Mama nya Sania merenggut kesal mendapat teguran dari petugas yang menjaga ruangan Sania. Dengan kesal ia keluar dari ruangan tersebut dengan di ikuti oleh suaminya. "Kamu kenapa sih tidak sabaran banget! Kalau kamu mau tahu kenapa tadi tidak kamu tanyakan ketika kita di kantor polisi! " ucap Papa Sania marah dengan tingkah istrinya. "Lah, kamu apa? Waktu kita sampai kantor polisi tadi kamu malah diam aja kayak sapi ompong! Gak ada perhatian dan pedulinya dengan anak sendiri! " jawab Mama Sania tidak mau di salahkan. "Kamu kan Mama nya? ya wajar dong kalau kamu yang nanya! " jawab Papa Sania tidak mau kalah. "Heh Papa, aku ini hanya Mama sambung nya! Apa kamu lupa kalau aku nikah sama kamu itu waktu Sania berumur dua bulan? Jangan berlagak bodoh deh! Kamu yang bapak kandungnya aja gak perduli, apa lagi aku yang notabene nya cuma ibu sambung! " teriak Mama Sania dengan marah sambil menunjuk-nunjuk suaminya. Papa Sania melengos mendengar ucapan istrinya. Ia sesekali melirik ke ruan
Dzaki terduduk bersimpuh menangis tersedu-sedu di pojokan selnya. Ia begitu terpukul dengan kabar Sania yang kehilangan janinnya, calon anak mereka. Ia sangat menyesal karena tidak bisa menjaga calon anaknya dan tidak tahu jika Sania sedang hamil. "Maafkan Mas, sayang? Maafkan Mas yang berniat meninggalkanmu? Hu.... Hu.... Hu.... Maafkan Papa, yang tidak bisa menjagamu, Nak! Maafkan Papa!! " ucap Dzaki dengan menepuk dadanya yang merasa sesak karena sakit dan sedih karena kehilangan sesuatu yang tidak ia sadari kehadiran nya. 🌾🌾🌾Di rumah sakit Bhayangkara.. Sania hanya diam membisu ketika kedua orang tuanya masuk ke dalam ruangannya. Ia tidak merespon apa yang mereka berdua katakan, bahkan ia tidak mendengarkan sama sekali kata-kata mereka. Sania sudah mati rasa dengan kedua orang tuanya yang selama ini ia anggap orang tua rupanya bukan orang tua kandungnya, terlebih lagi sang Papa yang notabene Papa kandungnya juga tidak pernah selama ini mencintai dan menyayangi nya dengan t
Naina pergi ke kamar nya untuk bersiap-siap pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Sania. Ketika sedang bercermin memakai hijab dan cadarnya, Naina memegang dadanya yang tiba-tiba merasakan perasaan tidak enak, seperti mengkhawatirkan sesuatu yang tidak ia ketahui apa. "Ya Allah... Kenapa aku merasa seperti akan terjadi sesuatu? Tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi, dan kepada siapa hal itu terjadi? " gumam Naina dengan lirih sambil memegang dadanya. Ia menarik nafasnya dalam-dalam agar perasaan tidak enaknya sedikit berkurang. Setelah merasa sedikit berkurang, Naina keluar dari kamar nya dan turun ke bawah. "Kakak benar-benar yakin mau melihat perempuan itu? " tegur Nadin yang duduk di sofa ketika Naina berjalan melewati nya. "InsyaAllah yakin, " jawab Naina dengan pasti. "Ya sudah, kalau gitu aku ikut! Aku gak mau nanti kalau perempuan itu berbuat macam-macam di rumah sakit! Siapa tahu aja dia cuma pura-pura sakit! " ucap Nadin bangkit dengan sedikit ketus. Naina ha
