania di ruangan ICU ! " jawab Naina dengan jujur. "Kenapa kau masih mau meluangkan waktu berharga mu untuk menemui perempuan yang sudah menghancurkan rumah tangga mu? " tanya Tian lagi dengan wajah heran. Sungguh ia sangat tidak mengerti dengan pemikiran wanita yang ada di hadapannya ini. "Kau mungkin mengatakan aku naif sekali bukan? Seharusnya aku tidak perlu lagi mengurusi orang yang sudah membuat hidupku hancur! Begitu kan yang kau maksud kan tadi? " tanya Naina balik. "Jujur saja iya! Karena bagiku untuk apa kita bersusah-payah mengurus orang seperti itu! Biarkan saja mereka mendapatkan ganjaran atas apa yang mereka lakukan dan biarkan lah hukum yang mengurusnya! " jawab Tian dengan jujur. Naina menghela nafas nya dengan kasar dan kembali berkata kepada Tian. "Aku sudah lelah dengan dendam yang tidak berkesudahan seperti ini! Hukuman yang aku berikan ternyata hanya secuil dari hukuman yang
last updateLast Updated : 2022-09-02
Read more

67. Perceraian menunggu...

Nyonya Reni berteriak-teriak mencaci-maki Naina seperti orang kesurupan. Anak perempuan nya Diana memandang datar ibunya yang berteriak histeris tanpa mau mendekat apalagi membujuknya seperti dulu. Ia juga melihat Naina dengan pandangan kosong seperti tidak ada gairah hidup. Naina menghentikan langkah nya sejenak dan melihat kebelakang ke arah mantan adik iparnya itu. Lima menit Naina mengamati Diana, namun perempuan muda itu tetap tidak bergeming dari tempat duduknya, apalagi sampai mendekati ibunya. Ketika Naina hendak membalikkan badannya ia tanpa sengaja melihat Nyonya Reni berlari ke arah Diana dan menjambak rambut anaknya itu memaki-maki nya dengan memanggil nama Naina. Seolah-olah Diana itu adalah Naina. Diana berusaha berontak dengan bantuan narapidana yang lain berusaha melepaskan tangan Nyonya Reni dari rambut Diana. Penjaga tahanan berlari ke dalam sel untuk membantu melerai aksi jambak-jambak tersebut dengan memukul tengkuk Nyonya Reni dengan keras sehingga membuatnya t
last updateLast Updated : 2022-09-03
Read more

68. Pengantin kadaluwarsa...

"Apaaaa!!! " pekik Dzaki dengan wajah shock dan hampir saja ia terjatuh saking kagetnya. Wajah Dzaki memucat mendengar kenyataan ini, ternyata Naina tidak main-main berkata akan bercerai. Sungguh ia tidak menyangka akan bercerai dengan Naina, padahal ia sudah bertekad dalam hati untuk tidak mengulang kesalahan yang sama yaitu menghianati Naina dengan perempuan lain, seperti yang dulu ia lakukan dengan Sania. Tiba-tiba ia merasa seluruh dunia nya runtuh dan ia merasa tidak memiliki semangat hidup jika Naina benar-benar ingin berpisah. Saat ini sudah tumbuh sedikit di hatinya perasaan cinta terhadap istrinya itu, untuk itulah ia bertekad mendapatkan kembali hati dan kepercayaan istrinya. "Bapak tidak apa-apa? " tanya pengacara tersebut membangunkan Dzaki dari lamunannya. "Ma-maaf, ja-jadi istri saya Naina beneran menggugat cerai saya? " tanya Dzaki sekali lagi. "Beneran Pak, ini adalah berkas-berkas pengajuan nya yang sudah masuk ke pengadilan agama! Maksud saya datang kesini untu
last updateLast Updated : 2022-09-03
Read more

69. Kekesalan Farida

Sandra masih terkekeh geli melihat Farida yang masih misah misuh keki dengan tingkah kedua orang tua mereka. Ia memutuskan untuk tetap di luar bersama Farida sambil menunggu orang tua mereka selesai dengan urusan mereka di dalam gedung WO tersebut. "Eh Kak, ngomong-ngomong aku boleh tanya gak sama kakak? " ucap Ida setelah mereka asyik dengan diam mereka. "Tanya tentang apa? " jawab Sandra sambil menoleh ke arah Ida. "Itu tuh, keponakannya Papa Herman yang juga pengacara itu? " ucap Ida dengan sangat penasaran. "Oh Tian! Kenapa dengan Tian? Kamu suka sama Tian? " tanya Sandra menggoda Ida. "Ish bukan itu kakak! Aku cuma mau tanya kalau Kak Tian itu sudah menikah apa belum? Kan usia nya kalau gak salah Ida tebak pasti lebih tua dari kakak! " sanggah Ida dengan keras. "Emang nya kenapa kalau Tian itu sudah menikah atau belum menikah? Kamu mau daftar gitu? " tanya Sandra lagi. "Dih, siapa juga yang mau daftar jadi kandidat Kak Tian! Entah kenapa aku merasa kalau Kak Tian itu puny
last updateLast Updated : 2022-09-04
Read more

70. Pasien rumah sakit jiwa..

"Astaghfirullah ini anak! Kelakuannya bikin pengen jitak aja! " ucap Fatimah sambil mengusap pelan dadanya. Sandra kembali terkikik geli melihat Ida yang semakin kesal menunggu di dalam mobil. Fatimah dan Herman pun masuk ke dalam mobil setelah Sandra masuk duluan dan duduk di sebelah Farida. Mereka pulang mengantar Fatimah dan Farida ke rumah nya. Di penjara... Nyonya Reni mengamuk setelah beliau sadar dari pingsan nya dan ia di letakkan di sel yang terpisah dari tahanan yang lain untuk mencegah kemungkinan ia melakukan hal yang sama lagi seperti kemarin. Ia kembali berkata kasar dengan menyebut nama Naina dan tidak lama kemudian ia menangis histeris sambil berteriak-teriak seperti orang tidak waras. Ia berteriak-teriak sambil memukuli pintu sel sehingga membuat opsir yang menjaganya marah. "Hei, bisa diam tidak! Kalau kau masih seperti ini akan aku buat kau diam selamanya! " ancam opsir tersebut dengan wajah garang. Sesaat Nyonya Reni terdiam, namun tidak berapa lama ia kem
last updateLast Updated : 2022-09-05
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status