Hari Sabtu. Seperti yang Adisti rencanakan, dia tetap masuk kerja mengganti jam karena ijin mengurus Meity di rumah sakit. Jam delapan kurang lima menit, Adisti sudah sampai di kantor. "Lha, Mbak Adisti kok masuk? Ini Sabtu, Mbak. Ga lupa hari, kan?" Prawira menyambut Adisti dengan cenyum cerah seperti biasa. "Nggak, Pak. Memang mau ngantor, ada kerjaan belum selesai," jawab Adisti. "Kalau gitu, biar saya antar ke atas. Sepi, ga ada orang, Mbak." Prawira menawarkan bantuan. "Oh, ga apa-apa, Pak. Aman, saya berani, kok." Adisti menolak. Senyum manis menghiasi bibir tipisnya. "Mbak, keponakan saya baik, to? Maksud saya, dia itu jadi pimpinan. Apa dia baik sama karyawan?" Prawira membicarakan Ryan, pak manajer keuangan. "Pak Ryan baik, Pak. Pak Prawira juga baik," sahut Adisti. "Mari, Pak." "Silakan, Mbak," ujar Prawira sambil mengacungkan tangan menunjuk arah kantor di depan mereka. Adisti meneruskan langkah. Dia tahu sebenarnya Prawira secara halus berharap Adisti melihat pada R
Last Updated : 2022-05-26 Read more