Naina masuk ke ruangan ICU seorang diri, karena memang tidak diperbolehkan oleh pihak rumah sakit untuk masuk ke ruangan ICU lebih dari satu orang. Tampak seorang perempuan yang masih muda yang sedang terbaring dengan mata terpejam dan berbagai alat pernapasan di hidungnya. Wajah yang dahulu begitu di puji semua orang sudah tidak ada lagi, begitu juga dengan tubuh indahnya yang dulu selalu ia perlihatkan kepada semua orang sudah berganti menjadi tubuh yang agak kurus dengan kulit agak menggelap dan terlihat sangat kusam. Naina berjalan dengan pelan mendekati ranjang tersebut agar tidak membangunkan perempuan itu. Ia melihat Sania dengan tatapan yang miris dan menarik nafas nya pelan agar hatinya tenang. "Ya Allah... Tenangkan Lah hatiku ini ya Rab.. Jangan sampai setan mengambil alih kewarasan ku! Aku tidak ingin menyimpan dendam ini lama-lama! Aku hanya ingin hidup dengan tenang dan damai tanpa menyimpan amarah dan dendam! Pembalasan dari mu sudah begitu menyakitkan untuk orang-or
"Apa yang kau lakukan di sini? " tanya Tian kepada Naina. "Aku baru saja menjenguk Sania di ruangan ICU ! " jawab Naina dengan jujur. "Kenapa kau masih mau meluangkan waktu berharga mu untuk menemui perempuan yang sudah menghancurkan rumah tangga mu? " tanya Tian lagi dengan wajah heran. Sungguh ia sangat tidak mengerti dengan pemikiran wanita yang ada di hadapannya ini. "Kau mungkin mengatakan aku naif sekali bukan? Seharusnya aku tidak perlu lagi mengurusi orang yang sudah membuat hidupku hancur! Begitu kan yang kau maksud kan tadi? " tanya Naina balik. "Jujur saja iya! Karena bagiku untuk apa kita bersusah-payah mengurus orang seperti itu! Biarkan saja mereka mendapatkan ganjaran atas apa yang mereka lakukan dan biarkan lah hukum yang mengurusnya! " jawab Tian dengan jujur. Naina menghela nafas nya dengan kasar dan kembali berkata kepada Tian. "Aku sudah lelah dengan dendam yang tidak berkesudahan seperti ini! Hukuman yang aku berikan ternyata hanya secuil dari hukuman yang
Nyonya Reni berteriak-teriak mencaci-maki Naina seperti orang kesurupan. Anak perempuan nya Diana memandang datar ibunya yang berteriak histeris tanpa mau mendekat apalagi membujuknya seperti dulu. Ia juga melihat Naina dengan pandangan kosong seperti tidak ada gairah hidup. Naina menghentikan langkah nya sejenak dan melihat kebelakang ke arah mantan adik iparnya itu. Lima menit Naina mengamati Diana, namun perempuan muda itu tetap tidak bergeming dari tempat duduknya, apalagi sampai mendekati ibunya. Ketika Naina hendak membalikkan badannya ia tanpa sengaja melihat Nyonya Reni berlari ke arah Diana dan menjambak rambut anaknya itu memaki-maki nya dengan memanggil nama Naina. Seolah-olah Diana itu adalah Naina. Diana berusaha berontak dengan bantuan narapidana yang lain berusaha melepaskan tangan Nyonya Reni dari rambut Diana. Penjaga tahanan berlari ke dalam sel untuk membantu melerai aksi jambak-jambak tersebut dengan memukul tengkuk Nyonya Reni dengan keras sehingga membuatnya t
"Apaaaa!!! " pekik Dzaki dengan wajah shock dan hampir saja ia terjatuh saking kagetnya. Wajah Dzaki memucat mendengar kenyataan ini, ternyata Naina tidak main-main berkata akan bercerai. Sungguh ia tidak menyangka akan bercerai dengan Naina, padahal ia sudah bertekad dalam hati untuk tidak mengulang kesalahan yang sama yaitu menghianati Naina dengan perempuan lain, seperti yang dulu ia lakukan dengan Sania. Tiba-tiba ia merasa seluruh dunia nya runtuh dan ia merasa tidak memiliki semangat hidup jika Naina benar-benar ingin berpisah. Saat ini sudah tumbuh sedikit di hatinya perasaan cinta terhadap istrinya itu, untuk itulah ia bertekad mendapatkan kembali hati dan kepercayaan istrinya. "Bapak tidak apa-apa? " tanya pengacara tersebut membangunkan Dzaki dari lamunannya. "Ma-maaf, ja-jadi istri saya Naina beneran menggugat cerai saya? " tanya Dzaki sekali lagi. "Beneran Pak, ini adalah berkas-berkas pengajuan nya yang sudah masuk ke pengadilan agama! Maksud saya datang kesini untu
Sandra masih terkekeh geli melihat Farida yang masih misah misuh keki dengan tingkah kedua orang tua mereka. Ia memutuskan untuk tetap di luar bersama Farida sambil menunggu orang tua mereka selesai dengan urusan mereka di dalam gedung WO tersebut. "Eh Kak, ngomong-ngomong aku boleh tanya gak sama kakak? " ucap Ida setelah mereka asyik dengan diam mereka. "Tanya tentang apa? " jawab Sandra sambil menoleh ke arah Ida. "Itu tuh, keponakannya Papa Herman yang juga pengacara itu? " ucap Ida dengan sangat penasaran. "Oh Tian! Kenapa dengan Tian? Kamu suka sama Tian? " tanya Sandra menggoda Ida. "Ish bukan itu kakak! Aku cuma mau tanya kalau Kak Tian itu sudah menikah apa belum? Kan usia nya kalau gak salah Ida tebak pasti lebih tua dari kakak! " sanggah Ida dengan keras. "Emang nya kenapa kalau Tian itu sudah menikah atau belum menikah? Kamu mau daftar gitu? " tanya Sandra lagi. "Dih, siapa juga yang mau daftar jadi kandidat Kak Tian! Entah kenapa aku merasa kalau Kak Tian itu puny
Tian mendengus kesal mendengar teriakan Nadin dari atas balkon rumah Naina. Naina yang malu langsung cepat-cepat memasuki rumahnya tanpa berpamitan lagi pada Tian. "Dasar calon adik ipar durhalim! Kalau bukan adiknya pujaan hati sudah aku tenggelam kan di selokan depan rumah! " gerutu Tian sembari masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan orang yang di sebutkan tadi tertawa cekikikan di dalam kamar nya karena dugaan nya pasti Tian sedang mengumpat nya karena kesal. "Seru juga ngerjain tuh bujang lapuk! Ternyata pesona janda cantik kayak kakak ku memang sangat hebat! Apalagi jandanya janda yang masih bersegel, pasti klepek-klepek tuh bujang lapuk karena mendapatkan doorprize tidak disangka sangka! Hihihihi... " gumam Nadin sambil tertawa cekikikan. "Gimana nya ekspresi Bang Tian saat tau Kak Naina masih bersegel? Pasti lucu lihat wajah shock nya itu! Jadi gak sabar lihat mereka nikah! Pasti tuh bujang lapuk cengengesan kayak orang gila karena baru mendapatkan durian runtuh! Hahahaha... "
"Kalau kamu kriteria cowok idaman mu seperti apa? " tanya Dewa balik ke pada Nadin. "Hemmm apa ya... Setia kali ya? Penyayang, loyal dan gak main tangan jika sedang marahan sama istrinya jika sudah menikah nanti! " jawab Nadin dengan senyum-senyum sendiri membayangkan semua itu. "Oh ya masuk kak yuk kedalam! Aku lapar nih! Marah-marah tadi bikin perut aku lapar lagi! " ajak Nadin sambil mengelus perutnya yang memang mulai keroncongan. "Gak usah ke dalam! Di depan sana ada warung tenda nasi uduk, enak banget pokoknya! Itu kalau kalau kamu mau makan di tempat seperti itu? " ucap Dewa dengan agak sanksi mengajak Nadin makan di tempat favorit nya jika di daerah ini. "Wah, beneran enak Mas? Kuy lah kita ke sana! " sahut Nadin dengan sumringah. "Duh, jadi ngiler makan nasi uduk pakai nila bakar dan sambal nya yang pedes! Ayo Mas cepetan! Udah gak sabar aku! " ucap nya lagi sambil menarik tangan Dewa dan menggandeng nya berjalan ke luar hotel berjalan kaki. Dewa panas dingin di perlaku
"Udah, udah... Gak perlu menegangkan urat hanya untuk orang yang seperti ini! Ayo kita keluar saja! Oh ya, terimakasih atas basa basi elo sama gue! " lerai Dewa ikut berdiri dan menggenggam tangan Nadin. Ia langsung membawa Nadin keluar setelah mengucapkan terimakasih kepada pasangan tersebut. "Mau kemana mereka? Kenapa Nadin marah-marah sama pasangan itu? " kata Naina dengan kening berkerut. "Iya, kenapa adik kamu marah-marah sama Pras ya? Tapi, gak aneh sih! Pras kan suka banget bikin gara-gara! " ucap Karina ikut menimpali perkataan Naina. "Serem banget adik kamu itu! Galak dan judes banget! " sahut Juan dengan bergidik ngeri. "He.... He... He... Maklum lah jiwa muda! Gampang banget emosian! " jawab Naina dengan tersenyum kikuk. Naina melirik ke arah Dewa membawa Nadin dengan sangat gelisah. "Gak usah gelisah gitu! Dewa gak bakalan ngapa-ngapain Nadin! Dewa bukan orang yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan! " hibur Tian yang mengerti kekhawatiran Naina. "Aku bukan
"Jes, mendingan elo minta maaf gih sama Naina daripada Bu Inggrid datang kesini! Emang elo mau Bu Inggrid memarahi elo di depan orang banyak kayak gini? Atau elo mau reputasi elo sebagai anak emasnya Bu Inggrid lepas dan elo gak punya bekingan lagi? " ucap Karina dengan santai kepada Jessi yang masih saja tegak mematung. Jessi mendongakkan kepala nya mendengar ucapan Karina dengan ekspresi kaget. "Ayolah Jes, ikutin aja apa kata Karina itu! Gue gak mau Jes gara-gara kejadian ini pernikahan gue sama Niko gagal! Ayolah Jes! Ayolah! " bisik Marta dengan wajah memelas menyenggol pelan lengan Jessi. "Sialan! Awas aja loe perempuan ninja! Kalau bukan elo pemilik hotel ini, gue ogah merendahkan diri gue di hadapan elo-elo semua! Bagaimana pun gue gak rela jika Ibas milih elo! Awas aja loe, tunggu pembalasan gue! " geram Jessi dalam hatinya dengan tangan terkepal. Jessi merutuk dalam hatinya dengan wajah menunduk. Perlahan ia berjalan ke depan Naina kemudian mengangkat wajahnya agar semua
Semua orang yang ada di aula tersebut terkejut mendengar ucapan Nadin tidak terkecuali Karina dan Sadewa yang belum mengetahui siapa sosok Naina. Marta menyenggol lengan Jessica dengan wajah pucat pasi. Ia benar-benar tidak tahu jika perempuan bercadar yang di bawa Tian adalah pemilik hotel yang mereka sewa ini. "Gimana ini Jes? Gue gak mau di penjara! Bisa-bisa gue gak jadi nikah sama Niko tahun ini kalau gue masuk penjara juga! Mana mau Niko punya istri yang mantan narapidana! " bisik Marta di telinga Jessi sehingga membuat Jessi mendengus semakin kesal. "Gak usah kenapa sih elo Ta! Lagian bukan cuma elo doang yang gak mau masuk penjara, gue juga gak mau! Bisa jatuh reputasi gue kalau gue tercatat sebagai mantan narapidana seperti yang elo bilang! " jawab Jessi juga dengan berbisik. "Gimana? Masih mau melaporkan gue ke polisi? " tantang Nadin dengan tersenyum mengejek. "Ada apa ini ribut-ribut! " ucap seorang laki-laki yang baru saja datang. "Sayang, kamu udah nelpon nya? Gak
Tian yang kaget langsung mendorong perempuan itu hingga ia terjatuh di lantai. "Elo apa-apaan sih Jes main gandeng aja! Loe gak tau apa kalau Bastian udah ada yang punya! Lagian ngapain sih elo ngaku-ngaku kangen segala! " cerocos Karina dengan wajah tidak suka melihat Jessica agresif seperti itu dengan Tian. Naina hanya melihat pemandangan di depannya dengan raut muka biasa saja. Beberapa orang berbisik-bisik melihat perlakuan kasar Tian kepada perempuan bernama Jessica itu. "Eh Tian, elu apain teman gue sampai jatuh gitu? Elo gak papa Jes? " ucap seorang wanita yang datang menolong si Jessi dan memarahi Tian. "Elo juga Marta! Kalau elo gak tahu bagaimana kejadiannya gak usah ikutan ngomong! Sekarang gue tanya sama elo Jes, apa maksud elo bilang kangen segala dengan Tian hah! " sahut Karina sambil berkacak pinggang di depan mereka berdua. "Apa-apaan sih elo Karin, emang gak boleh gue kangen sama cinta pertama gue? Lagian kan Ibas belum milik siapa-siapa, jadi sah-sah saja dong
Acara reuni kampus Dharmawangsa di gelar di sebuah gedung hotel Prameswari yang merupakan salah satu hotel milik Naina. Naina tahu jika salah satu hotelnya di sewa untuk sebuah acara tetapi ia tidak tahu jika itu acara reuni yang akan ia hadiri bersama Tian. Selama perjalanan tak henti-hentinya Tian melirik ke arah Naina sehingga membuat Naina tersipu malu. "Ngenes banget nasib gue hanya di jadikan obat nyamuk! " sindir Nadin dari bangku belakang. Tian pura-pura tidak mendengar sindiran Nadin untuk nya itu. Ia fokus menyetir mobil sambil sesekali melirik Naina yang duduk di sebelahnya. Naina agak terkejut ketika mobil yang di kendarai Tian memasuki halaman parkir hotel miliknya. Tapi ia hanya diam saja, mungkin saja Tian ada urusan dulu di hotel miliknya ini. Ketika mobil berhenti Naina tidak kuasa untuk tidak bertanya langsung kepada Tian. "Kenapa kita kesini? Kenapa gak langsung aja ketempat acaranya? " tanya Naina memicingkan matanya melihat banyaknya mobil yang berdatangan.
Tian tergelak kencang mendengar ucapan Nadin yang berkata demikian. Naina hanya tersenyum kecil melihat interaksi mereka terlihat dari matanya yang tampak menyipit. "Dah yuk Kak kita pulang! Malas lama-lama dekat orang gaje kayak gitu! " ajak Nadin mendengus kesal sambil mengamit tangan Naina. "Jangan lupa dandan yang cantik ya biar nanti laku dan gak jomblo lagi! Jam 7 aku jemput! " teriak Tian sambil meledek Nadin. "Aku gak jomblo! Aku single! Jomblo kok teriak jomblo! " jawab Nadin balik sambil ikutan berteriak. "Astaga ini anak! Makin di ladenin makin jadi mereka berdua! Sejak kapan mereka jadi akrab begini ya? " gumam Naina dengan tepuk jidat melihat kelakuan Nadin dan Tian. "Bisa tambah kacau kalau Ida ikut gabung sama mereka berdua! Tambah saling meledek dengan tingkah ajaib Ida yang selalu ada aja yang di jadikan bahan ledekan! " tambah Naina bergumam pelan. "Kakak ngomong apa tadi? " tanya Nadin menoleh ke arah Naina. "Gak ngomong apa-apa kok! Kamu salah dengar kali!
Semenjak duo Yola dan Miska di tangkap dini hari kemarin, lapas wanita makin di jaga dan di awasi dengan ketat. Setiap pelaksanaan kegiatan narapidana selalu di awasi oleh penjaga minimal dua sampai tiga orang. Ruang penyimpanan bahan makanan pun di jaga dan awasi oleh sipir langsung, para tahanan tidak di perbolehkan keluar dari ruang sel kamarnya dan di kunci dari luar oleh sipir penjara. Pihak penyidik menginterogasi mereka berdua di tempat terpisah dengan menanyakan keterlibatan mereka dalam kematian Diana. Awalnya mereka berdua membantah, tetapi setelah di perlihatkan bukti catatan terakhir milik Diana mereka hanya diam. Tidak mengiyakan dan tidak membantah. Bripka Fahrul menginterogasi mereka dengan menjebak mereka pertanyaan yang tidak dalam konteks penyelidikan. Hal itu berhasil dan membuat Yola keceplosan bicara. Dengan kepiawaian Bripka Fahrul menginterogasi mereka, akhirnya mereka berdua mengaku dan saling menyalahkan satu sama lainnya jika mereka kebablasan memberikan Di